Hei, Baby boy - yeonbin

Bởi cairaxa

382K 37.2K 12.3K

Yeonjun tidak pernah tahu kalau bermain dengan seorang pembangkang dan keras kepala seperti Soobin, jauh lebi... Xem Thêm

prolog
1. Got Him
2. A Deal
3. Rules
4. Mine
5. Teasing
6. Yeonjun's office
7. Daddy
8. Fuck You
9. Penthouse
10. Club
11. First punishment
12. Bussiness trip
14. Welcome back, Yeonjun
15. The New One
16. Straight
17. Ramai
18. The Older's house
19. The Party
20. I Know I Love You
21. Noona
22. Second punishment

13. Kai

12.6K 1.4K 438
Bởi cairaxa

Kedua sejoli itu berjalan beriringan menuju kelas dengan Soobin yang menunduk dan Beomgyu dengan wajah kecutnya.

Sialan sekali sahabatnya ini. Pagi pagi sudah menyuguhkannya pemandangan yang tidak seharusnya ia lihat. Ditambah lagi, saat ia terpaksa ikut untuk mengantarkan si Choi Yeonjun itu ke bandara, lagi lagi mereka berdua melakukan sesuatu yang Beomgyu tidak ingin tahu.

Ciuman didepan umum?! Hell! Yang benar saja!

"Aku ingin salam perpisahanku. Aku tidak akan bertemu denganmu selama seminggu. Lagipula aku sudah memegang janjiku. Aku tidak menyentuhmu semalaman penuh, baby. Setidaknya berikan aku hadiah karena aku berhasil menahan diri sampai pagi"

Dan dengan itu, Soobin menaikkan kupluk hoodie yang dipakainya dan membiarkan Yeonjun menciumnya ditengah tengah keramaian bandara. Dengan begitu setidaknya sedikit menutupi rasa malunya agar ciuman mereka tidak terlihat walaupun orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Soobin tahu Yeonjun tidak akan melepaskannya sebelum ia dapat yang ia inginkan jadi, mengalah lebih baik daripada ia dan Beomgyu berakhir terlambat menuju kampus.

Walaupun saat itu Beomgyu berakhir mengumpat terus menerus menghadapi situasi yang what the fuck didepannya.

Sebenarnya hubungan mereka berdua sejauh apa?! Yang ia tahu, dua orang yang terikat dalam kontrak sugar tidak mungkin melakukan hal seperti ini. Terlalu romantic.

Ditambah lagi, rekan bisnis Choi Yeonjun itu ingin Beomgyu mencolok kedua matanya menggunakan garpu atau apa?! Sejak mereka datang ke bandara, orang itu sudah menunggu disana dan membuatnya tak nyaman karena terus memandanginya.

Dan astaga. Kalau Beomgyu tidak ingat dia adalah rekan kerja Yeonjun, Beomgyu sudah menendangnya karena berani mengedip genit padanya. Hell!

"Argh!"

Soobin menoleh saat sahabatnya itu tiba tiba berteriak dan mengacak rambutnya frustasi. "Kau kenapa?"

"Justru kau yang kenapa!"

Soobin mengerjapkan matanya beberapa kali saat Beomgyu beralih memarahinya.

"Sebenarnya hubunganmu dengan Choi Yeonjun itu apa, Soobin-ah?" tanyanya mencoba bersabar.

"Kita berdua hanya terikat oleh kontrak hubungan sugar, Gyu. Harus berapa kali kukatakan padamu?"

"Tapi apa yang kalian lakukan itu sudah melebihi perjanjian nya, tahu! Kau sadar atau tidak sebenarnya, Bin? Kalian berdua lebih terlihat seperti sepasang kekasih daripada dua orang yang terlibat kontak sugar"

Soobin menghela nafasnya dan meninju bahu sahabatnya itu pelan. "Jangan mengada ngada. Yeonjun tidak mungkin mau terikat kedalam hubungan seperti itu"

"Kalau begitu kau seharusnya memanfaatkan dia lebih baik! Astaga dia bahkan memiliki pesawat pribadi. Jika itu aku, aku pasti sudah memintanya untuk membawaku berkeliling dunia"

"Dan karena niatmu seperti itu, kau tidak akan pernah berada diposisiku"

"Hei!"

Keduanya kembali berdebat sampai akhirnya mereka sampai didepan mesin minuman dan menyudahi perdebatannya.

Soobin membeli sekotak susu almond rasa vanilla dan Beomgyu membeli sebotol yogurt rasa peach. Mereka meminumnya dan kembali berjalan menuju kelasnya.

"Bin, aku sarankan kau berhati hati"

"Maksudmu?"

Beomgyu menghela nafasnya. Jarinya mengetuk ngetuk tutup botol yogurtnya yang ia pegang. "Well. Kau tahu, dari apa yang kulihat, kalian berdua sudah terbiasa satu sama lain. Dan itu bisa menjadi bumerang untukmu, Bin. Disaat kau terbiasa, kau akan merasa nyaman dan dari perasaan nyaman itulah, tumbuh perasaan lain yang lebih kuat"

Soobin mengangguk mengerti. Tapi ia tidak berpikir dirinya dan Yeonjun bisa berakhir seperti itu. Sejak awal, hubungan mereka berdua itu tidak benar kan? "Tenang saja, Gyu. Itu tidak akan terjadi. Terima kasih sudah mengkhawatirkan kami tapi Yeonjun tidak akan semudah itu menaruh perasaan pada seseorang"

"Mungkin Yeonjun iya, tapi bagaimana denganmu, Bin?"

Uhuk.

Soobin tersedak cairan putih kental yang sedang diminumnya itu. Entah kenapa, ucapan Beomgyu serasa menamparnya.

"Yeonjun itu orang yang sudah terbiasa dengan hal hal seperti ini. Kau benar, Yeonjun tidak akan terpengaruh. Tapi bagimu yang bahkan tidak memiliki pengalaman tentang menjalin hubungan dengan orang lain, mustahil kau tidak terpengaruh"

Beomgyu menepuk pundak sahabatnya itu, membuat Soobin menoleh padanya. "Bukannya apa apa. Tapi sebagai orang yang sudah lama berteman denganmu, aku tidak mau kau terjatuh pada jurang yang kau buat sendiri, Soobin"

***

Soobin mengetuk ngetuk jarinya pada meja bar didepannya.

Beberapa hari ini, hidupnya tenang. Benar benar tenang. Walaupun ia masih sering cekcok dengan Beomgyu, tapi tetap saja ini terlalu tenang. Seperti ketenangan sebelum badai besar datang. Ditambah lagi sejak hari penolakan itu, Kai tidak pernah menemuinya.

Tidak pernah membalas pesan dan selalu mengabaikan panggilannya. Soobin mengerti. Mungkin, Kai memang memerlukan waktu sendiri.

Semenjak hari dimana Beomgyu berbicara padanya tentang hubungannya dengan Yeonjun, Soobin semakin terpikirkan tentang itu. Bagaimana jika itu benar? Atau apa yang akan terjadi jika itu benar? dan beberapa pertanyaan lain yang terus menerus muncul dikepalanya.

Soobin menggelengkan kepalanya. Sekarang bukan saatnya memikirkan hal seperti itu. 'Ayo Soobin, kerja kerja kerja!'

Selama beberapa jam kedepannya, Soobin berhasil mengalihkan pikirannya hanya saja pukulannya pada salah satu bajingan disana seakan melepaskan sedikit pikirannya yang sedang runyam.

Saat mengantarkan Soobin pulang pun, Jaehyun heran sendiri melihatnya. Soobin terlihat seperti zombie, tatapannya terlihat kosong dan pikirannya entah sedang berjalan jalan kemana.

"Kau baik baik saja, Bin?"

"Ah? Ah. Iya. Aku.....baik baik saja, Hyung"

Jaehyun menghela nafasnya. Ia bersyukur arah rumah mereka berdua searah dan membuat keduanya selalu pulang bersama. Jadi jika kondisi Soobin sedang seperti ini, Jaehyun tidak perlu khawatir akan sesuatu yang buruk yang bisa saja terjadi dijalan pulang.

"Kau tahu kau bisa bercerita padaku jika kau punya masalah, Bin"

Soobin mengangguk—entah mengerti atau tidak. "Aku baik baik saja, Hyung. Terima kasih sudah khawatir"

"Baiklah. Aku pulang. Jaga dirimu, Soobin-ah"

Setelah kepergian Jaehyun, Soobin menghela nafasnya berat. Astaga. Hari ini, dia benar benar tidak fokus. Dan Soobin merasa bersalah juga karena sudah melepaskan stressnya pada salah satu bajingan di bar tadi.

Soobin masuk kedalam rumahnya. Mandi dibawah kucuran air dingin sepertinya menyegarkan—walaupun sebenarnya tidak baik untuk kesehatan mengingat sekarang sudah lewat tengah malam. Ia hendak menutup pintunya disaat ada tangan lain yang menahannya.

"Kai? Apa yang kau lakukan disini?"

Keningnya berkerut dengan tangan terangkat menutup hidungnya saat ia mencium bau alkohol yang menyengat dari adik tingkatnya itu.

"Kau mabuk, Kai. Astaga kenapa kau bisa semabuk ini? Duduklah dulu. Aku akan membawakanmu air minum"

Soobin menutup pintu rumahnya dan menggiring Hueningkai yang berjalan sempoyongan ke dalam rumahnya. Soobin mendudukkannya diatas sofa dan membawa segelas air minum untuknya.

"Kau tidak mau minum, Kai? Yah, mungkin kau masih terlalu mabuk. Kalau begitu aku harus ganti baju terlebih dahulu. Kau bisa diam disini sampai kau merasa lebih baik"

Soobin bangkit dari duduknya dan berjalan masuk kedalam kamarnya. Setelah menutup pintu kamar, ia membuka kancing kemeja kerjanya satu persatu, berniat untuk berganti pakaian. Hanya saja saat sampai dikancing keempat, suara pintu yang digebrak mengalihkan perhatiannya dan menampakkan Hueningkai yang berdiri diambang pintu kamarnya.

Alis Soobin menekuk tajam, tidak suka dengan apa yang sudah dilakukan adik tingkatnya itu. "Kau tidak boleh masuk kedalam kamar orang lain sembarangan, Kai. Itu tidak sop—AKH!"

Soobin mengerjapkan matanya tak percaya saat tiba tiba, laki laki yang satu tahun lebih muda darinya itu menerjangnya hingga terlentang diatas kasur dan kini berada diatasnya, menindihnya.

"Aku memperingatkanmu, Kai Kamal Huening. Lepaskan a—"

"Kenapa kau menolakku, Hyung? Kenapa? Apa kau tidak menyukaiku? Bukankah kau suka jika menghabiskan waktu bersamaku, Hyung? Kau suka kan?"

"Huh?"

Soobin mengerutkan keningnya bingung mendengarkan ucapan ucapan lemah dari orang diatasnya ini. Apa ini masalah penolakannya waktu itu? Oh ayolah. Kai berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik darinya.

"Kai—"

"Kau suka kan, Hyung? Lantas kenapa" nafas Soobin tercekat saat tiba tiba Kai mencengkram kedua pergelangan tangannya kuat. "KENAPA KAU MENOLAKKU, CHOI SOOBIN?!"

"Kai, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku—"

Lagi lagi, Soobin tidak bisa menyelesaikan ucapannya.

"Jika kau memang tidak menyukaiku, kenapa kau selalu memberiku harapan hm?" jeda sebentar hanya untuk sebuah tarikan nafas yang terdengar berat.

"Apa karena aku terlihat seperti anak kecil? Kau selalu memandangku seperti itu kan? Kau tidak pernah melihatku sebagai seorang laki laki kan?"

Soobin bergerak berusaha melepaskan cekalan di pergelangan tangannya. Sayang semua usahanya nihil. Walaupun sedang mabuk, kekuatannya masih saja besar dan yang lebih penting, orang yang ada diatasnya ini bukanlah Hueningkai yang ia kenal. "Apa yang kau—"

"Kalau begitu aku akan membuktikannya. Akan ku buktikan bahwa aku bisa menjadi seorang laki laki yang bisa menaklukanmu, Choi Soobin"

"Kai—mmph!"

Mata bulat itu terbuka lebar saat Hueningkai menyatukan kedua belah bibir mereka. Soobin masih berusaha berontak dan ia mendorong tubuh itu sekuat tenaga hingga ciuman mereka berhasil terputus.

"Kai sadarlah! Kau akan menyesali ini pagi nanti!"

Seakan tuli, yang lebih muda tidak mendengar dan hendak kembali mendaratkan ciumannya. Hanya saja ia kalah cepat dengan Soobin yang memalingkan wajahnya sehingga ciumannya hanya mendarat di pipi gembil Soobin.

"Kai dengarkan aku—AKH!"

Soobin meringis saat yang lebih muda kini mencengkram rahangnya dan memaksa Soobin untuk menatapnya. "Mari kita lihat sejauh mana kau bisa menolakku, Soobin" ucapnya dengan menekankan kata 'Soobin' diakhir kalimatnya.

"Eumh! Mhh!"

Soobin masih berusaha memberontak. Disaat Kai menaruh kedua tangannya diatas kepala dan menguncinya, saat ia mencium bibir tipisnya kasar, disaat ia melucuti atasannya, atau bahkan saat yang lebih muda menekan pusat tubuhnya menggunakan lutut, Soobin masih bisa melawan.

Mau bagaimana pun juga, Soobin memiliki harga diri. Ia tidak rela jika tubuhnya dijamah seenaknya oleh orang lain. Terutama jika itu oleh orang yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

Tes

Soobin menangis.

Buliran bening itu keluar dari kelopak matanya saat yang lebih muda mulai menciumi dan memberikan jejak disekitar lehernya.

Fisik dan batinnya terluka. Rasanya sangat sakit saat orang yang ia sayangi melakukan hal ini. Perasaan kecewa menghantamnya sangat keras, membuat tubuhnya lemas dan membuatnya ingin menyerah.

"You're mine"

"Aku tidak suka berbagi apa yang sudah menjadi milikku dengan orang lain"

"Kau milikku, Choi Soobin"

"You're Choi Yeonjun's, right?"

Deg

Rentetan kata itu tiba tiba terngiang dikepalanya, membuat kesadarannya dipaksa ditarik kembali dan seakan akan menyuruhnya untuk membebaskan diri.

Ia benci mengakuinya tapi, Yeonjun benar benar mempengaruhinya.

Soobin memutar otak. Bagaimana pun caranya, ia tidak mau jika Kai berhasil menyetubuhinya. 'Berpikir, Soobin! Berpikir!'

'Oh!'

"U-ugh Kai nnhh"

Yang lebih muda mendongak. Ia menatap Soobin yang terlihat menutup matanya dengan kepala mendongak, seperti sedang menikmatinya. Dan itu membuat senyuman terpatri diwajah tampannya. "Kau sudah menyerah, hm? Baiklah. Mari lanjut ke tahapan berikutnya"

Ciuman yang lebih muda turun ke dada, menciuminya dan memberi beberapa tanda disana. Saat bibirnya hendak mencapai dua titik sensitif Soobin didadanya, Soobin menahannya.

Berdasarkan pengalamannya bersama Yeonjun, Soobin tahu dirinya akan benar benar luluh jika bagian itu sudah tersentuh. Dan itu tidak boleh sampai terjadi sekarang. "Kai, kiss me"

"Eum? Tapi aku ingin mencicipi ini terlebih dahulu"

Soobin kembali menahannya saat yang lebih muda hendak kembali melancarkan aksinya. Soobin menatapnya sayu dengan menggigit bibir bawahnya. Bagaimanapun juga, bagian itu tidak boleh tersentuh. "Please, Kai. Kiss me first" Shit. Ini menjijikan lanjutnya dalam hati.

Yang lebih muda terkekeh pelan dan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Kau sangat pandai membujukku hm?"

Guna mencapai bibir Soobin, Kai merangkak naik dan saat itulah, terdapat cukup ruang bagi Soobin untuk menaikkan kakinya dan melancarkan tendangan pada yang lebih muda.

Soobin bangkit dan menyambar jaketnya cepat. Tak lupa membawa ponsel dan dompetnya sambil lalu. Ia pun mengunci pintu kamarnya dari luar kemudian mengunci pintu rumahnya dari luar juga.

Kai masih mabuk jadi sedikit kemungkinan ia bisa mendobrak pintunya. Meskipun begitu, Soobin berlari menjauh dengan cepat dan memberhentikan sebuah taksi saat sampai di jalan raya.

Didalam, Soobin memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya disana, kembali terisak bahkan ia tidak bisa menjawab saat supirnya bertanya kemana arah tujuan mereka.

Pikiran dan perasaannya kacau. Baik fisik maupun psikisnya juga lelah dan sekarang, Soobin harus memikirkan kemana ia akan pergi.

Soobin tidak memiliki saudara disini. Semua saudaranya ada dikampung halamannya dan datang ke rumah Beomgyu pun sama saja dengan cari mati.

Jadi, disinilah ia sekarang. Didepan pintu penthouse seseorang yang mana pemiliknya sedang berada di Jerman sekarang.

Ya. Tempat Yeonjun adalah pilihan terbaik Soobin sekarang.

Si manis masuk kedalam dengan cepat dan berlari menuju kamar, menjatuhkan dirinya ke atas kasur dan menangis sejadi jadinya.

Semua perasaannya ia tumpahkan disana. Sedih, kecewa, marah, terhina, semua ia ungkapkan dalam setiap tetes air matanya.

Soobin bukan orang yang mudah menangis. Tapi kali ini, tubuh dan pikirannya sudah menyerah membuat tangisannya keluar sebagai bentuk pelarian.

Soobin mencengkram selimutnya kuat, membenamkan tubuhnya dalam dalam berharap itu bisa mengurangi perasaannya yang sedang kacau balau. Dan karena itulah, aroma Yeonjun yang menempel di sprai juga selimut disana terhirup dan entah kenapa membuatnya lebih tenang.

Soobin mengerjapkan mata berair nya beberapa kali saat menyadari aroma Yeonjunlah yang berhasil menenangkannya. Sialan. Apa apaan ini?!

Sontak ucapan Beomgyu beberapa hari sebelumnya terngiang dikepalanya. Tapi untuk sekarang, ia tidak bisa memikirkan itu. Yang terpenting sekarang adalah, Soobin membutuhkan sesuatu untuk membuatnya tenang.

Si manis melilitkan selimut itu hingga menutupi seluruh tubuhnya, membuatnya merasa mendapatkan pelukan tak kasat mata dari seseorang yang sedang jauh disana. Katakanlah dia gila tapi kali ini, Soobin berharap Yeonjun ada disini.

'Yeonjun, cepat pulang'

TBC

Yo brouwwwwwww

ANJIM LAH YA AKU SEBENERNYA GAK TEGA NGEBUAT SI DEDEK EMES DEK NINGKAI JADI BANGSAT KAYAK GINI ㅠㅠ bahkan waktu nge re-read buat ngedit aku auto WATDEFAK ANJIR tapi ini demi kepentingan cerita hiks :" mohon supaya jangan membenci si adek berketerusan ya :"

Semoga feelnya dapet dan semoga suka!

Vote sama komennya jangan lupa dan makasih udah mampir!

Luv U 💞

Salam,

Cai

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

155K 7.5K 27
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
194K 19.4K 40
Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Selengkapnya bisa kalian baca aja ya luuvv...
284K 31K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
244K 25.7K 28
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...