UNSPOKEN [TELAH TERBIT]

De inyasidhyaa

181K 18.1K 2.8K

[TELAH TERBIT] Sendu sembilu merengkuh semesta luas yang sedih melihat seorang pemuda bernama Raflie Adhinata... Mais

Unspoken : : 00
Unspoken : : 01
Unspoken : : 02
Unspoken : : 03
Unspoken : : 04
Unspoken : : 05
Unspoken : : 06
Unspoken : : 07
Unspoken : : 08
Unspoken : : 09
Unspoken : : 10
Unspoken : : 11
Unspoken : : 12
Unspoken : : 13
Unspoken : : 14
Unspoken : : 15
Unspoken : : 16
Unspoken : : 17
Unspoken : : 18
Unspoken : : 19
Unspoken : : 20
Unspoken : : 21
Unspoken : : 22
Unspoken : : 23
Unspoken : : 24
Unspoken : : 25
Unspoken : : 26
Unspoken : : 27
Unspoken : : 28
Unspoken : : 29
Unspoken : : 30
Extra Part : : 01
Sequel
PRE-ORDER
Kasih Komentar Versi Cetak 🥰
UNSPOKEN 2 (SEQUEL)
Unspoken Cetakan Kedua

Extra Part : : 02

7.7K 490 169
De inyasidhyaa

Ini chapter terakhir ya :)

"Aamiin..."

Olive, Adnan, Gian, dan Dennis mengakhiri doa mereka di sekeliling makam Bhanu. Buket bunga mulai mereka letakkan menyandar di batu nisan.

Olive menghening. Entah kenapa dadanya merasa sesak ketika melihat nama Bhanu tertera di batu nisan itu. Tak pernah terlintas di pikiran Olive bahwa Bhanunya akan dikubur dalam tanah. Memori saling bertaut, menyisakan luka yang tak akan pernah bisa terurai dengan kata-kata.

Gian dan Dennis saling menunduk menahan air mata. Berbeda dengan Adnan yang telah menutup wajahnya yang telah basah.

Bhanu telah pergi ke tempat jauh.

Sangat jauh hingga tak ada yang mampu menjangkaunya.

Mungkin Bhanu lelah...

Olive menggigit bibir bawahnya menahan sesak. Bahkan hingga saat ini Olive masih saja merindukan cowok itu. Rindu pada sahabat masa kecilnya. Rindu pada cinta pertama di hatinya. Olive benar-benar merindukan Bhanu.

"Bhanu... Ini tau! Mmm anu..." Dennis ingin berbicara, namun kesedihan mengambil alih.

"Kita kangen," sambung Olive.

Gian menghela napasnya, "Nggak kerasa udah lebih dari seminggu lo ninggalin kita semua."

"Sumpah, gue sesek banget kalau denger namanya Bhanu disebutin." Dennis menahan air matanya.

"Geng kita jadi kurang lengkap karena nggak ada lo." Adnan berbicara.

"Anu... Lo kecepetan tau, Nu. Katanya mau ngejar cita-cita bareng," ujar Dennis.

"Nu! Tega lo ya ninggalin kita! Untung beda alam! Kalau nggak, gue cari lo! Trus gue lempar lo ke got!"

"Bener, Nu! Lo pergi nggak pamitan dulu sama kita! Curang lo!" tambah Dennis.

"Perlu jasa bongkar kubur?" tanya Adnan.

Gian menggeplak paha Adnan.

"Hehe... Canda, Nu. Canda," guyon Adnan. Ia menepuk-nepuk batu nisan Bhanu, "Nggak kok. Mana berani gue bongkar kuburan lo."

Dennis manggut-manggut. "Iya, Nu. Soalnya Adnan penakut. Ntar kalo pas dibongkar dan lo melek karena marah, bisa-bisa Adnan jantungan sampe ikutan dikubur."

"Astagfirullahaladzim..." Adnan nyebut-nyebut.

"Bisa-bisanya lo berdua ngelawak di makam Bhanu." Gian geleng-geleng. Ingin menangis, tapi juga gemas ingin menampol sahabatnya.

"Ga papa... Orang sama Bhanu. Iya, kan, Nu? Beda cerita kita ngelawak di kuburan orang. Bhanu palingan lagi ketawa karena kita." Dennis mengangkat bahu. "Feeling gue palingan Bhanu masih di sekitar sini. Cuman kita aja yang nggak bisa liat."

"Yakin amat lo Bhanu ketawa! Kalau dia marah gimana?" tanya Gian.

"Berarti sensi kayak cewek," lanjut Dennis.

"Nanti dimarah Bhanu beneran baru tau rasa." Olive terkekeh kecil. Namun terlihat jelas kepedihan dari wajah ayunya.

"Ah, enggak ya, Nu? Masa lo gini aja marah? Kan lo anak jantan katanya," ujar Dennis.

"Iyain aja!!" Adnan berbicara. "Ntar malem awas dicariin Bhanu!"

"Kaga takut, wle!" Dennis menjulurkan lidah. "Bhanu mau nampakin diri sebagai hantu juga gue nggak takut. Sahabatan lama kok takut? Nggak setia kawan lo, Nan!"

"Idih! Emang gue bilang kalau gue takut?" tanya Adnan.

Telunjuk Dennis mengarah ke Adnan. "Bener lo, ya! Awas kalau takut! Gue bilangin Bhanu sekarang suruh cari lo malem-malem."

Adnan membusungkan dadanya sok berani. "Oke! Siapa takut?"

"Heh sssstt!!" Olive pusing mendengar celoteh teman-temannya. "Kalian berisik! Ribut! Kalian tau, kan, Bhanu nggak suka keributan? At least, biarin Bhanu tenang sekarang. Dia udah lama nggak ngerasain ketenangan. Please..."

Hening seketika. Tak ada yang membuka suara setelah Olive mengucapkan kalimat itu. Perlahan-lahan, air mata menetes, rasa rindu ini menyerang diri mereka telak. Rindu pada sosok Bhanu yang selalu menjadi pelengkap suasana.

Ada luka yang mengerak di hati mereka masing-masing. Teringat pada sosok Bhanu yang dulu selalu mereka ajak bercanda, adu hujatan, saling berbagi suka maupun duka, dan juga waktu yang selalu mereka habiskan bersama. Tapi kini itu semua hanya kenangan.

Kenangan manis yang akan selalu ada di hati mereka semua.

Selamanya...

◌◌◌

Arya dan seluruh anggota keluarganya mencoba menenangkan diri dengan berlibur ke pantai. Saat ini mereka masih tidak tahu bagaimana cara berduka yang benar. Jadi mereka berkemas dan pergi ke luar untuk sekadar melepas lara.

Asmita hanya menangis saat melihat keluarga lain yang dengan bahagianya berkumpul bersama anak-anak mereka. Ada rasa iri dari dalam lubuk hatinya saat melihat hal itu. Mereka terlihat begitu bahagia dengan penuh rasa syukur atas berkat yang Tuhan berikan. Tidak seperti dirinya. Dulu ia pernah membuang anak kandungnya sendiri. Membenci Bhanu dan menyia-nyiakannya. Hingga alam memberikannya hukuman dan teguran yang sangat keras dengan mengambil Bhanu darinya. Membawa Bhanu pergi. Pergi ke tempat yang sangat jauh dan tak tergapai.

Asmita menangis terisak. Sampai saat ini ia masih menyesali semua perbuatannya. Asmita benar-benar merasa kehilangan. Kehilangan anak yang dulu pernah sangat ia sayangi.

Penyesalan dan rasa bersalah itu jelas menghantui pikirannya. Betapa bodohnya selama ini ia selalu membenci Bhanu dengan teramat sangat. Membiarkan Bhanu hidup jauh dari jangkauan, tak pernah memedulikannya, dan juga tak pernah membiarkannya bahagia.

Asmita terisak. Melihat keluarga lain yang sedang bahagia, semakin membuat hatinya berdenyut sakit. Keluarganya telah hancur. Hancur karena keegoisan dirinya sendiri.

Arya mengusap-usap punggung istrinya yang sedang berguncang. Ia tahu, tak ada yang mampu melupakan Bhanu semudah itu. Kematian Bhanu yang tak terduga, membuat semua orang terpuruk. Termasuk dirinya.

"Om?"

Suara anak kecil itu membuat Arya menoleh. Tepatnya ke arah Melati, anak pengemis yang sempat ia lihat hari itu bersama Bhanu. Anak kecil itu datang mendekatinya, "Om ini ... Ayahnya Kak Bhanu, ya?" tanyanya.

Hati Arya teremas saat mendengar nama Bhanu disebutkan. Setelah satu helaan napas berat, Arya mengangguk. "Iya... Kamu lagi apa di sini?"

"Lagi bantu Ibu jualan. Karena uang dari Kak Bhanu, Ibu jadi bisa jualan. Udah nggak ngemis lagi, hehe..."

Arya mengulas senyuman kecil. Bangga karena memiliki anak yang berhati baik seperti Bhanu. "Om ikut seneng."

"Kak Bhanunya mana, Om? Dia nggak pernah dateng buat ketemu aku lagi." Anak itu cemberut. "Aku kangen..."

Arya meneteskan air matanya. Ia tak tahu harus menjawab apa, yang jelas hatinya terasa ngilu. Karena bukan hanya dirinya, bahkan anak pengemis pun merindukan Bhanu. Namun rindu dalam bentuk lain.

Melati mengeluarkan sesuatu. Sebuah bunga yang dirangkai indah olehnya. "Om, tolong nanti ini kasih Kak Bhanu, ya. Bilangin kalau aku sayang sama Kak Bhanu. Bilangin kalau nanti aku bakal rajin belajar, biar Kak Bhanu mau ketemu sama aku lagi. Aku kangen..."

"Tapi... Kak Bhanunya udah mening-"

"Iya, nanti Om kasih tau ke Bhanu," potong Arya sebelum Brian berhasil menyelesaikan kalimatnya.

"Om... Kalau Kak Bhanu nggak sibuk, tolong minta dia buat ketemu aku lagi, ya? Aku mau ajak Kak Bhanu mainan lagi kayak dulu. Kak Bhanu udah lama banget nggak mainan sama aku. Bilangin ucapan terima kasih aku ke Kak Bhanu ya, Om. Kak Bhanu baik banget sampai bantu aku dan Ibu sejauh ini. Jadi kangen sama Kak Bhanu..."

Arya mengangguk pelan, "Iya. Nanti Om bilang ke Kak Bhanunya."

"Horeeeee!!!" seru anak itu girang. "Ya udah, aku pergi dulu, ya, Om? Mau bantuin Ibu."

"Iya..."

"Daaaaa..." Anak itu melambaikan tangannya lalu berlari menjauh.

Arya melihat bunga indah itu sejenak. Ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya. "Nanti kita taruh bunga ini di makam Bhanu. Sekalian kita mampir bentar ke makamnya."

"Ayah...," lirih Brian.

Arya menghela napasnya. "Bhanu punya tempat tersendiri di hati anak itu. Juga di hati orang-orang yang pernah ia tolong semasa hidupnya. Anak itu masih kecil, Ayah nggak mau buat dia sedih. Karena Bhanu senang saat melihat anak itu tersenyum."

Begitulah. Kehadiran Bhanu pasti akan selalu terasa di ingatan setiap orang. Kenangan yang ia pahat dalam bilik-bilik hati setiap orang, tak akan pernah terlupakan. Bahkan anak pengemis sekalipun tidak bisa melupakannya. Ketidakhadiran Bhanu menjadi tanda tanya. Ada di mana cowok itu? Sosok berhati besar dan mulia yang sekarang tidak pernah muncul kembali. Seolah ditelan oleh dunia. Menghilang pergi begitu saja.

Bahkan saat kepergian Bhanu hari itu, banyak orang datang untuk mendoakannya. Mereka tidak datang untuk menabahkan Asmita, Arya, Brian, atau mungkin juga Bella yang sedang berduka. Tapi mereka datang untuk Bhanu.

Hanya untuk Bhanu.

Mereka datang bersama-sama untuk mendoakannya. Karena mereka tahu betapa baik dan besarnya hati seorang Bhanu. Meski dia rapuh, namun tangannya tidak pernah berhenti untuk menabur karma baik. Menolong sesama tanpa membedakan.

Dia tidak menjadi jahat meski telah disakiti berulang kali.

Dan semasa hidupnya, ia selalu dicintai banyak orang.

Meski bukan dari keluarganya sendiri.

Arya mengusap-usap punggung Asmita yang berguncang di sebelahnya sejak tadi. "Sudah, Sayang..." Arya menghela napas, "Kita pakai uang Bhanu untuk bangun usaha kamu lagi, ya?"

Asmita menggeleng lirih. "Aku nggak bisa, Mas... Semua itu semakin buat aku ngerasa bersalah sama Bhanu... Dulu aku benci dia cuman karena impian aku itu. Aku menyesal, Mas. Aku terlalu egois. Harusnya aku sadar kalau Bhanu masih anak-anak saat dia ngelakuin itu semua. Aku menyesal, Mas. Aku menyesal."

Arya merangkul istrinya yang sedang terisak. Hatinya terasa sangat sakit. Kadang ia bertanya-tanya, mengapa Asmita baru menyadari kesalahannya saat Bhanu telah pergi? Hal itu membuat ia merasa sesak.

Asmita terisak pilu, "Aku ngerasa bersalah sama Bhanu kalau aku tetep raih impian aku itu. Aku nggak bisa, Mas... Aku ngerasa bersalah." Ia menggeleng lirih, "Aku nggak pantes untuk gapai impianku lagi. Setelah semua hal yang aku udah lakuin ke Bhanu, menggapai impian itu hanya akan membuatku semakin ngerasa bersalah," lirihnya.

"Tapi Bhanu ingin kamu gapai impian kamu itu lagi...," lirih Arya. "Bhanu ingin liat kamu sukses. Bhanu ingin liat kamu bahagia."

"Tapi, Mas..." Napas Asmita tercekat. Ia menelan salivanya, "Bhanu susah payah ikut olimpiade cuman demi aku, Mas. Padahal aku udah buat banyak salah ke dia. Apalagi ... saat Bhanu pulang ke rumah setelah menghilang seminggu, aku bukannya menyambut, tapi aku malah ingin membunuhnya. Bhanu yang nggak tahu apa-apa itu hampir mati di tanganku sendiri. Di tanganku, Mas..." Asmita terisak. "Aku menyesal. Mungkin dosa-dosaku udah nggak bisa dimaafkan sama sekali."

Bella meraih tangan Asmita. "Bunda... Kalau Bunda sedih terus, itu sama aja Bunda ngehalangin jalannya Mas Bhanu untuk sampai ke Tuhan. Jangan kayak gini, Bun."

Brian mengangguk, "Kita semua sedih ditinggal sama Bhanu. Tapi kita nggak bisa ngelakuin hal lain lagi selain ikhlas. Semuanya udah terjadi, Bunda... Bhanu udah pergi."

Asmita semakin terisak. Arya mengelus rambut istrinya, "Bener kata anak-anak. Kamu jangan hukum diri kamu kayak gini. Kebahagiaan Bhanu terletak di kamu. Kalau kamu bahagia, Bhanu juga bahagia. Kalau kamu sedih, Bhanu juga sedih. Jadi kalau kamu sekarang terpuruk kayak gini, gimana Bhanu di sana? Dia pasti nggak akan tenang, Sayang...," lirih Arya dengan air mata berjatuhan.

Asmita menyentuh dadanya, "Sesak, Mas... Rasanya sesak." Bahunya berguncang karena tangis. "Aku kangen sama Bhanu, Mas... Aku pengen ketemu dia lagi. Meski hanya untuk sebentar aja." Asmita terisak, "Aku pengen peluk dia, Mas..."

Arya menghela napas beratnya. Ia mencium kepala Asmita, "Ikhlasin Bhanu, Sayang... Bukan cuman kamu yang kangen sama dia. Tapi kita semua... Kita semua ngerasain hal yang sama. Sekeras apa pun kamu ngehukum diri kamu sendiri, Bhanu nggak akan hidup lagi. Bhanu sudah kita makamkan. Bhanu nggak akan kembali hidup bersama kita sampai kapan pun. Dia udah sama Tuhan."

Asmita terisak pilu. Tangisannya sungguh menyayat hati. Brian dan Bella bergerak memeluk kedua orangtuanya. Tangan Arya bergerak merangkul seluruh keluarganya dalam satu dekapan. Dirinya berharap, sangat berharap bahwa Bhanu juga ada di sini dan dipeluk sama eratnya. Tapi Arya sadar hal itu tidak mungkin terjadi. Itu semua mustahil. Karena hal itu hanyalah harapan kecil yang ia simpan dalam sanubarinya. Yang mana tak akan pernah terjadi.

Bella menangis, "Bunda masih punya kita..."

Arya meneteskan air matanya. Kini seluruh anggota keluarganya ada dalam pelukan tangan lebarnya. Mau bagaimanapun Arya harus menarik semua anggota keluarganya masuk ke dalam lingkaran hangat yang sama. Arya mencium kepala istri dan anaknya silih berganti.

Salah satu tangan Arya mengelus rambut Asmita dengan lembut, "Mulai sekarang kita harus belajar jadi orangtua yang benar." Suara Arya terdengar sangat berat. "Untuk Brian dan Bella... Juga untuk Bhanu yang udah pergi ninggalin kita semua."

Tangisan Asmita pecah dalam pelukan suaminya. Ada rasa sesak yang langsung menyergap dadanya tiada ampun. Bahkan untuk menarik napas saja ia merasa sangat kesulitan. Tangisannya terjun bebas membasahi pipi.

"Mulai sekarang kita semua harus belajar ikhlasin kepergian Bhanu. Ya?" lirih Arya.

Asmita terisak, "Gimana aku bisa ikhlasin Bhanu, Mas? Gimana?" lirihnya pilu.

"Kita harus sembuhkan semua luka ini bersama-sama. Kita tidak boleh terpuruk lama-lama. Bhanu nggak akan senang liat kita kayak gini. Jadi kita harus bangkit seperti apa yang Bhanu selalu lakukan di hidupnya." Arya meneteskan air mata. Ia menghela napas berat, "Karena Bhanu ... akan selalu ada di hati kita semua. Yang kita harus lakukan sekarang adalah ikhlas. Ikhlas untuk Bhanu. Untuk anak yang sangat hebat itu, yang masih tetap membuka hatinya untuk menyayangi meski dia udah tersakiti oleh kita berulang kali. Ikhlas untuk dia. Untuk Bhanu yang hebat."

Memang, begitulah Bhanu. Tak peduli seberapa banyak luka yang ia dapatkan, hatinya yang besar selalu terbuka untuk mengasihi dan menyayangi keluarga kecilnya yang telah rusak.

Dia si pemilik suara yang terlupakan.

Dia yang kehadirannya tidak pernah dianggap.

Juga dia yang terbuang.

Bhanu memiliki bahasa pilunya sendiri, yang tak mampu diucapkan oleh kata-kata. Tentang kesedihan yang bercokol setia dalam hati rapuhnya. Tentang kehancuran yang tak mampu ia gambarkan. Tentang resah yang tak pernah tersampaikan.

Sampai kapan pun nama Bhanu akan selalu melekat di hati setiap orang yang telah masuk ke dalam kisah hidupnya. Harum bersemi, teringat pada sosok hebat itu. Bhanu memiliki tempat tersendiri di hati semua orang. Yang suatu hari nanti, setiap kisah dan cerita yang tertulis pada lembaran hidupnya pasti akan selalu dikenang.

Kembali...

Written by inyasidhyaa

Terima kasih telah masuk ke dalam kehidupan abu-abu Bhanu sejauh ini :)

Makasih banyak atas segala dukungannya sampai aku bisa tamatin satu cerita ini.
Maaf kalau nggak sesuai sama ekspektasi kalian. Makasih banyak atas dukungan kalian yang sangat besar.

Kalian luar biasaaaa!

Peluk peluk 💖💖

Unspoken.

Untuk kata-kata yang tak sempat terucapkan.

03.11.20

Lagu ini pas nemenin kalian baca Unspoken 👇👇

A/N

I'm going to be taking a break from creating sad stories for a while now, 'cause I don't want to bore all of you with only sad stories 😂😂

Pensiun bentar ya. Kalau nanti udah mood, pasti bikin lagi. Cerita sedih itu emang melelahkan, tapi aku bener-bener enjoy bikinnya. Setelah ini kayaknya aku bakal beralih dulu dari yang berbau bawang. Mungkin beralih ke cerita yang lebih ringan? Atau mungkin ke hal-hal receh? Entahlah. Biarkan aku hiatus sejenak untuk cari ide baru, nuansa baru.

Akan ada hari di mana aku bakal bikin cerita sedih lagi. Tapi nggak sekarang. Nanti. Suatu hari nanti. See you guys!

Continue lendo

Você também vai gostar

6.5M 815K 77
SUDAH TERBIT DI PENERBIT GALAXY 🙏 Welcome to my first story.. Olivia Amora, gadis polos yang selama ini hanya dapat merasakan kasih sayang seo...
ZiAron [END] De ✧

Ficção Adolescente

7.8M 734K 69
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. TERIMAKASIH] _________________________________________________ (16+) Hanya kisah kedua pasang...
30.9M 1.8M 67
DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https://www.vidio.com/watch/7553656-ep-01-namaku-rea *** Rea men...
6.6M 595K 48
"A-aku h-harus panggil kalian ... a-apa?" "Kakak aja." -Alderion "Abang." -Alzero "..." -Alvaro "Sayang juga boleh." -Alvano . . . Ini hanya tentang...