STALKER - Beside Me [REVISI] āœ”

By smileracle

104K 13.8K 13.3K

Bagaimana jika setiap aktivitasmu diawasi oleh seseorang yang tak dikenal? Hidup Ruwi menjadi lebih tidak ten... More

Prolog
1 - Arti Nama
2 - New Friends
3 - Seseorang yang Peduli
4 - xxxx is Calling
5 - What I Feel (1)
6 - What I Feel (2)
7 - Preman dan Bunga
8 - Sebuah Surat
9 - The Incident
10 - It's okay, But...
11 - Kecurigaan
12 - Benang Merah
13 - Hidden Person
14. Chandra's Side Story
15 - Serpihan
16 - Serpihan 2
17 - Lindungi Ruwi!
18 - Save Me!
19 - Rumah Sakit
20 - Pengakuan
21 - Maaf...
22 - Happy Ending?
23 - 1004
24 - Siapa Mr. R?
CAST
25 - Pria itu...
26 - Belum Usai
27 - Sebuah Janji
28 - Ketemu
29 - Dua Perisai
30 - Memori Masa Lalu
31 - It's Okay not to be Okay
32 - Kembali pada Kenyataan
33 - H-1
34 - D-Day
35 - His Face
37 - Serious Talk
38 - Stalker Baru
39 - Laporan Terakhir
40 - Ayah Idaman
41 - Face to Face
42.a - Hari Yang Dinantikan
42.b - Hari Yang Dinantikan
43 - Black Memories
44 - Fakta Lain
45 - Untitled
46 - Sebuah Keputusan
47 - Kalimat yang Membunuh
48 - Kabar Buruk
49 - An Apology
50 - Lembaran Baru
51.a - (Stalker) Beside Me
51.b - (Stalker) Beside Me
52 - R, Si Baik
53 - Love You Goodbye
54 - Untitled
55 - Love to Love
56 - One Fine Day
EPILOG
Special Part - Mr. R's Side Story

36 - Kepingan Rahasia

1.1K 155 187
By smileracle

Aku tau aku telat update. Terus kenapa?! Suka suka saia bweee!

Capek mikir ide, alur, dan tenaga buat ngetik, Tau gak?! Jadi dimohon untuk vote dan komen yak kawan-kawanku ^^

.

👣👣👣

Mr. R mencoba menghentikan darah yang keluar dari perutnya dengan cara menekan kuat-kuat bagian luka menggunakan tangan kanan. Rasa sakit yang dia rasakan membuatnya kesulitan bergerak. Sudah terlambat bagi Mr. R untuk melarikan diri saat Ruwi secara perlahan mendekatinya. Wajahnya sekarang sudah terekspos sehingga mau tidak mau dia harus menghadapi gadis itu.

"Ruwi, kamu gak pa-pa 'kan? Apa orang itu menyakitimu?" tanya Mr. R sembari menahan rasa sakit di perutnya.

Gadis di depannya tidak langsung menjawab. Dia terlihat ragu ingin mengucapkan sesuatu. Dia masih takut dengan sosok Mr. R yang sudah berdiri di hadapannya. Namun, ada rasa khawatir yang tak bisa dia sembunyikan saat melihat stalker itu terluka parah setelah menyelamatkannya.

"Perut kamu..." Ruwi menatap perut bagian kanan Mr. R yang sudah mengeluarkan banyak darah.

"Tidak apa-apa. Hanya tergores pisau, bukan luka yang serius," jawab Mr. R cepat.

Ruwi tahu stalker itu berkata bohong mengenai lukanya. Bahkan seorang anak kecil pun tidak akan percaya jika sudah melihat luka tusukan pisau yang begitu parah itu. Tanpa banyak bicara, Ruwi langsung menelepon ambulans agar segera datang ke lokasi yang dia katakan.

Semakin banyak darah yang keluar membuat wajah Mr. R berubah pucat. Tubuhnya melemah hingga membuatnya tidak bisa menjaga keseimbangan. Beruntung, Ruwi langsung bergerak cepat untuk menahan tubuh Mr. R agar tidak roboh. Gadis itu mencoba mengesampingkan fakta bahwa orang yang sedang dia bantu adalah seorang stalker yang selama beberapa minggu terakhir telah menghantui pikirannya.

"Bertahanlah, sebentar lagi ambulans akan datang," kata Ruwi sambil merangkulkan tangan Mr. R ke pundaknya.

"Kita harus keluar dari gang sempit ini. Kamu masih kuat berjalan 'kan?" Ruwi bertanya tanpa menoleh ke arah Mr. R. Jujur, tangannya gemetar ketakutan saat menopang sebagian berat tubuh stalker itu.

Mr. R bergumam pelan. Dia melangkah perlahan sembari dibantu Ruwi yang memapahnya dari sebelah kanan. Begitu berhasil keluar dari gang sempit itu, petugas medis yang baru tiba segera memberikan pertolongan pertama untuk menghentikan darah yang keluar dari perut Mr. R.

Sirene ambulans berbunyi nyaring saat mobil medis itu melaju kencang di jalan raya yang lumayan sepi. Di dalam mobil, Ruwi semakin dibuat cemas karena melihat yang Mr. R sudah terbaring tak sadarkan diri. Salah satu petugas medis yang berada di sampingnya langsung memasang alat infus dan alat bantu pernapasan. Sedangkan petugas satunya sibuk memeriksa detak jantung Mr. R yang kian melemah.

👣👣👣

"Pasien baik-baik saja. Beruntung, tusukannya tidak terlalu dalam sehingga tidak sampai melukai organ hati. Hanya saja terjadi peradangan pada kulit terluar tapi itu bukan masalah yang serius dan akan sembuh setelah beberapa hari. Jadi, Anda tidak perlu khawatir," jelas Dokter yang menangani operasi pada perut Mr. R.

"Syukurlah." Ruwi sedikit lega setelah mendengarnya. "Terima kasih, Dok."

Dokter itu mengangguk kemudian berpamitan keluar dari ruang rawat inap. Tinggallah Ruwi bersama Mr. R yang masih terbaring belum sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Gadis itu kembali menatap wajah Mr. R lekat-lekat. Sudut bibir stalker itu terlihat mulai membiru akibat perkelahian beberapa jam yang lalu.

Pukul 00.06 dini hari, Ruwi belum memiliki niatan untuk beranjak dari rumah sakit. Dia merasa perlu bertanggung jawab atas hal yang menimpa Mr. R setelah bertaruh nyawa untuk menyelamatkannya. Ditambah, rasa penasaran Ruwi akan sosok Mr. R mulai tumbuh. Banyak pertanyaan yang ingin Ruwi ajukan langsung pada stalker itu saat dia sudah siuman nanti.

"Siapa kamu? Kenapa kamu rela bertaruh nyawa demi melindungiku? Sebenarnya kamu itu orang baik atau orang jahat?" Ruwi menghela napas panjang sembari menatap Mr. R yang masih tak sadarkan diri di ranjang.

Ponsel Ruwi berdering. Awalnya dia tidak berniat mengangkat telepon yang masuk itu. Namun, saat melihat nama kontak yang tertera di layar, Ruwi mulai menyadari sesuatu.

"Halo, Mil."

"Lo ada di mana? Sekarang udah jam dua belas lebih, kenapa belum pulang?!"

Ruwi refleks menjauhkan smartphone dari telinganya saat suara Mila yang nyaring meneriakinya di seberang sana.

"Sorry, Mil. Gue lupa ngasih kabar," bisik Ruwi sambil melirik sekilas kondisi Mr. R. Takut suaranya dapat membangunkan pria itu.

"Lain kali kasih kabar dulu, kek! Bikin orang gak bisa tidur aja! Sekarang lo ada di mana?!" Nada bicara Mila masih terdengar kesal, dia mendengkus kasar.

"Maaf sekali lagi, gue benar-benar lupa ngasih kabar. Sekarang gue lagi ada di rumah sakit. Ada hal yang gak bisa gue tinggal, jadi gue akan bermalam di sini," jawab Ruwi.

"Rumah sakit?! Siapa yang sakit? Lo baik-baik aja 'kan?" Mila berubah khawatir.

Ruwi tidak langsung menjawab. Itu karena fokusnya kini beralih pada jaket milik Mr. R yang tergeletak di meja. Sebuah ide tiba-tiba muncul dalam otaknya.

"Ruwi? Lo baik-baik aja 'kan?" ulang Mila karena lama tak mendapat jawaban.

"Iya, gue baik-baik aja, kok. Gue tutup teleponnya, ya, nanti gue telepon lo lagi. Selamat malam, Mila, dadah."

Tut. Ruwi langsung memutus sambungan telepon tanpa memberikan kesempatan pada temannya itu untuk menjawab. Setelah menyimpan ponselnya di saku celana, tangan Ruwi segera meraih jaket hitam milik Mr. R. Cewek itu nekat membongkar isi di dalam saku jaket itu berharap menemukan kartu identitas atau sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk mengenai stalker itu.

"Kenapa dia gak bawa hape atau dompet?" Ruwi sedikit kecewa karena tidak menemukan kedua benda itu dalam saku jaket milik Mr. R.

Pada saku terakhir yang dia geledah, Ruwi akhirnya menemukan sebuah kartu nama yang tersimpan di sana. "David?" Dia membaca nama yang tercetak dalam kartu nama itu.

Ruwi berinisiatif menelepon nomor yang tertera di bawah nama itu. Dia merasa orang bernama David mengenal Mr. R, dan itu bisa dia jadikan petunjuk untuk mencari tahu lebih dalam mengenai identitas Mr. R.

Deringan ponsel berbunyi cukup lama. Seseorang bernama David tak kunjung mengangkat telepon.  Pada percobaan kedua, suara bariton langsung menyapa pendengaran Ruwi.

"Halo."

Ruwi bingung harus mengatakan apa. "Apa Anda mengenal Mr. R?" Dan pada akhirnya pertanyaan itulah yang mendadak keluar dari mulutnya. Dia tidak berniat melakukan basa-basi terlebih dahulu.

Pria yang sedang Ruwi ajak bicara melalui telepon itu tidak langsung menjawab. Ruwi jadi curiga. Pria itu pasti sedang berpikir keras untuk memilih jawaban yang tepat agar tidak salah ucap.

"Halo, Anda mendengar suara saya?" Ruwi kembali bersuara setelah beberapa detik hening.

"Tidak. Saya tidak memiliki kenalan yang bernama Mr. R."

Jawaban David terdengar begitu tenang. Tapi, Ruwi tidak langsung memercayainya. Ia yakin kalau David sedang berbohong untuk membantu Mr. R menutupi identitasnya.

"Kalau tidak ada lagi kepentingan, saya akan menutup teleponnya. Selamat malam." David mengakhiri percakapan setelah mengucapkannya.

👣👣👣

Ruwi tidur pulas meskipun harus berada dalam posisi duduk dengan kepala bersandar di tembok. Sekiranya tiga jam lalu, cewek itu memutuskan untuk tidur di kursi yang tersedia di bahu lorong rumah sakit daripada harus tidur dalam satu ruangan dengan Mr. R. Meskipun stalker itu sedang tak berdaya karena terluka, Ruwi tetap mewaspadai beberapa hal yang masih mengganggu pikirannya.

Kedua mata Ruwi mengerjap perlahan saat nalurinya merasakan bahwa bumi mulai memasuki fase pagi hari. Dengan kesadaran yang belum terkumpul, dia menggeliat ringan karena merasakan otot-ototnya terasa pegal.

"Jaket siapa ini?" gumam Ruwi begitu menyadari ada sebuah jaket berwarna hitam yang menyelimuti tubuhnya.

Jaket yang dia pegang sekarang terlihat tidak asing. Menyadari sesuatu, Ruwi bangkit dari kursi dan langsung berjalan cepat menuju ruangan yang tempati Mr. R. Dugaannya benar, stalker itu sudah tidak ada di sana. Ruang inap itu sudah kosong menyisakan ranjang dengan selimut yang sudah terlipat rapi di atasnya. Sebelum Mr. R pergi, dia pasti menyempatkan diri untuk melihat Ruwi yang masih terlelap dan menyelimuti tubuh gadis itu menggunakan jaket hitam miliknya.

"Suster, Anda tahu di mana pasien yang menempati ruangan ini?" tanya Ruwi kepada seorang suster yang kebetulan lewat di depan ruangan.

"Subuh tadi, salah satu kerabat pasien datang dan langsung membawanya pulang."

"Apa?!" Ruwi sangat terkejut.

Ruwi tak tahu harus bagaimana saat mengetahui kalau stalker itu berhasil pergi tanpa sepengetahuannya. Dia mulai menyalahkan dirinya sendiri yang begitu lengah sampai membiarkan stalker itu pergi tanpa memberikan sepatah katapun. Jika tahu kalau Mr. R akan kabur setelah siuman, Ruwi pasti tidak akan tertidur dan lebih memilih terjaga semalaman di samping Mr. R demi mendapatkan keterangan atas semua hal yang Ruwi alami selama ini.

"Maaf, apakah Nona bernama Ruwi?" tanya Suster.

Ruwi menjawab dengan anggukan. Suster itu kemudian mengambil sesuatu dari dalam saku seragamnya. Dia menyerahkan sebuah amplop kepada Ruwi.

"Sebelum pergi, pasien itu meminta saya untuk memberikan amplop itu untuk Nona."

Setelah kepergian suster muda itu, Ruwi segera membuka amplop tersebut karena terlalu penasaran dengan isi di dalamnya. Ruwi menarik dan menghembus napas panjang, bibirnya mendadak kelu saat melihat isinya. Sebuah foto seorang pria dewasa bersama seorang gadis kecil di sampingnya. Ruwi yakin gadis kecil dalam foto itu adalah dirinya 15 tahun yang lalu.

(Iya, editan. Itu fotonya Andy Lau Dan Jihyo Twice. Gak tau kenapa pengen aja foto mereka dijadiin ilustrasi hehee)

Tangan Ruwi gemetaran saat akan membalik kertas foto tersebut. Di belakang foto, dia mendapati sebuah tulisan tangan yang tampak rapi. Tertulis dengan jelas.

Ayah & Ruwi

"Ayah dan Ruwi ..." lirih gadis itu.

Mata Ruwi mulai berkaca-kaca. Ia kembali membalikkan kertas kaku itu, mencoba memastikan kebenarannya. Gadis kecil dalam foto itu memang dirinya. Itu berarti pria dewasa yang ada di foto itu adalah ayah Ruwi. Semuanya sudah jelas bahwa foto yang Mr. R berikan itu adalah foto masa kecil Ruwi saat masih bersama sang ayah.

"Ayah ... Akhirnya Ruwi bisa melihat wajah ayah lagi." Air mata yang mengumpul di pelupuk mata tidak bisa Ruwi tahan lagi. Perlahan, kedua matanya mulai mengeluarkan cairan bening yang membasahi pipinya.

Ruwi terdiam, mencoba menemukan memori kejadian saat foto itu diambil. Namun, ia sama sekali tidak menemukan ingatan apapun selain hari perpisahannya dengan sang ayah di bukit.

"Maaf, Ruwi tidak bisa mengingat wajah ayah. Jika saja Ruwi tidak lupa, sedari dulu Ruwi pasti akan berusaha menemukan keberadaan ayah. Dengan begitu, mungkin sekarang ini kita sudah bersama." Bibir Ruwi gemetar saat mengucapkannya. Dia tidak bisa menghentikan air matanya yang semakin keluar deras.

"Ayah... Jika ayah masih hidup, Ruwi berharap kita bisa dipertemukan kembali. Ruwi sudah lama merindukan ayah."

Ruwi mengusap foto wajah ayahnya dengan gerakan halus. Untuk pertama kalinya selama 15 tahun Ruwi akhirnya bisa melihat kembali wajah sang ayah yang sudah pudar dalam ingatannya. Setidaknya, kerinduannya selama ini sedikit terobati dengan adanya foto masa lalu itu.

👣👣👣

Di ujung lorong rumah sakit, Mr. R yang sedari tadi menyembunyikan tubuhnya dibalik tembok akhirnya sedikit mengintip saat samar-samar mendengar suara tangis Ruwi.

"Kenapa lo malah ngasih foto itu ke Ruwi? Jika dia mulai beranggapan kalau ayahnya masih hidup, gimana?!" tanya David sedikit kesal karena keputusan Mr. R untuk menyerahkan foto usang itu kepada Ruwi.

"Sudah saatnya Ruwi mengetahui fakta itu. Lagian ayah Ruwi memang belum mati."

"Iya, ayah Ruwi memang belum mati, cuma dia lagi berperan jadi orang mati dalam kehidupan anaknya," timpal David.

"Terus, rencana lo selanjutnya apa? Jangan bilang lo bakal ngasih tau ke Ruwi tentang fakta sebenarnya."

Mr. R memuji David dalam hati karena kemampuannya dalam menebak yang tidak pernah meleset. "Gue emang akan memberitahu Ruwi semuanya. Bahkan gue berencana untuk mempertemukan Ruwi dengan Bos."

"Lo udah kelewat batas, R! Tugas lo itu cuma melindungi dan mengawasi Ruwi diam-diam. Bos sudah memutuskan untuk merahasiakan keberadaannya, dia bahkan rela gak akan bertemu dengan anak semata wayangnya itu seumur hidup. Tolong hargai keputusan Bos, barangkali keputusan itu adalah pilihan terbaik untuk dia sendiri dan Ruwi. Jadi, jangan ikut campur!" David berusaha tegas berharap bisa mengurungkan niat Mr. R untuk menjalankan rencananya.

"Kalau lo gak mau mati, jangan berencana untuk mempertemukan Ruwi dengan Bos, ngerti?!" ancam David untuk menekankan ucapan sebelumnya.

Mr. R diam tak menjawab. Dia kembali menatap Ruwi dari kejauhan. Gadis itu masih berdiri ditempat sambil menatap foto kenangan masa lalu itu. Mr. R menarik kedua sudut bibirnya ke atas ketika melihat Ruwi yang sedang tersenyum bahagia memandangi foto pemberiannya.

"Ayo pulang," ajak David kemudian. "Gue masih ngantuk tau gak? Jam 3 pagi udah disuruh datang ke rumah sakit cuma buat bayar biaya operasi perut lo." David mendengkus kasar.

"Bantuin gue jalan, perut gue masih sakit nih. Orang itu nancepin pisau lumayan dalam, rasanya udah kayak kena tembakan dua kali," kata Mr. R dengan ekspresi kesakitan. Bergerak sedikit saja dia kesulitan karena jahitan di perutnya masih terasa jelas.

"Kalo masih sakit kenapa malah minta dipulangkan?!"

Mr. R tersenyum tipis menanggapinya. "Gue belum siap menghadapi Ruwi secara langsung. Jadi, lebih baik gue pergi dari rumah sakit ini."

.
.
.
.
.

(David dan Mr. R)


SEMANGAT!!!




Love,
Arama 🐾

Continue Reading

You'll Also Like

1M 48.6K 36
Anyelir Dayana sangat mencintai Biru Nevandra, namun sebaliknya Biru terlihat tidak mencintainya, padahal hubungan mereka sudah berjalan 6 tahu laman...
597K 53.2K 29
Lio bukan anak luar nikah yang kebanyakan orang menganggap rendah. Lio juga bukan anak nakal yang membuat kesal banyak orang. Lio hanya anak lugu ber...
684K 65.1K 57
"Darling, I want bite your neck. Suck your sweet fuckin' blood. Can I?" bisik Drytor. ā€¢ā€¢ā€¢ Seharusnya Irithella menjadi saudari dari lima pemuda bagai...
346K 26.2K 42
(lengkap) aku bertemu dengan seorang pria yang selalu mengikutiku kemanapun bahkan pada malam hari ia berada di dalam kamarku, aku seperti mempunyai...