Heroes - BnHA Fanfict (Comple...

By slayernominee

65.5K 7.8K 620

Midoriya tidak menyesali dirinya yang merupakan seorang quirkless. Penyesalan seumur hidupnya justru terletak... More

Prolog
•1•
•2•
•3•
•4•
•5•
•6•
•7•
•8•
•9•
•10•
•11•
•12•
•13•
•14•
•15•
•16•
•17•
•18•
•19•
•20•
•21•
•22•
•23•
•24•
•25•
•27•
•28•
•29•
•30•
•31•
•32•
•33•
•34•
•35•
•36•
•37•
•38•
--First Route--
--Second Route--
**Vote Room**
•••••
-New VillainDeku-

•26•

1K 152 8
By slayernominee

.
.
.
.
.

Satu hari berlalu.

Berita mengenai seorang murid yang hilang dalam kamp latihan membuat gempar seisi Jepang. Hal itu membuat nama UA dianggap tidak mampu melindungi muridnya sendiri.

Pihak sekolah bahkan telah membuat konferensi pers yang ditayangkan secara live pada masyarakat untuk meminta maaf atas kejadian yang telah terjadi. Mereka berjanji akan segera membawa kembali murid yang berhasil villain bawa sesegera mungkin.

Aizawa, hero yang dikenal tidak menyukai hal seperti media massa bersedia tampil sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab bersama Nezu dan beberapa guru lain.

Kelas 1A hari itu dirundung suasana muram. Mereka diberi waktu untuk beristirahat dirumah sebelum kembali masuk sekolah setelah kejadian penyerangan itu. Meski mereka libur, rasa tidak tenang tetap menghinggapi.

Meski anak-anak tidak diberi kabar, mereka tahu pihak sekolah akan segera mengadakan rencana penyelamatan Bakugou. Dia memang harus segera dibawa kembali agar masyarakat tidak terus menyerang UA.

Karena itu, Kirishima mulai perbincangan pada orang-orang yang dia rasa akan mau mendengarkannya. Dia bermaksud untuk bergerak lebih dulu dalam menyelamatkan Bakugou.

"Apa kau gila? Itu berbahaya! " Iida jelas segera menolaknya.

"Baiklah, kau hanya perlu untuk tidak ikut jika begitu. " ujar Kirishima serius.

"Aku tegaskan, jangan lakukan pemikiranmu itu!"

"Itu... memang berbahaya, aku setuju..." ujar Momo pelan.

Dua dari 4 orang yang dia ajak sudah berkemungkinan tidak ikut. Kirishima kemudian melihat pada Todoroki dan Shinsou sebagai harapan terakhirnya.

"Aku ikut. " jawab mereka. Kirishima langsung sumringah mendengarnya.

"Tunggu!" Iida sebagai ketua kelas jelas harus menjaga keamanan teman-temannya. "Todoroki, apa kau tidak ingat soal insiden Stain? Kita hampir dikeluarkan karenanya. Aku berterimakasih karena kau membantuku, tapi aku tidak akan membiarkan kita berada di posisi berbahaya lagi. "

"Tujuan kita kali ini bukan melawan langsung villain yang menjadi musuh kita, melainkan hanya menyelamatkan Bakugou dan kemudian mundur. Benarkan? "

"Ya, itu benar! " Kirishima mengangguk semangat. "Kalau begitu rasanya ancaman hukuman kita nanti tidak akan semengerikan yang kalian hampir terima dulu. "

"Astaga... " Iida memijat keningnya. "Bisakah kalian berhenti nekat? Dengar, mau bagaimanapun kita pasti akan tetap dianggap membahayakan diri. Karena yang akan kita datangi adalah markas villain league, mengerti? Kita tidak tahu juga ada bahaya apa yang akan kita lihat nanti."

"Sudah kukatakan, kalau begitu jangan ikut kalau tidak mau. " ulang Kirishima.

"Bukan begitu–"

"Aku akan temani kalian jika tetap bersikeras pergi. " ujar Momo. Iida menoleh terkejut. "Koordinat markas villain league ada di tanganku, juga aku bisa membantu menciptakan barang yang mungkin berguna nanti."

"Yaoyorozu, arigatou! " Kirishima berseru senang.

"Baiklah, jadi kita berempat yang pergi malam nanti? " tanya Shinsou.

"Ya, ayo kita susun rencana–"

"Sebentar. " Iida mengiterupsi. Dia kemudian menghela nafas panjang. "Kalian membuatku tidak punya pilihan lain... aku akan ikut. Aku akan hentikan rencana kita jika sudah mendekati bahaya, mengerti? "

Kirishima mengangguk. "Ayo kita berjuang sama-sama. "

.
.
.
.
.

Markas villain league.

Pencahayaan disana selalu redup terserah secerah atau segelap apapun diluar sana.

Midoriya baru saja kembali dari menemui Shigaraki yang mengajaknya bicara soal kemampuan bertarung yang selama ini Shigaraki minta untuk dia terus latih.

Gadis itu berjalan melewati ruangan dapur. Meski memiliki dapur, tempat itu selalu sepi dan jarang digunakan untuk memasak banyak. Masing-masing villain makan sesuai keinginan mereka, jadi dapur akan digunakan pada waktu yang random dan kebanyakan memasak secara personal untuk diri mereka sendiri.

Kini pintu dapur tengah terbuka meski tidak ada siapapun didalam.

Midoriya ingat akan percakapan Shigaraki dengan Kurogiri sebelum dia keluar dari bar.

"Apa bocah itu sudah kau beri makan?" tanya Shigaraki.

"Aku baru saja berniat akan memberinya setelah pembicaraan kita selesai. "

"Apa kubiarkan saja dia kelaparan? Dengan begitu dia akan kutanya dalam keadaan lapar. Dia harus memilih untuk bergabung atau mati kelaparan. Haha, seru juga. "

"Begitukah? "

Midoriya melihat pada jam di layar ponselnya yang menyala setelah dia menekan salah satu tombolnya. Sudah hampir siang.

Diingat-ingat lagi dirinya juga belum makan sejak pagi. Dia sibuk berlatih dan meladeni perkataan Shigaraki yang sering membuatnya jengah.

Midoriya selalu mendapat tawaran sarapan dari Dabi yang entah bagaimana caranya selalu kebetulan dia lihat tengah memasak di dapur setiap pagi. Namun Midoriya selalu menolaknya dan pergi, Dabi hanya akan terkekeh dengan sifat dinginnya setiap saat.

Perutnya belum lapar, namun Midoriya putuskan untuk memasak sesuatu.

Memasuki dapur, dia melihat peralatan yang begitu sederhana. Banyak ruang kosong yang ada, namun tempat itu tetap bersih karena digunakan sepanjang waktu meski tidak menentu.

Biasanya Midoriya hanya akan melihat pada persediaan bahan makanan yang masih ada dan memasak apapun yang dia bisa. Kini dia melihat jika persediaan masih cukup penuh.

Dia mengambil beberapa bahan dan mulai memasak. Setelah matang, Midoriya memakannya dengan duduk di kursi meja dapur. Masakannya terasa sedikit hambar, dia lupa menambahkan sesuatu tadi. Tapi dia tidak peduli dan tetap memakannya.

Setelah piringnya kosong, dia kembali ingat pada Shigaraki yang kemungkinan besar benar-benar berniat membuat Bakugou kelaparan.

Midoriya terdiam sejenak.

Dia tidak punya tanggungan tugas apapun sampai tiga jam kedepan. Dabi juga tengah pergi bersama beberapa anggota villain league lain, jadi dia tidak akan mendapat gangguan. Shigaraki dan Kurogiri biasanya akan sibuk di bar membicarakan berbagai hal.

Akhirnya, tangannya kembali bergerak untuk memasak makanan lain. Dia akan membawakannya untuk Bakugou.

Kenapa? Midoriya bisa biarkan saja rencana Shigaraki terjadi. Kenapa dia justru bergerak melawan rekannya?

Entahlah, Midoriya masih belum tahu alasan jelasnya.

.
.
.

Berada di depan pintu baja ruang bawah tanah dengan sepiring makanan dan segelas air yang dia bawa dengan sebuah nampan, Midoriya berdiri menatap pintu itu dengan berpikir soal kemarin malam.

Dia menyetujui perkataan Dabi yang memintanya untuk berjanji tidak menemui Bakugou. Namun dia berniat untuk mengingkarinya. Karena dia memang tidak sepenuhnya percaya pada Dabi yang dia ketahui selalu menyembunyikan rahasia dibalik ucapannya.

Midoriya membuka kunci dengan sebelah tangannya dan mendorong masuk pintu besar itu perlahan.

Lampu didalam ruang bawah tanah terkesan lebih redup dibanding lampu dilantai atas. Perbedaan cahaya membuat manik hijau Midoriya sedikit melebar ketika menyesuaikan dengan cahaya yang ada.

Dia melihat sosok laki-laki blonde yang duduk dengan tangan dan kakinya yang terkunci tak bisa bergerak. Kepalanya tertunduk. Midoriya berpikir Bakugou tertidur.

Gadis itu melangkah ke hadapan Bakugou. Langkahnya sunyi dan hampir tidak bersuara meski ruangan itu sangat hening. Dia sudah terbiasa berjalan tanpa menimbulkan suara kemanapun dia pergi.

Tiba didepan pria itu, Midoriya mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambut blonde Bakugou. Dia berniat membangunkannya.

Baru sedikit jemarinya menelisik helaian rambut Bakugou, pria itu menyadarinya dan tersentak kemudian mendongak cepat.

Bakugou yang merasa sedikit pusing akibat gerakan tiba-tibanya memejamkan sebelah mata dan mencoba melihat siapa yang membangunkannya. Dia terkejut dan membuka kedua matanya.

"Deku...? "

"Kau bangun lebih cepat dari yang kukira. " ujar Midoriya.

Bakugou menatap gadis itu lamat-lamat. "Kau... "

"Aku hanya datang untuk membawakanmu makanan. Tidakkah kau lapar? Ini sudah siang. "

Bakugou hendak mengatakan sesuatu, namun Midoriya memotong ucapannya.

"Tunda komentarmu setelah kau makan." ujarnya.

Bakugou hanya diam ketika Midoriya mulai menyuapinya. Suapan demi suapan dia makan tanpa membantah. Suara denting pelan dari sendok yang menyentuh permukaan piring menjadi satu-satunya suara yang ada di ruangan itu.

Makanan itu terasa sedikit hambar di lidah Bakugou, namun dia tidak memedulikannya. Jujur saja, mungkin dia akan marah dan bisa memuntahkan makanan itu jika bukan Midoriya yang datang.

Setelah piring sudah kosong, Midoriya membuat Bakugou minum dengan perlahan. Karena minum bukan dari tangan sendiri akan sulit. Namun Midoriya berhasil membuat Bakugou minum tanpa membuat air menetes berantakan.

"Aku tidak menduga kau akan semenurut ini untuk kuminta makan." ujar Midoriya saat kembali meletakkan gelas keatas nampan. "Apa kau tidak takut aku meracuninya? "

"Tidak. " jawab Bakugou seketika.

"Apa kau kebal pada racun atau semacamnya? "

"Kau tidak akan meracuniku. "

Midoriya melihat pada Bakugou yang menatapnya serius. "Kenapa kau sangat yakin? "

"Kau tidak akan melakukannya, itu saja. " jawab Bakugou cuek.

Midoriya mengernyit. Namun dia memilih untuk tidak bertanya lebih jauh.

"Apa kau memang ditugaskan untuk membawanya kesini? " Bakugou bertanya setelah hening melanda selama beberapa saat.

"Tidak. " jawab Midoriya. "Aku sendiri yang berniat datang. "

Bakugou mengernyit. "Kenapa? "

"Kalau perkiraanku benar, kau akan dibiarkan kelaparan sampai waktunya kau ditanyai nanti. "

"Lalu apa maksudmu membawakanku makan? Bukankah kau bagian dari mereka? "

Midoriya terdiam. Manik hijaunya yang berpendar redup menatap pada piring yang dia bawa. "Entahlah."

"Kau tidak mau diriku kelaparan?"

"Anehnya diriku berpikir begitu. "

"Bukankah itu akan menggagalkan rencana kalian? "

Midoriya mendengus dan menyisir anak rambutnya yang mengganggu kebelakang. "Sudah kukatakan, aku tidak tahu. Bisa kau berhenti menanyakan itu? Itu menggangguku."

"Apa itu karena kau masih memiliki ingatan masa lalumu? "

Midoriya mengernyit, Bakugou menatapnya serius.

"Deku, kau masih ingat soal diriku, kan? " tanya Bakugou dengan manik merahnya yang menatap lamat-lamat.

Jadi memang benar jika Dabi menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi bukan itu saja, semua anggota villain league juga selama ini bertingkah seolah tidak ada apapun yang terjadi.

Perkiraan Midoriya soal dia yang akan tahu sesuatu jika menemui Bakugou langsung memang tidak salah.

"Aku tidak akan mengatakan jika aku mengenalmu. " ujar Midoriya. "namun ingatan asing yang akhir-akhir ini datang membuatku berpikir jika aku pernah mengenalmu, dan orang-orang lain yang ada di lokasi kemarin. "

"Itu bukan ingatan asing, itu memang ingatanmu. Kau yang menjalani kehidupan itu bersama kami, dan masih terekam jelas dalam ingatanmu itu."

Midoriya mulai penasaran dan was-was bersamaan. Hal yang disembunyikan villain league darinya membuatnya ingin tahu lebih jauh, tapi pikiran villain yang Shigaraki tanamkan padanya membuat Midoriya merasa tidak bisa mempercayai perkataan pihak lain dengan mudah.

"Apa kau tidak sedang membual? "

"Untuk apa? " Bakugou kesal. "Bukankah kau lihat sendiri ingatan-ingatan itu? Bagaimana aku bisa memalsukannya? "

Baiklah, untuk sekarang, rasa penasaran Midoriya mengalahkan perasaan was-wasnya. "Lalu... kenapa aku bisa melupakan semua itu? "

"Karena kau diperdaya oleh mereka. Villain league busuk ini! Mereka yang memaksamu melupakan itu semua."

"Diperdaya? " Midoriya mengernyit. "Untuk apa mereka memperdayaku? Sejak kapan? "

Bakugou semakin kesal karena tahu villain league benar-benar telah melakukan yang keterlaluan pada Midoriya.

"Sejak awal. Tempatmu bukanlah markas gelap ini, Deku. Mereka menculikmu beberapa bulan lalu dan membuatmu bergabung dengan mereka secara paksa. "

Semua perkataan yang Midoriya dengan seolah tidak masuk akal. Diculik? Dipaksa bergabung? Dia benar-benar tidak mengerti.

"Tidakkah kau ingat pada ibumu? Setelah diculik kau terpaksa menuruti mereka untuk melindungi ibumu yang mereka ancam akan lenyapkan jika kau menolak."

Ibu. Ya, Midoriya ingat dia pernah melihat sosok yang dia kira adalah ibunya kemarin. Namun Midoriya tidak terlalu memikirkannya setelah pikirannya kembali tenang saat itu.

"Kau kemudian bersekolah di UA, tempat yang sama denganku dengan menyamar sebagai Amaya Izuku. "

Midoriya mengernyit. Dia juga ingat sedikit-sedikit jika ada beberapa orang yang entah siapa memanggilnya Amaya. Nama yang tidak dia kenali.

"Aku sadar jika itu adalah kau setelah kau hilang dalam kasus penculikan itu. Namun butuh beberapa saat sebelum kau akhirnya mengaku sebagai Midoriya padaku. "

"Jadi dulu aku berpura-pura tidak mengenalmu? "

"Ya! Kau sering membuatku kesal dengan itu! "

"Bagaimana bisa aku kemudian mengaku? "

"Setelah insiden USJ, kau tiba-tiba pergi untuk mencegah pria bernama Touya datang ke UA, dia berniat mengacau dan kau menghentikannya."

Midoriya diam mendengar nama Dabi. Nama asli villain itu hanya diketahui sedikit orang. Bakugou tidak akan bisa memalsukan hal sepenting sebuah nama.

"Dan pada hari dimana kau mengakui identitasmu pada pihak sekolah, mereka kembali membawamu. "

Secercah ingatan mengenai dirinya yang berambut hitam berlari tergesa-gesa menuju sebuah kelas muncul.

"Mereka menyerang kelasku untuk memancingmu datang. Mereka juga menggunakan anak-anak kelas untuk memaksamu kembali. "

Sosok Dabi, Shigaraki dan Kurogiri muncul ketika dia masuk kedalam kelas itu. Dia juga melihat Aizawa berada dalam posisi bertahan dan melindungi. Semua mata memandangnya saat itu.

Cubitan ingatan yang menyakiti kepalanya kembali muncul. Midoriya mengernyit dan mengeratkan pegangannya pada nampan di tangannya.

"Apa yang terjadi...? Apa penyerangan itu menimbulkan korban? "

"Tidak. " Bakugou melihat ada sedikit gerak aneh dari Midoriya. "Kau mencegahnya timbulnya korban dan pergi bersama mereka. "

Manik Midoriya sedikit melebar. "Aku? Menyelamatkan kalian? " sebelah alisnya menukik. "Aku diberitahu jika aku datang sebagai pembunuh rakyat sipil. Jadi kurasa–"

"Sudah kubilang mereka telah memperdayamu! " teriak Bakugou. "Mereka menipumu, semua yang mereka katakan itu bohong, mengerti?!

Kalau kau masih mengelak, maka jawab aku. Apa kau punya ingatan mengenai waktu dimana kau membunuh seseorang? Katakan, apa kau ingat?! "

Midoriya terdiam. Tidak. Dia sama sekali tidak punya.

Dia baru menyadari hal itu sekarang. Dirinya terlalu mempercayai ucapan Shigaraki yang mengatakan dia amnesia karena luka parah ketika aksinya diketahui para hero dan dia berhasil mundur saat terdesak. Villain league kemudian menemukannya yang sekarat dan merawatnya.

Jika memang benar dia seorang penjahat yang mengalami amnesia, seharusnya potongan ingatan yang dia terima adalah kejadian dimana dia tengah melakukan kejahatan bengisnya. Namun tidak ada satupun yang berhubungan dengan itu.

"Kau tidak punya, kan? "

Ucapan Bakugou menyadarkannya dari pikirannya yang tengah mempertimbangkan beberapa hal logis yang dapat menjawab rasa penasarannya selama ini.

Midoriya hanya diam, namun tatapan gadis itu telah berubah. Bakugou tahu jika Midoriya mulai sadar.

"Deku. " panggilnya pelan. "Dirimu yang berada dalam kondisi sekarang sebagian merupakan kesalahanku. " Bakugou memelankan nadanya.

"Dulu diriku begitu acuh padamu, dan itu menambah beban yang selama ini kau tanggung sebagai seorang quirkless. Kemudian kau jatuh dalam lubang gelap ini dan bodohnya diriku yang baru saja merasa menyesal setelah kau pergi.

Aku mencoba menebus kesalahanku dengan membuatmu mengaku setelah menemukanmu. Namun aku gagal karena kau kembali pergi.

Kali ini... aku akan kembali mencoba menebus kesalahanku. "

Midoriya melihat Bakugou yang nampak begitu menyesal.

"Deku. Cukup. Sudah cukup. " nada Bakugou sedikit bergetar.

"Kau memang tidak memiliki kekuatan. Namun kau adalah pahlawan yang menyelamatkan banyak orang. Kau membantu UA keluar dari serangan di USJ, kau menyelamatkan UA dan menyerahkan dirimu untuk kembali bersama mereka, kau terpaksa menurut meski tidak ingin karena ingin melindungi ibumu juga. Mungkin masih banyak hal lain yang tidak kuketahui darimu.

Cukup, kau sudah tidak perlu menanggung beban yang lebih lagi.

Kembalilah, dan kuyakin pihak kami akan sepenuhnya melindungimu hingga mereka berhasil dikalahkan. "

Bakugou melawan sikapnya yang biasanya malas untuk banyak bicara untuk berusaha membawa kembali Midoriya.

Dia tidak peduli jika Midoriya akan menganggapnya aneh setelah gadis itu kembali ingat sepenuhnya soal dirinya. Dia hanya ingin Midoriya kembali. Dia tidak ingin kehilangan gadis itu lebih lama.

Midoriya yang sedaritadi hanya diam mendengarkan perkataan Bakugou, mulai membuka mulutnya.

"Aku... "

.
.
.
.
.

To be continue--

Continue Reading

You'll Also Like

442K 34.3K 49
Peringkat 1 [05/12/21] #bl Peringkat 1 [01/12/21] #midoriya Peringkat 1 [01/12/21] #bakugou Peringkat 1 [01/12/21] #bakudeku Peringkat 1 [07/01/2...
87.4K 9.2K 27
Cerita dimulai dari Izuku yang asal tarik orang sembarangan di tempat umum untuk berlindung dari sang mantan yang sedang mengejarnya tak kenal tempa...
56.9K 4.6K 38
Kacchan, itulah nama yang sering di sebut-sebut oleh Izuku. Teman masa kecil dan juga inspirasinya untuk selalu berjalan di belakangnya.... ...