Tertanda Dosenmu (Complete ✓)

By ZahrotulAn

2.7M 224K 4.6K

Serangkaian kejadian tidak terduga membuat mereka harus melakukan sebuah pernikahan. Walaupun bagi yang lain... More

Bagian 1 : Kenangan Mati Lampu
Bagian 2 : Nomor Adam
Bagian 3 : Lamaran
Bagian 4 : Telepon
Bagian 5 : Dia Yang Berbeda
Bagian 6 : Hukuman
Bagian 7 : Hukuman Dari Adam
Bagian 8 : Pulang Bersama
Trailer
Bagian 9 : Menginap
Bagian 10 : Penyusup!
Bagian 11 : Keputusan
Bagian 12 : Menyebalkan
Bagian 13 : Bekas Merah
Bagian 14 : Andrian
Bagian 15 : Khawatir
Bagian 16 : Dihibur
Bagian 17 : Calon Istri
Bagian 18 : Inggrid Iswara
Bagian 19 : Terlalu Berharap
Bagian 20 : Merenggang
Bagian 21 : Insiden
Bagian 22 : Kebohongan
Bagian 23 : Menikah?
Bagian 24 : Lamaran
Bagian 26 : Keputusan Ara
Bagian 27 : Hari Pernikahan
Bagian 28 : Panggilan
Bagian 29 : Berpelukan
Bagian 30 : Bersembunyi
Bagian 31 : Pindah
Bagian 32 : Bersinar
Bagian 33 : Bakat Terpendam
Bagian 34 : Definisi Dosen Killer
Bagian 35 : Baby Adam
Bagian 36 : Terlalu Kolot?
Bagian 37 : Puput
Bagian 38 : Wejangan
Bagian 39 : Kau Rumahku
Repost Bagian 39 : Kamu Rumahku
Bagian 40 : Happy Ending
Bagian 41 : Terpesona
Bagian 42 : Cemburu
Bagian 43 : Tertanda, Dosenmu.
Bagian 44 : Ilham yang Ngenes
Bagian 45 : Awal Jumpa
Bagian 46 : Cinderellawan
Semara Loka
Bagian 47 : Hamidun
Bagian 48 : Menjadi Seorang Ibu
Bagian 49 : Rempong
Menyapa
Bagian 50 : Entah Kesalahan Apa
Bagian 51 :
Bagian 52 : Penolakan
Bagian 53 : End
Versi Revisi
Bang/Mas/Kak

Bagian 25 : Kebimbangan

42.1K 3.8K 18
By ZahrotulAn

"Dek, bangun, Dek. Di luar ada Adam sama keluarganya," heboh Ilham di dalam kamar Ara.

Ara menggeliat dan tersenyum miring. "Ara gak akan masuk perangkap Bang Ilham dua kali. Waktu awal-awal ketemu Kak Adam, Abang udah pernah prank Ara model begini. Dahlah, Ara capek banyak pikiran, mau tidur," ucapnya lalu tidur kembali.

"Abang serius!"

"Ara juga serius."

Ilham berdecak dan pergi meninggalkan kamar Ara, sedangkan Ara menggeliat singkat dan melanjutkan tidurnya.

Suara pintu diketuk terdengar di telinga Ara. "Masuk," suruh Ara tanpa membuka mata.

"Ra." Sebuah panggilan yang langsung membuat buku kuduk Ara merinding. Ara langsung duduk dari posisinya dan melihat ke sumber suara.

"Kak Adam?!" seru Ara terkejut.

"Surprise!" ucap Adam membuat Ara menatap Adam dengan tatapan 'apaan sih?'

Melihat tatapan Ara yang seperti itu, Adam terkekeh dan berjalan mendekat.

Ara menarik selimutnya sampai ke dada. "Kak Adam mau ngapain?!"

"Ya ampun, Ra. Aku nggak bakal apa-apain kamu. Tapi nggak tahu lagi kalau kebablasan," gurau Adam yang langsung mendapat sambutan lemparan bantal oleh Ara. "Wetsss. Nggak kena."

"Kak Adam ngapain sih ke kamar aku?"

"Kan kamar kamu bakalan jadi kamar aku juga."

Ara langsung teringat lamaran Adam kemarin. "Nggak usah aneh-aneh ya. Seingetku, aku belum terima lamaran Kak Adam."

"Jadi kamu belum mutusin?"

Ara menggeleng. "Aku udah tahu, aku nggak hamil dan aku cuman masuk angin. Kemarin aku dikerokin Bunda, dan sekarang aku udah nggak mual lagi! Jadi nggak usah drama kayak kemarin."

Adam tertawa mendengarnya.

Ini orang kenapa sih? Bentar-bentar aneh, bentar-bentar baik, terus lanjut serius, terus... intinya labil.

"Ra, maksud aku datang ke sini, aku mau lamar kamu dan ingin segera melakukan pernikahan sama kamu."

Ara dibuat menganga karena ucapan Adam barusan. "Kak, jadi yang kemarin Kak Adam serius? Tapi aku belum bilang terima atau nggaknya lamaran Kak Adam. Lagian Bang Ilham juga belum nikah, dan aku juga masih kuliah."

"Apa mukaku ini menunjukkan aku cuma bergurau?" Ara menunduk dan menggeleng.

Adam menggigit bibir bawahnya gemas melihat tingkah Ara, sedetik kemudian Adam merengkuhnya ke dalam pelukan. "Niat baik kenapa harus ditunda-tunda dengan berbagai alasan? Kamu yang bilang sendiri kalau aku udah siap dan matang untuk menikah. Sekarang aku sudah menemukan calon, dan itu kamu. Just you, and nothing else. Aku cinta sama kamu, Ra. Apa kamu nggak bisa ngrasain itu?" Adam melepaskan pelukannya dan menatap manik mata Ara lekat. "Will you marry me, Inggrid Iswara?"

"Aku...."

"Aku tunggu jawaban kamu di depan. Kamu mandi dan ganti baju dulu. Di depan sudah ada orang tuaku."

###

A

ra PoV

Gila! Gila! Gila! Ternyata Kak Adam serius mau nikahin aku!

Sembari mandi, hanya itu yang bisa aku pikirkan. Perihal jawabannya aku juga tidak tahu.

Aku tidak tahu perasaanku pada Kak Adam bagaimana.

Aku tidak tahu harus menerima atau tidak.

Setelah drama Kak Adam kemarin yang membuatku beropini yang tidak-tidak, tidak boleh beli testpacklah, bilang maafin aku maafin aku sambil peluk-peluk lagi.

Apa Kak Adam lamar aku karena Tante kemarin yang ternyata Ibunya Kak Adam minta ya?

Apa aku suka sama Kak Adam.

Perasaan aku cuma nyaman aja.

Hmmm, terus juga aku kadang ngerasa agak nyesek sih kalau Kak Adam ada yang deketin. Apa itu cemburu? Apa itu artinya aku suka sama Kak Adam.

Tapi... menikah?

Dosen Killer itu, haruskah aku menikahinya?

Aku ingin menikah satu kali dalam hidupku. Aku ingin satu untuk selamanya. Kak Adamkah orang yang tepat?

Bagaimana dengan respon Bunda, Ayah sama Bang Ilham? Apa mereka mengatakan iya?

Apa bagi mereka Kak Adam pilihan yang tepat dan terbaik buat aku? Apakah Kak Adam pilihan yang terbaik buat aku?

Oke! Aku harus bicara dulu dengan keluargaku!

Tapi pertama-tama, aku harus menyelesaikan mandiku dulu.

10 menit berlalu, aku sudah siap dengan baju dress selutut berwarna merah muda yang entah kenapa sudah ada di atas kasurku.

Kusisir rambutku dan yang terakhir memakai parfum.

Deg deg deg.

Tiba-tiba saja jantungku berdegup tidak sesuai iramanya. Wah, apakah aku gugup?

Iya! Aku gugup huhu. :(

Aku menghela napas berat dan keluar dari kamar menuju ruang tamu.

"Wah, ini Ara sudah datang," ucap Bunda menyambutku dan menyuruhku duduk di sampingnya.

Belum sempat Kak Adam bicara, aku menyela.

Masa bodohlah dianggap tidak sopan. Aku harus membicarakan ini dengan keluargaku terlebih dahulu.

"Maaf sebelumnya, Kak. Ara mau bicara dulu sama keluarga Ara. Bunda, Ayah, Bang Ilham, Ara mau ngobrol sebentar, Ara tunggu di kamar Ara," ucapku lalu bergegas ke kamar.

Di dalam kamar, aku mandang keluargaku satu persatu.

"Ra, Bunda tahu, kamu lagi bingung kan?" tanya Bunda yang aku jawab dengan anggukan.

"Ra, kamu bingung kenapa? Kamu bimbang karena apa?" Kini gantian Ayah yang bertanya padaku.

"Ara kan masih kuliah, Yah. Bang Ilham juga belum nikah, terus Ara juga masih bingung. Nggak tahu pokoknya bingung aja."

"Ra, menikah itu salah satu upaya untuk menyempurnakan agama. Bunda ingin kamu ada yang jaga, dan juga fitrah manusia untuk menikah. Adam datang ke sini dengan maksud baik, dia sudah siap lahir-batin, dia sudah mampu untuk menikah. Kalau kamu bilang masih kuliah, Bunda rasa, kuliah bukan alasan untuk menunda perbuatan baik memelihara dan menyempurnakan agama," ucap Bunda.

"Menikah itu dapat mengindari diri dari zina dan menikah juga salah satu sunah Rasul. Ayah dan Bunda setuju kalau kamu menikah dengan Adam. Ayah harap kamu memutuskan dan memilih dengan bijak, jangan sampai salah pilih dan menyesal kemudian hari," ucap Ayah melanjutkan dan pamit keluar bersama Bunda.

Kini tinggal aku dan Bang Ilham. Bang Ilham menyentuh pundakku dan berkata, "Ra. Beri alasan Abang kalau kamu memilih menolak lamaran Adam."

Aku terdiam. "Perasaan?" jawabku menyatakan yang menyerupai pertanyaan.

"Kamu bimbang karena perasaan? Kamu yakin nggak punya perasaan sama Adam?"

"Bu-bukan Ara yang nggak yakin kok. Ara nggak yakin sama perasaan Kak Adam ke Ara," kilahku. Padahal dalam hati aku juga masih bimbang dengan perasaaanku.

"Harus berapa kali Abang bilang kalau Adam itu suka sama kamu? Adam emangnya nggak pernah jujur sama perasaannya ke kamu?"

"Pernah," jawabku kemudian terdiam.

"Ra, Ayah sama Bunda setuju kamu sama Adam. Bang Ilham juga berpikiran serupa. Bang Ilham udah kenal sama Adam lama. Dan Bang Ilham yakin, Adam orang yang baik buat jadi suami kamu. Ayah sama Bunda sama sama Adam dan mendukung dengan bahagia saat Abang bilang Adam mau lamar kamu. Percaya nggak percaya, rencana lamaran Adam udah ada lebih dari seminggu yang lalu. Kamu nggak pengen bikin mereka bahagia?" tanya Bang Ilham yang membuatku mengangguk. Bagai serangan telak untukku. "Pengen, Bang."

Siapa yang tidak pengen bikin orang tuanya bahagia? Aku pengen bikin mereka bahagia, apakah dengan pernikahanku mereka akan bahagia?

Bang Ilham menepuk-nepuk pundakku dan berdiri. "Ayo keluar dan katakan jawaban kamu, terima atau tidak. Jangan buat Adam dan keluarganya menunggu."

###

Continue Reading

You'll Also Like

602K 37.3K 54
Arinda sering mendengar 'Perbedaan antara cinta dan benci itu tipis sekali, setipis sehelai rambut yang di bagi menjadi sepuluh'. Sungguh sangat tipi...
2.5M 31.4K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
5.6M 291K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
231K 12.2K 47
Tidak ada yang baik Bagi Reina, jika harus berhadapan Dengan Melvino Rafkha Davendra. Boss super Arrogan, yang Hanya Bisa memerintah . Namun demi...