Hei, Baby boy - yeonbin

cairaxa által

382K 37.2K 12.3K

Yeonjun tidak pernah tahu kalau bermain dengan seorang pembangkang dan keras kepala seperti Soobin, jauh lebi... Több

prolog
1. Got Him
2. A Deal
3. Rules
4. Mine
5. Teasing
6. Yeonjun's office
7. Daddy
9. Penthouse
10. Club
11. First punishment
12. Bussiness trip
13. Kai
14. Welcome back, Yeonjun
15. The New One
16. Straight
17. Ramai
18. The Older's house
19. The Party
20. I Know I Love You
21. Noona
22. Second punishment

8. Fuck You

20.5K 1.6K 428
cairaxa által

Tik

Tok

Tik

Tok

Kedua netra jernih itu mengedip pelan, mengumpulkan kesadaran saat sebelumnya hanya berdiam diri mendengarkan dentingan jam.

Soobin mencoba mendudukan diri dengan perasaan tidak asing yang menghantamnya—tubuhnya yang serasa remuk tak bersisa. Sial.

Yeonjun menggempurnya habis habisan kemarin malam seakan akan semua perasaannya selama lima hari kebelakang ia tuangkan dalam satu waktu. Pantas saja, sebenarnya. Terakhir kali Yeonjun menyentuhnya adalah minggu kemarin, tepat dihari dimana mereka bertemu dan juga pertama kalinya mereka melakukan itu.

Tentu saja Soobin memprotes disela kegiatan panas mereka. Suruh siapa selama lima hari kebelakang Yeonjun menghilang begitu saja.

Ya walaupun sebenarnya, eum—ugh Soobin benci mengakui ini—tapi ia juga merindukan sentuhan Yeonjun ditubuhnya.

"Sudah bangun?"

Soobin melirik ke arah pintu kamar yang terbuka, menampakkan Yeonjun yang sudah rapi disetelan formalnya.

Omong omong, kini mereka berdua berada di penthouse yang lebih tua. Setelah melakukan tiga ronde dikantor, Yeonjun membawa Soobin ke penthousenya dan melanjutkan kegiatan mereka hingga pukul satu pagi. Sebenarnya Yeonjun ingin melakukannya semalaman, sampai pagi. Sayangnya, Soobin masih ada kelas pukul sepuluh nanti dan Hyunjin memberitahunya bahwa rapat yang kemarin ia tunda sudah menunggunya pukul delapan pagi.

"Kau berangkat sekarang?"

"Ya, seperti yang aku beritahukan padamu kemarin malam"

"Bagaimana denganku?"

Yeonjun menghampiri Soobin, duduk dihadapannya. Ia meraih tangan yang lebih muda, mengecup punggung tangannya sekilas sebelum kemudian menggenggamnya dengan kedua tangan. "Maaf, sayang. Tapi aku tidak bisa mengantarmu hari ini. Kau pergi sendiri ya? Eum?"

Soobin mendecak sembari memalingkan wajahnya yang mulai memanas—karena Yeonjun terus menatapnya lembut dan tidak berhenti mengusap pelan tangannya yang ia genggam.

Satu hal yang tidak boleh Soobin lupakan : Choi Yeonjun adalah perayu ulung. Dan Soobin termakan oleh rayuannya itu.

"Kau menyebalkan"

Yeonjun hanya terkekeh dan mengecup pipi gembil Soobin sekilas. "Mandilah. Aku sudah menyiapkan baju baru untukmu dan jika kau lapar, aku juga sudah menyiapkan makanan diatas meja makan"

"Hm"

Hanya memerlukan waktu sebentar untuk Soobin membersihkan diri—perutnya yang sudah keroncongan menjadi faktor utama—dan setelahnya, keluar dari kamar dengan rambut setengah basah dan hanya mengenakan bathrobe. Soobin terlalu malas untuk memakai baju sekarang.

Keningnya berkerut bingung saat melihat Yeonjun yang masih duduk diatas sofa. "Yeonjun? Kau belum berangkat?"

"Hm? Aku baru saja akan....."

Ucapan yang lebih tua terhenti begitu saja ketika ia menoleh dan melihat penampilan Soobin sekarang. Mata kucing Yeonjun menatap si manisnya dari atas ke bawah, menelisiknya. "Wow. You look so fucking sexy, baby"

Soobin mendecak. "Diamlah. Kau harus cepat pergi"

Yeonjun bangkit dari duduknya, menghampiri Soobin dan melingkarkan tangannya dipinggang yang lebih muda, bertanya. "Kau marah?"

"Kenapa aku harus marah?"

"Yah, kau tahu, karena aku tidak bisa mengantarmu sekarang" sembari mengatakan itu, Yeonjun menelusupkan kepalanya diceruk leher Soobin, memberikan kecupan kecupan ringan disana.

Kedua tangan si manis naik, sebelah tangannya memeluk leher Yeonjun dan sebelahnya lagi menelusupkan jari-jarinya di rambut silver Yeonjun yang kini sudah berubah menjadi hitam, merematnya pelan. "Aku tidak se-kekanak-kanakan itu"

"Really?"

"Eum, se-sebenarnya, aku sedikit tidak menyukainya. But it's fine. Pekerjaanmu lebih penting. Lagipula, aku tidak boleh mengganggu urusan pekerjaanmu kan?"

"Aku senang kau mengingatnya"

Soobin mengangguk dan semakin menjenjangkan lehernya, memberi akses pada Yeonjun untuk terus menciuminya.

Soobin memejamkan matanya erat saat ciuman Yeonjun dilehernya semakin beringas. "J-jun, jangan membuat tanda"

Yeonjun hanya berdeham. Sebenarnya, ia ingin sekali memenuhi leher Soobin dengan bercak bercak kemerahan hasil karyanya. Hanya saja mereka sudah sepakat untuk tidak membuat tanda dibagian tubuh yang terekspos agar Soobin tidak perlu menutupinya dan tidak akan membuat orang lain curiga.

Tubuh Soobin berjengit kaget saat sebelah tangan Yeonjun turun kebawah, menuju dua bongkahan bulatnya dan meremasnya pelan.

"Ugh... Yeonjun..."

Soobin menekan kepala Yeonjun agar menciumi lehernya semakin dalam. Sebelah tangannya mengusap dada Yeonjun pelan dan semakin turun menuju tubuh bagian selatan yang lebih tua, merabanya dan saat itulah, Yeonjun tiba tiba menarik diri menjauh dan berujar menyebalkan, "Time's out. Aku harus pergi sekarang"

'Wtf?'

Terakhir, Yeonjun mendekati telinga Soobin dan berbisik pelan, "Jangan sampai kau terlalu menegang karena sentuhanku barusan. Okay, baby? Aku pergi" dan Yeonjun memberikan satu kedipan genit sebelum menutup pintu rumahnya.

Tangan Soobin mengepal dikedua sisi tubuhnya dengan wajah memerah, menahan malu dan amarah karena Yeonjun mempermainkannya.

"FUCK YOU, JUN!"

***

Yeonjun berjalan keluar dari gedung sembari terkekeh pelan. Sekarang, Soobin pasti sedang mengumpatinya.

Sebenarnya jika saja rapat yang akan ia hadiri sekarang ini tidak terlalu penting, Yeonjun benar benar akan kembali menerkam Soobin. Entah karena malas memakai baju atau memang berniat menggodanya, yang jelas, Soobin berhasil membuat Yeonjun semakin tidak mau melepaskannya.

Ia berjalan menuju mobil yang akan dinaikinya menuju kantor, meninggalkan Soobin yang kini menatapnya dari balkon lantai tiga, tempat penthousenya berada.

Melambaikan tangan sembari memberikan senyumannya, Yeonjun terkekeh pelan ketika balasan yang ia dapatkan jauh dari bayangan.

Bukannya balas melambai atau setidaknya menganggukkan kepala, Soobin malah menatap Yeonjun datar. Ia mengangkat tangan kanannya dan mengacungkan jari tengahnya untuk si mata kucing dibawah sana.

He got a middle finger from his baby, huh?

Yeonjun kembali terkekeh pelan. Ia hanya menganggukkan kepala mengerti dan memasuki mobilnya. Entah kenapa keberanian Soobin justru membuatnya merasa terhibur.

Mungkin, karena ini kali pertamanya ia diperlakukan seperti ini? Sebelumnya, saat ia menjalin sugar relation dengan orang lain mereka hanya akan menurutinya, just like a good dog. Tapi Choi Soobin, jika diibaratkan, ia adalah anjing liar yang masih sangat sulit untuk dijinakkan. Dan Yeonjun merasa tertantang untuk bisa menaklukkannya.

Beriringan dengan mobilnya yang mulai melaju, Yeonjun mengeluarkan ponsel dari saku celananya, membuka sebuah room chat disana.

Bby boy 🔥

Aku bertaruh kau tidak akan berani mengacungkan jari tengahmu itu tepat didepan wajahku

The fuck?

Saat kita bertemu lagi nanti, dengan sangat senang hati, I will rise up my middle finger in front of your fucking face

You are the reason why my middle finger made, asshole

That was so mean, baby

Hell yeah

Kau marah karena aku berhenti menyentuhmu?

Aku tidak marah. Kenapa aku harus marah?

Karena aku harus pergi disaat kau mulai menikmati sentuhan ku

Kau terlalu percaya diri

Memangnya kau tidak menikmatinya?

Sama sekali tidak

Hm? Really?

Stfu 🖕🏻

Yeonjun tertawa pelan. Ia hendak kembali membalas pesan itu sebelum tulisan online dibawa uname Soobin menghilang. Yeonjun mencoba menelfonnya tapi seperti yang diperkirakan, Soobin me-reject panggilannya.

Ya. Hanya Choi Soobin yang berani memperlakukannya seperti ini.

Sementara diatas sana, Soobin sedang menyantap makanannya masih dengan mengumpati Yeonjun. Rubah licik itu, awas saja. Akan Soobin balas nanti.

Selesai dengan makanannya dan membereskannya, Soobin kembali memasuki kamar untuk memakai baju. Ia melihat baju yang Yeonjun siapkan untuknya. Ia memakai celananya tapi untuk baju, Soobin punya ide lain dipikirannya.

Ia mendekati lemari baju yang lebih tua, membukanya, menampakkan deretan baju milik Yeonjun dari baju santai hingga setelan formal. Bukan ide buruk untuk memakai salah satu pakaian milik Yeonjun, bukan?

Tangan Soobin bergerak, memilih milih deretan baju santai milik sugar Daddy nya itu. Pilihannya jatuh pada sebuah kaos polos lengan panjang berwarna hitam yang terlihat nyaman.

Soobin melihat tampilannya dicermin dalam pakaian Yeonjun. "Ini tidak buruk. Kecuali karena bajunya kebesaran dan panjangnya mencapai pahaku. Tapi tak apa kan? Iya kan?" Ia bertanya pada dirinya sendiri dan menganggukkan kepalanya—sebuah kebiasaan saat ia membutuhkan saran tapi tak ada seorang pun disana.

Soobin menyambar tas miliknya setelah sebelumnya menaruh buku buku yang tidak ia perlukan di rak buku milik Yeonjun. Sembari berjalan keluar dari penthouse yang lebih tua, Soobin membuka ponselnya, mendial nomor Beomgyu yang untungnya langsung diangkat dinada tunggu pertama.

"Hallo? Soobin-ah? Kau dimana?"

"Aku dijalan menuju kampus. Kau masih dirumahku?"

"Ya. Aku memasuki rumahmu lagi karena kupikir kau belum bangun tidur seperti hari hari sebelumnya"

Soobin tertawa pelan. "Baiklah. Tolong bawakan buku bukuku, bisa? Aku akan mengambilnya saat kita bertemu dikampus nanti"

Terdengar suara Beomgyu yang berbicara tidak percaya diseberang sana. "Kau tidak membawa buku?! Yang benar saja Choi?!"

"Aku memang tidak dirumah sejak kemarin, Gyu" Sambil berbicara, Soobin setengah berlari untuk menaiki bus yang kebetulan sekali sedang berhenti didepan sana.

"Oh? Jadi? Kemarin kau dimana?"

"Aku dirumah Yeonjun"

"WHAT?! YEONJUN?! MAKSUDMU YEONJUN YANG ITU?! CHOI YEONJUN?!"

Soobin menjauhkan ponselnya ketika suara Beomgyu yang berteriak seakan akan bisa memecahkan gendang telinganya. Ia memilih duduk dipojok belakang, tempat paling nyaman agar tidak dikelilingi orang orang. "Aku sudah memberitahumu tentang hubunganku dan Yeonjun, bukan?"

"Tapi kau tidak bilang pernah menginap dirumahnya!"

"Ini juga pertama kalinya aku menginap, Gyu!" Soobin berbicara dengan semi-berteriak, membuat ia membungkukkan badannya berkali kali ketika menyadari orang orang didalam bus memperhatikannya.

"Fine. Tapi kau harus bercerita padaku lagi nanti"

Soobin menghela nafasnya. "Kenapa aku harus?"

"Jika kau mau buku bukumu sampai dikampus, kau harus melakukannya. Got it?"

Soobin mendecak. "Kau menyebalkan"

Diseberang sana, Beomgyu tertawa kencang. "Aku anggap kau setuju. Kirimi aku pesan daftar buku apa saja yang harus kubawa. Okay, baby?"

"Panggilan itu terdengar menjijikan jika kau yang mengatakannya"

"Yak! Kau sangat tidak sopan, Choi!"

Kali ini, Soobin yang tertawa. Tapi tawanya mendadak lenyap ketika mendengar kalimat Beomgyu selanjutnya. "Ah tapi pantas saja. Hanya Choi Yeonjun yang memanggilmu begitu, kan? Apalagi saat kalian bercinta. Ahh Daddy, baby want to cu—"

"SHUT THE FUCK UP, GYU!"

Soobin cepat cepat menutup panggilan dan menyembunyikan wajahnya pada tas miliknya yang disimpan dipangkuan. Well, Soobin tidak pernah mengatakan itu tapi membayangkan jika ia melakukannya benar benar membuat Soobin malu.

'Choi Beomgyu! Awas saja kau!'

***

"Jadi kemarin, kau diseretnya untuk menginap?"

"Eum"

"Tapi kau tidak menolak kan, Bin?"

"Kau ingin telapak tanganku memukul kepalamu lagi?"

Sekarang ini, mereka berdua berjalan beriringan dikoridor setelah kelas pertama mereka selesai. Seperti biasa, dengan sebuah argumen yang jadi pengiringnya.

"Tapi aku serius, Bin. Kau benar benar menjalin sugar relation dengan Choi Yeonjun? Memang sudah menjadi rahasia publik bahwa pewaris tuan Choi itu aktif di dunia malam. Tapi aku masih tidak percaya bahwa temanku yang satu ini terseret dengannya"

Soobin menghela nafasnya. "Kau tahu, semuanya terjadi begitu saja. Kau bisa berubah total saat nafsu memenuhi seluruh tubuhmu"

"Tapi Gyu, bukankah sebelumnya kau sangat menghawatirkanku? Kenapa kau terlihat baik baik saja saat tau aku menjalin hubungan yang, yah, "kurang baik" dengan Yeonjun?" lanjutnya dan jari tangannya bergerak membentuk tanda kutip saat Soobin mengatakan kurang baik.

"Memangnya jika aku memarahi atau melarangmu melakukan itu, apa akan ada yang berubah? Aku tahu bagaimana sugar relation berjalan, Soobin. Dan aku tidak bisa ikut campur kedalamnya"

"Woah. Pengetahuanmu tentang hal seperti ini cukup luas, ya"

"Shut up"

Keduanya kembali berjalan dengan tenang saat Beomgyu menyadari sesuatu. "Bin, baju yang kau pakai itu....bukan milikmu, kan?"

Beomgyu memperhatikan baju hitam polos itu, dan matanya membelalak saat melihat tulisan channel yang mengelilingi bagian lehernya. 'Sial. Baju bermerek ya'

(Ini aku sebenernya gak tau baju channel model gitu ada atau nggak. Ngarang doang wkwkwk jadi mohon dimaklumi 🙏🏻)

I

a mendekati bahu Soobin, menghirup aromanya sekilas. "Wow. Sangat maskulin dan..... mendominasi?" Ia melirik ke arah Soobin yang juga menatapnya. "Jangan bilang baju ini milik Yeonjun"

"Jika iya kenapa?" balasnya santai dan mereka berjalan berbelok. "Dia tidak pernah melarangku untuk—"

BRUK

Ah. Sebuah takdir buruk.

Karena yang ditabrak mereka adalah Choi Yeonjun dan sekretaris pribadinya, Hwang Hyunjin.

Soobin tahu mereka adalah orang penting dikampus dan akan mendatangi kampus beberapa kali. Tapi dari sekian banyaknya orang, kenapa harus mereka berdua yang ia tabrak?!

"Maafkan kami"

Soobin dan Beomgyu membungkukkan badannya, meminta maaf karena sudah menubruk dua petinggi itu.

Sebenarnya Soobin tidak akan mau melakukan ini jika saja bukan untuk pencitraan mereka di kampus.

"Kau memakai bajuku?"

Soobin mendongak saat Yeonjun justru menanyakan hal itu. "Maaf?"

Yeonjun mendecak, menatap yang lebih muda sangsi. "Tidak ada orang disini"

"Ada Beomgyu"

"Aku yakin dia sudah tahu"

"Dan bagaimana dia bisa tahu?

"Karena aku sengaja membuatnya tahu. Aku yakin dia cukup pintar untuk mengerti apa maksud ucapanku minggu kemarin saat kita berada di kantin"

Soobin memutar bola matanya malas, menatap Yeonjun sebal. "Kau menyebalkan"

"Yeah. So, answer my question. Kau memakai pakaianku?"

"Ya" Soobin balas bersidekap dada dan menatap Yeonjun dengan dagu terangkat. "Keberatan dengan itu?"

Yeonjun melangkah mendekat, berbicara didepan telinga yang lebih muda. "Selesai kelas nanti kau harus kembali ke rumahku" yang pastinya kembali didorong Soobin menjauh. Ia tidak mau mengambil resiko kalau kalau ada yang memergoki mereka.

"Aku harus bekerja"

"Dimana?"

"Di tempat kerja malamku"

"Ambil cuti"

"Kau tidak bisa mengambil cuti begitu saja, bodoh"

Dibelakangnya, Beomgyu membelalakan mata saat Soobin menyebut keturunan tuan Choi itu bodoh. Hell, kenapa dia berani sekali?!

"Kau bisa"

"Caranya?"

Yeonjun tersenyum miring. "Serahkan padaku"

Mata bulat Soobin meruncing mendengarnya. Yeonjun pasti menyiapkan rencana gila agar ia tidak bisa bekerja. "Jangan macam macam, Yeonjun"

"Kita lihat saja nanti" Yeonjun menahan tengkuk Soobin, menyatukan kedua belah bibir mereka sebelum menjauhkan kepala dengan senyum miring terpatri diwajah tampannya, "See you at my house, baby" dan pergi dengan sebuah kedipan genit sebagai penutupnya.

Soobin menunduk dengan wajah memerah. Sial. Mendadak sekali, ia tidak sempat bereaksi.

Dan kejadian barusan benar benar membuat orang lain yang menyaksikannya, Beomgyu, lupa bagaimana cara menghirup O².

"Gyu, aku—Gyu? Yak! Choi Beomgyu! Bernafaslah!"

***

Soobin memasuki penthouse milik Yeonjun dengan kepala mendidih. Sebenarnya apa yang sudah Yeonjun lakukan hingga ia benar benar tidak dibolehkan bekerja hari ini?!

Ia berjalan cepat menuju kamar—tempat paling mungkin bajingan itu berada.

BRAK!!

"Kau datang juga, baby"

Langkah Soobin terhenti, ia menatap Yeonjun yang kini sedang mengeringkan rambut setengah basahnya menggunakan sebuah handuk kecil. Yeonjun memakai celana santai selutut berwarna coklat dan atasannya.....tidak memakai sama sekali. Shirtless.

Soobin menelan salivanya susah payah. Well. Ini pertama kalinya ia melihat bentuk tubuh Yeonjun se-intens ini dan ternyata, tubuh yang lebih tua terbentuk dengan sempurna.

Selama ini, Soobin hanya bisa merasakannya. Saat bercinta, Soobin cenderung memejamkan matanya dan yang bisa ia lihat hanyalah wajah Yeonjun, sisanya Soobin hanya memperkirakan saja. Sementara saat bangun, Yeonjun selalu sudah berpakaian lengkap. Mungkin ia pernah melihat, tapi hanya sekilas. Oleh karena itu sekarang, Soobin terdiam dengan wajah memerah melihatnya.

"Apa yang kau lihat, baby boy?"

Ucapan Yeonjun seakan menamparnya agar kembali pada kenyataan. Soobin kembali menekuk alisnya tajam dan menatap marah pada Yeonjun yang tersenyum menyebalkan.

"Kau bajingan"

Soobin mendorong Yeonjun hingga terduduk diatas kasur. Setelahnya ikut menaiki kasur dan mendudukan diri diatas pahanya.

"Woah. Calm down"

Soobin melingkarkan tangannya dileher yang lebih tua, membawa Yeonjun agar mendongak menatapnya. "Kau. Pagi tadi kau meninggalkanku disini. Siangnya membuatku malu didepan Beomgyu dan seenaknya menyuruhku untuk datang. Sekarang entah apa yang kau lakukan, bajingan, sampai sampai aku tidak diperbolehkan bekerja. Dan....."

Tatapan Soobin turun kebawah, memperhatikan tubuh bagian atas Yeonjun yang tidak tertutupi sehelai benang pun. Ia merabanya, menggigit bibir bawahnya pelan saat tahu tubuh inilah yang selalu mendominasinya.

"Dan?"

Soobin mengangkat pandangannya, membuat tatapan sayunya bertubrukan dengan mata tajam Yeonjun. "Fuck you, Dad"

Setelahnya, ia menyatukan kedua belah bibir mereka dan membawanya kedalam sebuah ciuman.

Yeonjun tersenyum disela ciumannya. Ia tahu bahwa Soobin menginginkannya sebanyak ia menginginkan Soobin.

"Well yeah. But I'll fuck you first"

TBC


Yo brouwwwwwww

Up nya telat maapin anskjdskwn ㅠㅠ

Semoga suka!

Vote dan komennya jangan lupa hehe dan makasih udah mampir! 🙏🏻

Luv U 💞

Salam,

Cai

Olvasás folytatása

You'll Also Like

726K 63.5K 45
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
194K 19.4K 40
Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Selengkapnya bisa kalian baca aja ya luuvv...
285K 31.1K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
938K 77K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...