asam manis || hwangmini

By KimNara6194

1.3K 211 278

"𝗃𝖺𝖽𝗂 π–»π—Žπ–½π–Ίπ—„ π—€π—Žπ–Ύ π—Œπ–Ύπ—…π–Ίπ—†π–Ί 1 π–»π—Žπ—…π–Ίπ—‡. 𝗀𝗂𝗆𝖺𝗇𝖺?" 𝖺𝗇𝖾𝗁𝗇𝗒𝖺, 𝗆𝗂𝗇𝗁𝖾𝖾 𝗆𝖺𝗅𝖺𝗁... More

π˜‚π—»π—Ό
π˜π—Ώπ—²

π—±π˜‚π—²

322 63 77
By KimNara6194

Setelah kejadian tadi siang di sekolah, malam ini minhee memutuskan untuk bertemu dengan sang daddy di cafe langganan mereka berdua.

Hanya memakai hoodie kebesaran berwarna biru serta bawahan jeans hitam, minhee sudah terlihat begitu manis. Beberapa pengunjung yang ada di cafe bahkan menatapnya kagum, minhee pun hanya tersenyum ke arah mereka membuat beberapa laki-laki serta perempuan yang ada disana salah tingkah.

"aku kan sudah mengatakan padamu kalau bertemu denganku diluar jangan memakai pakaian yang begitu manis, lihat para laki-laki itu terus saja menatapmu!"

Minhee tertawa ringan, daddy-nya nampak sangat lucu ketika cemburu.

"maafkan aku dad, aku hanya malas memakai pakaian formal hehe."

"tidak apa-apa, aku hanya bercanda kok. Oh ya, kalau seumpama kita lagi ada diluar kamu bisa panggil aku dengan sebutan 'kak' supaya kamu bisa lebih nyaman ketika berbicara denganku."

Minhee mengangguk. Ia bingung harus memulai pembicaraan ini darimana. Setelah minhee menyetujui untuk menjadi budak yunseong selama 1 bulan, yunseong memberikannya banyak sekali persyaratan.

Salah satunya adalah berangkat dan pulang ke sekolah bersama setiap hari.

Minhee takut untuk berbicara mengenai hal ini -karena setiap harinya minhee selalu berangkat ke sekolah diantar oleh daddy-nya, hanya berangkat saja karena pulangnya ia selalu di jemput oleh supir pribadi sang daddy.

"kak seungwoo."

Han seungwoo, seorang CEO muda sekaligus sugar daddy-nya minhee yang berumur 26 tahun. Keduanya bertemu saat seungwoo tak sengaja menabrak minhee yang sedang menyebrang jalan.

Awalnya seungwoo membawa minhee ke apartemennya guna untuk mengobati luka kecil di bagian lutut minhee yang tergores aspal. Namun, entah dorongan darimana keduanya malah saling memuaskan satu sama lain hingga suara desahan mereka berdua memenuhi apartemen milik CEO tampan tersebut.

Hubungan keduanya sudah terjalin 3 bulan lamanya, minhee sendiri merasa terbiasa dengan seungwoo yang tiba-tiba mengajaknya bertemu di apartemen dan berakhir dengan keduanya yang polos tanpa sehelai benang pun.

Minhee tidak menolak, justru ia senang saat seungwoo meminta jatah karena dengan itulah ia bisa mendapatkan uang yang jumlahnya pun tidak main-main.

Kembali ke mereka berdua.

Merasa namanya dipanggil, seungwoo yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya kini mendongak dan menatap minhee penuh tanya.

"apa hm? kalau mau sesuatu gak usah sungkan, bilang ke kakak nanti langsung dibeliin."

Minhee menggeleng, "enggak kok. kak, mulai besok minhee berangkat ke sekolah sendiri boleh?" Minhee menggigit bibir bawahnya, takut akan jawaban yang dilontarkan oleh seungwoo setelah ini.

"emangnya kenapa? kamu malu dianter sama kakak?"

"eh bukan gitu maksud aku kak. minhee cuma pengen mandiri aja, gak mau nyusahin orang lain. lagian kantor kakak sama sekolah minhee juga beda arah, kasian nanti kakak capek kalau nganter minhee terus."

"yaudah, kalau gitu ayo beli mobil sekarang."

Seungwoo hendak berdiri sebelum minhee menahan pergelangan tangannya.

"kok beli mobil? buat apa?"

"katanya kamu mau berangkat ke sekolah sendiri, makanya kakak beliin mobil buat kamu."

"ih gak perlu kak. minhee bisa berangkat naik bus kok, nanti pulangnya biar aku chat supir pribadi kakak buat jemput aku. gimana? boleh ya?" kata minhee berbohong.

Seungwoo berpikir sebentar. Sebenarnya ia ingin menentang permintaan minhee, namun ia tidak tega saat melihat raut wajah minhee yang mulai memelas.

"yaudah terserah kamu." Seungwoo mengusak surai minhee penuh sayang.

---

Felix melirik renjun yang sedari tadi murung sambil menatap layar handphonenya yang jelas-jelas tidak ada notifikasi apapun. Sudah 15 menit berlalu sejak kedatangan renjun ke rumah felix, namun renjun sama sekali belum mau berbicara kepadanya.

Ia sendiri beberapa kali membujuk renjun agar bercerita, namun renjun tetap diam layaknya patung yang biasanya terpajang di museum.

"kalau ada apa-apa itu cerita, bukannya diem kayak gini." Felix bermonolog, tubuhnya dihempaskan ke ranjang sembari menatap langit-langit kamarnya yang didominasi oleh warna biru tua tersebut.

Renjun masih belum bersuara, namun ia ikut menghempaskan tubuhnya disamping felix. Tatapannya kosong, bikin felix jadi merinding karena di sebelah rumah felix itu ada rumah kosong.

"njun, ngomong dong. jangan diem gitu, gue takut."

"jeno.... dia nyakitin gue lagi fel."

Renjun akhirnya berbicara, felix lega. ia tak menjawab apapun, menunggu renjun untuk menyelesaikan kalimat yang akan diucapkannya.

"barusan dia ngajakin gue ketemu di taman deket rumah, gue pikir dia mau nembak gue.... nyatanya dia malah cerita kalau udah jadian sama kak jaemin. hati gue sakit fel, sakit banget."

Felix tercengang saat mendengar penuturan renjun, karena ia tau betul bahwa renjun dan jeno adalah sahabat dekat -bahkan dimata orang lain, jeno terlihat seperti memiliki hubungan lebih dengan renjun saking posesifnya.

Renjun pikir perasaannya yang selama ini ia pendam akan terbalas karena kemarin malam, jeno mencium bibirnya bahkan mencetak beberapa hickey di leher dan bahu renjun saat ia bermain ke apartemen jeno. Apakah wajar seorang sahabat melakukan hal itu? Oh tentu tidak.

Dikira setelah melakukan hal tersebut, jeno akan meminta renjun untuk menjadi pacarnya -namun ia salah. Yang didengarnya malah jeno yang saat ini sudah menjadi milik orang lain. Ya, dia milik jaemin sekarang, kakak kandung dari temannya sendiri. Dari awal pertemuan keduanya, jaemin sudah menarik perhatian jeno saat keduanya tak sengaja bertemu di rumah minhee ketika belajar kelompok.

Renjun sendiri tidak bisa menyalahkan siapapun, hatinya terlalu lemah sampai bisa jatuh ke orang yang salah seperti jeno.

"kayaknya gue pindah ke china aja ya? sekalian tinggal sama kakek nenek gue fel."

"apaan! gak, gue gak setuju ya njun. masa cuma gara-gara jeno lu jadi kayak gini hah? mana renjun yang gue kenal?"

Renjun terkekeh pelan, "gue emang ada niatan balik ke china bahkan sebelum gue kenal jeno, kakek sama nenek gue sering sakit makanya gue pengen ngerawat mereka berdua." Ujarnya, sedetik kemudian felix menarik renjun ke dalam pelukannya. Erat sekali, sampai renjun sesak napas dibuatnya.

"jangan tinggalin gue sama minhee hiks, lu tau kan kita udah bareng-bareng dari awal MOS sampe nginjak kelas 11 kayak sekarang. gue gak mau kehilangan lu njun."

"gue kan gak bilang bakal pergi sekarang fel, paling setelah lulus SMA gue bakal balik kesana."

Felix melepaskan pelukannya lalu menatap manik mata renjun lekat-lekat, "udah ngomong sama minhee tentang ini?"

Renjun menggeleng pelan, "gak berani hehe. kayaknya pas mau lulus aja gue bilangnya ke minhee."

"yaudah terserah. oh ya, daripada lu galau mending kita pergi ke cafe yang ada di deket sekolah -sekalian numpang WiFi."

"oke, berangkat."

---

Minhee membuka pintu rumahnya, keadaan sangat sunyi ditambah lampu ruang tamu yang tidak dinyalakan membuat rumah ini seperti tidak berpenghuni.

Fyi, minhee hanya tinggal bertiga dengan kakak dan adik kandungnya. Kedua orang tua minhee meninggal dunia akibat kecelakaan saat mereka hendak menjemput sang adik yang sedang bertamasya di dufan.

Sejak saat itulah hidup minhee mulai berubah, sepulang sekolah ia melakukan pekerjaan sebagai kasir di supermarket untuk menghidupi kakak dan adiknya. Mengapa harus minhee yang banting tulang, mengapa tidak kakaknya saja? Jawabannya sederhana, hidup sang kakak sangat bertolak belakang dengan minhee.

Sang kakak selalu menggunakan uang hasil kerja minhee untuk berfoya-foya. Datang ke sekolah pun hanya untuk mengisi absen saja, setelah itu ia akan membolos ke bar atau markas tempat ia dan gengnya berkumpul untuk meneguk minuman keras.

Minhee sebenarnya lelah dengan hidupnya yang seperti ini, namun setelah bertemu dengan seungwoo beban hidupnya terasa sedikit berkurang. Ia senang sekaligus bersyukur bisa bertemu dengan seungwoo, meskipun minhee harus rela memberikan tubuhnya hanya untuk mendapatkan uang.

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok lelaki yang sedang duduk di atas ranjang sembari menyilangkan kedua tangannya diatas dada.

"minta uang dong."

Minhee mendengus pelan, "kemarin kan minhee baru aja ngasih kak jaemin uang 5 juta. udah habis?"

Yang dipanggil jaemin tersenyum tipis, "lu pikir uang 5 juta itu gede? itu mah gak ada apa-apanya dibandingkan harga minuman yang biasanya gue beli."

"minhee gak punya uang kak, uang minhee habis buat bayar SPP bulan ini."

"kenapa gak putus sekolah aja sih? udah tau miskin, bukannya cari kerja malah sekolah di tempat yang bayarnya mahal kayak gitu."

Minhee mengepalkan tangannya kuat, amarahnya memuncak namun ia menahan itu semua karena bagaimanapun juga jaemin adalah kakak kandungnya sendiri.

"mana uangnya! gue udah ditungguin sama temen-temen di markas."

"minhee gak punya uang kak, ini ada tabungan tapi buat bayar spp yujin yang udah nunggak 3 bulan."

Jaemin tidak perduli, ia bangkit dan melangkahkan kakinya untuk mengambil tas ransel milik minhee yang ada diatas meja, lalu membukanya guna untuk mencari sebuah dompet milik minhee yang berisikan sejumlah uang tabungan untuk membayar spp yujin.

Tak lama kemudian jaemin menemukan dompet tersebut, bukannya mengambil beberapa lembar uang -ia malah mengambil semua uang yang ada disana.

"kak jangan diambil please!"

Minhee memohon, matanya berkaca-kaca namun jaemin sama sekali tidak peduli.

"halah, cuma ada 3 juta doang. gak ada lagi nih min?"

Minhee menggeleng, ia mendekat dan menggenggam tangan sang kakak.

"kak, jangan diambil semua. aku mohon."

"gue gak peduli. udah ya gue mau pergi dulu, besok kalau gue minta uang lagi sama lu harus udah ada!"

Jaemin menghempaskan tangan minhee dengan kasar lalu pergi dari kamar minhee.

Minhee terduduk lemas di lantai kamarnya, ia menangis hebat memikirkan bagaimana reaksi yujin ketika tau bahwa uang untuk membayar sppnya lenyap begitu saja ditangan kakaknya sendiri.

Uang yang diberikan seungwoo pun selalu habis untuk membayar cicilan mobil sport serta motor honda CBR yang baru saja dibeli jaemin sekitar 2 bulan yang lalu -tentu saja semua barang mahal itu atas nama minhee, jadi ia yang harus membayar semuanya.

Rasanya minhee ingin menyusul kedua orangtuanya yang ada di surga sekarang juga.

tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 86.1K 37
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
600K 4.9K 25
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...
443K 10.6K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...
300K 13.4K 43
Hubungan masa lalunya yang mengalami kegagalan, membuat Kayana menutup hatinya untuk orang-orang yang menyukainya. Bahkan Kayana bertekad untuk tidak...