STALKER - Beside Me [REVISI] โœ”

By smileracle

104K 13.8K 13.3K

Bagaimana jika setiap aktivitasmu diawasi oleh seseorang yang tak dikenal? Hidup Ruwi menjadi lebih tidak ten... More

Prolog
1 - Arti Nama
2 - New Friends
3 - Seseorang yang Peduli
4 - xxxx is Calling
5 - What I Feel (1)
6 - What I Feel (2)
7 - Preman dan Bunga
8 - Sebuah Surat
9 - The Incident
10 - It's okay, But...
11 - Kecurigaan
12 - Benang Merah
13 - Hidden Person
14. Chandra's Side Story
15 - Serpihan
16 - Serpihan 2
17 - Lindungi Ruwi!
18 - Save Me!
19 - Rumah Sakit
20 - Pengakuan
21 - Maaf...
22 - Happy Ending?
23 - 1004
24 - Siapa Mr. R?
CAST
25 - Pria itu...
26 - Belum Usai
27 - Sebuah Janji
28 - Ketemu
29 - Dua Perisai
30 - Memori Masa Lalu
32 - Kembali pada Kenyataan
33 - H-1
34 - D-Day
35 - His Face
36 - Kepingan Rahasia
37 - Serious Talk
38 - Stalker Baru
39 - Laporan Terakhir
40 - Ayah Idaman
41 - Face to Face
42.a - Hari Yang Dinantikan
42.b - Hari Yang Dinantikan
43 - Black Memories
44 - Fakta Lain
45 - Untitled
46 - Sebuah Keputusan
47 - Kalimat yang Membunuh
48 - Kabar Buruk
49 - An Apology
50 - Lembaran Baru
51.a - (Stalker) Beside Me
51.b - (Stalker) Beside Me
52 - R, Si Baik
53 - Love You Goodbye
54 - Untitled
55 - Love to Love
56 - One Fine Day
EPILOG
Special Part - Mr. R's Side Story

31 - It's Okay not to be Okay

1.2K 160 289
By smileracle

Ikan hiu makan kedondong 🐋
Hei kamu janlups vote komen dong 🍂
Icikiwir 💃

.

👣👣👣

Sepulangnya dari misi pencarian pita, seluruh anggota kelompok 11 langsung diserbu pertanyaan oleh Risti dan seorang senior perempuan. Keduanya sama-sama menanyakan keberadaan satu anggota yang tidak ikut pulang bersama kelompok itu.

"Jawab woi! Kalian tinggalin Ruwi di mana?!" Risti mulai tersulut emosi karena empat orang di depannya malah diam membisu.

Atensi orang-orang mulai teralihkan pada dua kubu yang sedang bersitegang itu. Dua senior lain termasuk sang ketua penyelenggara acara kemudian datang menghampiri. Zaidan yang berada di kejauhan pun turut mendekat karena merasa sesuatu yang buruk sedang terjadi.

"Ada apa?" tanya Zaidan sedikit berbisik ke arah telinga Risti.

"Mereka ninggalin Ruwi sendirian di dalam hutan!" jawab Risti penuh amarah.

Dua senior cowok langsung beralih menatap semua anggota kelompok 11 yang kini menunduk semakin dalam. Sedangkan Zaidan hanya berfokus pada salah satunya yang tak lain adalah Stevie. Sorot matanya sudah memperlihatkan bahwa ia mencurigai cewek itu sebagai pelakunya.

"Kenapa bisa terpisah?! Ketua kelompok kenapa tidak mengkoordinasi anggotanya?!" seru senior lelaki pada kelompok 11.

Malik, sebagai senior yang bijak segera menepuk pelan bahu kawannya mengisyaratkan untuk tetap tenang. Kemudian, ia beralih menatap keempat junior di depannya. "Coba jelaskan kronologinya. Bagaimana bisa ada satu anggota yang terpisah dari kalian?"

"Udah pasti itu ulah Stevie, kak! Dia pasti sengaja ninggalin Ruwi sendirian di hutan!" serang Risti.

"Di area mana lo ninggalin Ruwi?!" Zaidan langsung menimpali sambil berteriak kencang kearah Stevie.

"Kalian bisa diem gak! Ini urusan senior, kalian gak usah ikut campur!" bentak senior yang diketahui bernama Wawan itu.

"Ini juga urusan gue! Ruwi masih di hutan sendirian kalau sampai terjadi apa-apa gimana?!"

Suasana semakin memanas tatkala Zaidan dengan berani membentak senior itu. Sebenarnya pemandangan seperti itu tidaklah mengherankan untuk dilihat. Semua orang juga sudah tahu tabiat seorang Zaidan saat menghadapi para senior. Menurut mereka momen adu urat antara senior dengan junior itu merupakan sebuah pertunjukan yang epik.

"Oke, gue juga tau. Tapi, biarkan para senior yang ngurus masalah ini. Kita bertanggung jawab penuh atas keselamatan kalian. Jadi, kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan Ruwi. Gur pastiin Ruwi bisa ditemukan dengan selamat," kata Malik berusaha setenang mungkin.

"Benar. Lebih baik sekarang kalian kembali ke kamar masing-masing. Biar senior-senior yang bakal nyari Ruwi di hutan," timpal Wawan pada keenam junior di depannya.

"Ah, kerja kalian lama!" Selesai mengucapkannya, Zaidan langsung berlari memasuki hutan. Seruan dari para senior yang menyuruhnya untuk kembali terus terdengar, tapi Zaidan tidak memedulikannya.

"Heh! Lo masuk ke hutan malah nambah masalah buat senior tau gak!" teriak Wawan murka.

"Tuh anak bikin gue naik darah, asu!" lanjutnya sambil berkacak pinggang.

"Udahlah, biarin aja. Gak ada diantara kita yang bisa melawan Zaidan. Lebih baik lo kumpulin para senior cowok dan suruh mereka kumpul," kata ketua.

Wawan mengangguk setelah mulai agak tenang. Ia pun menyuruh teman-temannya lewat walkie-talkie yang dia pegang untuk segera berkumpul di satu titik. Sepuluh senior cowok disuruh menyebar untuk mencari Ruwi dan Zaidan yang masih berada di dalam hutan.

👣👣👣

Zaidan memasuki hutan semakin dalam. Terbukti dari rimbunnya pepohonan dan tumbuhan liar. Sedari tadi ia terus-menerus meneriaki nama Ruwi hingga membuat pita suaranya terasa serak. Ia sama sekali tidak peduli jika harus kehilangan suaranya karena yang terpenting menurutnya adalah menemukan Ruwi.

"Ruwi! Lo di mana?!" teriakan Zaidan memecah heningnya malam di hutan itu.

Cowok itu terus melangkah tak tentu arah. Matanya harus bekerja dua kali untuk bisa melihat di lingkungan gelap itu. Meski belum membuahkan hasil, ia tidak akan menyerah untuk terus menelusuri setiap sudut kegelapan. Ia kembali meneriaki nama gadis itu dengan harapan mendapat jawaban.

Perjalanan Zaidan langsung terhenti saat melihat Ruwi dari kejauhan sedang berjalan membelakanginya. Gadis itu terlihat berjalan lunglai seraya memegangi kepalanya. Khawatir dengan yang terjadi, Zaidan segera berlari mendekat. Langkahnya kembali terhenti saat mendengar suara isak tangis dari Ruwi yang semakin lama semakin keras.

"Ayah!" seru Ruwi ditengah-tengah tangis kerasnya.

Zaidan dibuat diam membeku. Ia tak berani berjalan mendekat lagi. Sorot mata Zaidan sepenuhnya mengarah pada punggung Ruwi yang terlihat naik turun seirama dengan tangis yang terisak-isak. Meski tidak tahu penyebabnya, Zaidan dapat memahami betapa rapuhnya Ruwi saat ini. Tak ingin mengganggu, Zaidan memutuskan mundur beberapa langkah dan bersembunyi di balik pohon. Membiarkan Ruwi menangis sendirian mungkin keputusan yang tepat.

"Ayah ..., Kenapa Ayah tega meninggalkan Ruwi sendirian di hutan? Ruwi takut, Yah!"

Mendengarnya, Zaidan mulai paham bahwa yang sedang ditangisi oleh Ruwi sekarang adalah ayah. Zaidan tahu Ruwi menjadi yatim piatu sejak kecil, karenanya ia dapat menyimpulkan kalau Ruwi sedang mengingat masa lalunya. Masa lalu menyangkut 'ayah' yang telah memberikan goresan luka besar di hati anaknya.

Dalam situasi seperti ini, Zaidan sudah tidak tahan lagi melihat Ruwi menangis. Tangisan itu sungguh menghancurkan hatinya. Sampai pada satu titik, Zaidan memutuskan keluar dari persembunyian dan berjalan mendekati Ruwi.

"Ruwi."

Selang beberapa detik, pemilik nama itu menghentikan tangisnya. Ia mengangkat kepala dan mulai mencari sumber suara. Dengan sedikit perasaan takut, Ruwi mengarahkan pandangannya ke belakang dan mendapati seseorang --yang tak lain adalah Zaidan-- sudah berdiri di belakangnya.

"Ayah ...?" gumam Ruwi. Keadaan di sekitar lumayan gelap dan entah mengapa Ruwi langsung menyimpulkan kalau sosok pria jangkung itu adalah ayahnya. Mungkin saat ini ia sedang berhalusinasi tentang sosok ayah yang sangat ia rindukan.

Napas Ruwi terdengar kasar. Tanpa banyak bicara, dia langsung bangkit dan memeluk tubuh Zaidan yang dalam sudut pandangnya dia anggap sebagai sosok ayah. "Akhirnya Ayah datang menjemput Ruwi," bisik Ruwi seraya mempererat pelukannya.

"Ayah... Ruwi merindukan Ayah," lirihnya dengan mata terpejam dan air mata yang masih mengalir deras.

Kedua tangan Zaidan secara perlahan melingkar ditubuh Ruwi. Kemudian, ia mengelus puncak kepala dan punggung Ruwi bergantian agar gadis dalam dekapannya itu bisa tenang. Setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan. Untuk sementara, Zaidan akan membiarkan Ruwi menangis sejadi-jadinya dalam pelukannya.

Ruwi butuh waktu beberapa menit untuk menyadarkan dirinya sendiri. Sangat mustahil jika orang yang sedang ia peluk itu adalah ayahnya. Dengan sedikit mendongak, mata sembab Ruwi berusaha mencari dua pasang mata milik orang yang dia peluk. Air mata yang masih menggenang menyulitkannya untuk bisa melihat dengan jelas. Namun, dirinya langsung dapat mengenali sepasang mata coklat yang sudah menatapnya penuh kelembutan itu.

Tangan Ruwi yang melingkar di perut Zaidan secara perlahan merenggang. Ruwi sedikit terlonjak saat mendapati dirinya sedang berpelukan dengan Zaidan. Refleks Ruwi mencoba menjauhkan tubuhnya dari cowok itu. Sayangnya, usaha itu berhasil Zaidan gagalkan. Yang lebih mengejutkan bagi Ruwi adalah saat dirinya ditarik kembali ke dalam pelukan hangat yang cowok itu berikan.

"Zaidan," ucap Ruwi ragu-ragu sembari berusaha melepas pelukan erat itu.

Berbanding terbalik, Zaidan justru semakin mengeratkan pelukannya. Tangan kanannya mendorong pelan kepala Ruwi agar tetap bersandar di dada bidangnya.

"Menangislah kalo itu bisa membuat perasaan lo lega." Gaya bicara Zaidan mendadak berubah. Ia menjadi lebih sopan dan lembut.

"Lo gak harus memperlihatkan kepada semua orang bahwa lo baik-baik aja. Itu justru akan membuat lo kesulitan. Biarkan satu orang aja mengetahui tentang keadaan lo yang sedang tidak baik-baik saja supaya orang itu bisa menghapus air mata lo. It's okay not to be okay," lanjutnya sembari menepuk pelan punggung gadis itu.

Kepala Ruwi mengangguk perlahan sebagai respons atas perkataan Zaidan. Ruwi sendiri tidak tahu atas dasar apa dia menganggukkan kepala. Yang jelas, ucapan Zaidan barusan ada benarnya juga.

👣👣👣

Kisah masa lalu yang diceritakan Ruwi selama beberapa menit itu sukses membuat Zaidan ikut merasakan sakit hati. Zaidan tidak bisa membayangkan betapa rapuhnya Ruwi yang sejak umur 4 tahun harus merasakan kepahitan hidup seperti itu. Dari cerita itulah, Zaidan merasa ingin menukar takdirnya dengan takdir Ruwi. Biar dirinya saja yang mengalami kisah memilukan itu daripada harus melihat Ruwi tersiksa dengan masa lalunya yang kelam.

"Suara tembakan yang lo dengar malam itu, apa ..." Zaidan terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Bunuh diri?" tebak Ruwi tepat sasaran. Zaidan hanya terdiam dengan tatapan teduh yang sedari tadi dia arahkan ke Ruwi.

"Malam itu, Ayah memang membawa sebuah pistol. Aku juga sempat berpikiran kalau ayahku telah bunuh diri. Tapi, pihak kepolisian tidak menemukan jasad ayahku di daerah bukit ini. Dan sampai sekarang gak ada yang tahu di mana keberadaan ayahku," jelas Ruwi.

"Aku harap ayahku belum mati malam itu. Kalau pun dia masih hidup, aku yakin suatu saat dia pasti akan datang untuk menemuiku," lanjutnya dengan wajah pasrah.

"Lo hebat," puji Zaidan. Ia tersenyum tipis seraya mengulurkan tangannya untuk membelai puncak kepala Ruwi. "Terima kasih karena sudah tumbuh menjadi gadis kuat dan berhasil melewati segala cobaan yang datang bertubi-tubi. Meski terlihat kokoh, lo tetaplah seorang perempuan yang harus gue jaga dan lindungi seumur hidup gue."

Pandangan mereka terkunci. Dengan cahaya minim, Ruwi dapat melihat ketulusan yang terpancar pada kedua manik mata coklat Zaidan. Ucapan cowok itu berhasil membuat jantung Ruwi berpacu lebih cepat. Jika sudah seperti ini, Ruwi akan segera menghindar karena ia belum terbiasa dengan perlakuan manis yang diberikan oleh seorang lelaki.

Adegan sok romantis itu harus selesai begitu saja karena Ruwi lebih memilih mengamati objek lain di sekitarnya. Pada akhirnya mereka harus terjebak dalam suasana canggung saat kembali melanjutkan perjalanan keluar dari hutan. Keduanya sedang berusaha mencari cara untuk mencairkan suasana agar tidak saling bungkam selama beberapa menit ke depan.

"Kamu tau jalan menuju vila?" Akhirnya Ruwi menemukan topik untuk membuka obrolan.

Zaidan menggeleng canggung. Kali ini, cowok yang biasa dipanggil preman kampus itu terlihat seperti bayi singa yang polos.

"Tapi, kamu bawa denah area ini 'kan?" tanya Ruwi sekali lagi.

Ruwi menunggu jawaban sembari melihat Zaidan yang tengah sibuk merogoh kantong celananya. Zaidan kembali menggeleng.

"Kalo hape?"

"Gue gak hafal jalan, gak bawa denah, dan gue gak bawa hape. Satu-satunya yang gue bawa adalah tubuh ini yang siap buat melindungi lo!" Zaidan tidak bisa mengerem mulutnya untuk tidak berucap demikian. Detik kemudian, ia menyesal karena tiba-tiba berubah menjadi cowok romantis dengan gombalan yang bikin mual.

Ruwi berusaha mengulum mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tawa. Zaidan sendiri bertanya-tanya bagian mana yang lucu, sedangkan kalimat yang dia ucapkan barusan sudah pasti akan membuat kaum hawa tersentuh saat mendengarnya.

Senyum Ruwi secara perlahan pudar saat menyadari kalau Zaidan tengah menatapnya dengan ekspresi datar. "Maaf, aku udah nertawain kamu," ucap Ruwi sedikit menyesal.

Zaidan menghela napas berat. Kedua telapak tangannya yang sudah kedinginan akibat angin malam, justru bertambah dingin kala dirinya dirundung kegugupan. Ia mengedarkan pandangannya sebentar sembari mengumpulkan sisa keberanian yang dia miliki.

"Lo tau gak, gue tuh sayang sama lo."

Sebuah kalimat yang lolos dari mulut Zaidan itu terdengar bersamaan dengan suara teriakan orang-orang yang memanggil nama Ruwi. Alhasil, ucapan Zaidan itu tidak sampai di telinga Ruwi dengan baik. Karena gadis itu lebih memilih memusatkan perhatian ke sekeliling guna mencari orang-orang yang sedang sibuk memanggil namanya.

Kenapa datang disaat waktu yang gak tepat!

"Di sini, kak!" teriak Ruwi setelah melihat cahaya senter menyoroti pohon-pohon rimbun.

"Senior anj*ng!" umpat Zaidan yang sontak mendapat tatapan bingung dari cewek di sampingnya.

"Maksud gue, senior kita punya insting kayak anjing. Mereka bisa dengan cepat menemukan keberadaan kita," jelasnya kemudian.

Ruwi mengangguk sambil ber-oh ria menanggapinya. Setelahnya, dua senior laki-laki tiba di hadapan mereka. Salah satu senior langsung memberi kabar kepada yang lainnya lewat walkie-talkie kalau keberadaan Ruwi dan Zaidan sudah ditemukan.

.
.
.
.
.

BONUS!!!

Vano : auhtor yang cantiknya belum bisa menandingi kucing betina. Tolong, ya, utk part selanjutnya gue harus lebih so sweet dari Zaidan. Sekian.

Author : ya, tunggu aja sampe rambut lo gondrong.

Vano : gak mau tau, pokoknya gue--

Author : (matiin mic, biar Vano gk bisa ngomong lagi)

Vano : (udah ngomong ini, tp krn mic-nya mati jadi kalian gak bisa denger)

Vano lari ambil toa masjid

Vano : GUE GAK MAU JADI SADBOY!!! AWAS AJA KALO LO JADIIN GUE TOKOH NGENES. GUE BAKAL PINDAH LAPAK CERITA SEBELAH!!!

Author : byk maunya, sih!

Dan perkelahian pun terjadi di ranjang (Perang bantal mksdnya, otaknya dijaga jgn traveling 😆)

Love,
Arama 🐾

Continue Reading

You'll Also Like

124K 9.5K 120
[Bl Terjemahan] ________________________________________ "Itu kanker. Dengan tingkat metastasis seperti ini... pada dasarnya tidak ada perawatan yang...
5.6M 440K 66
#Rank 1 On Fanfiction (23,24,25-12-19) #Rank 2 On Fanfiction (10-05-2020) COMPLETED #MaknaeLine TAEHYUNG 18+ OTW REVISI! ***** "Dibunuh" laki-laki i...
Shotgun By Retno Ayu

Teen Fiction

7.9M 112K 35
"Eughmp...ahh ! Apa kamu sudah gila ?! Apa yang kamu lakukan, Al ?!!" teriak Alisha, mendorong tubuh lawannya dan melepas paksa tautan bibir mereka. ...
86.6K 4.3K 74
Season 2 dari ZIONNE "๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ, ๐˜ฎ...