"Dia orang yang pernah menjadi bagian dalam kehidupan gue, dia adalah orang di masa lalu gue. Dia mantan gue" jawab Cia membuat mereka terkejut.
JERI AVILSON
Jeri, dia adalah mantan Cia. Orang yang sangat Cia sayang dan sangat berhaga buat Cia, tapi itu DULU. ingat, DULU. Bagi Cia sekarang, dia hanyalah orang yang pernah hadir dalam kehidupan Cia.
Dia bukan siapa-siapa lagi. Setelah selalu menyakiti hati Cia, Cia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan orang itu.
Tapi sekarang, dia kembali lagi ke dalam kehidupan Cia. Orang yang sangat Cia hindarin kembali masuk ke dalam kehidupannya.
"Jadi dia mantan lo?" Cia mengangguk.
"Kenapa sekarang dia nyari lo lagi?"
"Dia bilang dia mau memperbaiki semuanya"
"Kalau boleh kita tahu, kalian putus karena hal apa?"
Cia menceritakan alasan mereka putus.
Setelah beberapa bulan pacaran, Jeri mulai mengekang cia, ia terlalu over protektif. Mereka juga mulai sering bertengkar, dan Jeri mulai bersikap kasar pada Cia, ia memukul Cia jika tahu Cia pergi dengan laki-laki lain, padahal mereka hanya berteman.
Karena alasan itulah, Cia memutuskan hubungan mereka.
Soal hubungan mereka, tidak ada media yang tahu karena Cia sengaja menutupinya, bukan karena profesinya sebagai model, tapi ia hanya tidak ingin orang-orang diluar sana terlalu tahu dan mengurusi kehidupan pribadinya.
Mereka mengangguk mengerti dengan penjelasan Cia. Setelah bel masuk berbunyi, mereka berjalan masuk ke kelas.
🌱🌱🌱
"Cia"
Cia menoleh ke belakang.
"Ci, lo jangan dengerin apa kata orang-orang ya. Walaupun lo gak menang, lo tetap hebat kok. Nih, coklat dan bunga buat lo, terima ya" ya, siapa lagi orang itu kalau bukan Farel.
"Ini, Ci. Ambil"
Cia mengambil bunga dan coklat yang Farel berikan.
"Ci, gue tahu mungkin gue gak sepintar Glen, gue gak sekaya dia, gue juga gak sepopuler dia. Tapi, gue tulus sayang sama lo. Apa gak ada sedikit pun kesempatan buat gue?"
Cia menggeleng kecil. Ia sendiri tahu Farel adalah orang baik, tapi ia memang tidak bisa menerima Farel. Bukan karena ia tidak populer, tidak kaya. Bukan. Cia tak memandang itu semua, tapi hatinya memang bukan untuk Farel. Sesuatu yang di paksakan tidak pernah berakhir dengan baik bukan? Sama halnya dengan cinta, cinta yang dipaksakan hanya akan mendatangkan luka. Jadi, lebih baik Cia segera menolaknya, dibanding memberikan Farel kesempatan, tapi ia sendiri sudah tahu kemana hatinya berlabu.
"Gue gak mandang orang kaya, populer atau pintar. Tapi gue emang gak bisa, Rel. Maaf. Gue yakin nanti lo bakal nemuin cewek yang tulus sayang sama lo"
Farel mengangguk.
"Gue duluan ya" ujarnya lalu meninggalkan Cia.
Cia memandang punggung laki-laki itu yang semakin lama semakin menjauh, selanjutnya, pandangannya jatuh pada coklat dan bunga yang di berikan oleh Farel.
"Hei, mikirin apa?"
"Hah? Enggak. Gue gak mikirin apa-apa"
"Dapat coklat sama bunga dari siapa tuh? Oh, gue tahu. Farel kan?" Tebak Celine.
"Nih, buat lo" Cia memberikan coklat itu kepada Celine.
"Oh, bunganya mau di simpan ya" goda Celine.
"Apaan sih, Li. Udah deh, gue mau pulang. Nih bunganya buat lo, anggap aja lo dikasih sama cowok yang lo suka, itu pun kalau ada"
"Ih, Cia. Tungguin gue"
"CIAAA"
"Apa sih, Li?"
"Cie, ngambek"
"Cepetan. Gue mau pulang"
"Dih, sensian banget sih lo habis ketemu Farel. Udah ah, lupain hal itu. Gue mau minta tolong sama lo"
"Tentang apa?"
"Kasus itu"
"Kita bicarain di cafe aja"
🌱🌱🌱
Disinilah, kedua gadis itu berada. Di salah satu cafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah mereka.
"Jadi?" Tanya Cia.
"Kayaknya gue harus nurutin kemauan mereka" ujar Celine membuat Cia menatapnya terkejut sekaligus binggung.
"Lho kenapa? Rumah itu kan satu-satunya kenangan yang lo punya, lo mau nyerahin gitu aja?"
Celine menatap keluar jendela. Ia tersenyum.
"Rumah itu emang satu-satunya kenangan yang gue punya, tapi itu kenangan dalam bentuk fisik. Kenangan yang sesungguhnya tersimpan di hati gue. Gue gak mau Ci kehilangan orang yang gue sayang lagi, apalagi itu karena gue. Tanpa rumah itu, mereka akan selalu gue ingat. Sekarang yang terpenting adalah keselamatan orangtua gue dan saudara gue, gue gak mau mereka sampe terluka karena keegoisan gue"
Cia bangkit dari duduknya dan duduk di samping Celine, ia memeluk gadis itu dari samping.
"Apa pun keputusan lo, gue akan dukung itu"
🌱🌱🌱
BUGHH !
KREKK !
SRETT !
BUGHH !
"Ini belum seberapa, kalau lo masih berani, gue pastiin lo bakal dapat lebih dari kali ini" ujar orang itu lalu pergi meninggalkan Glen yang sudah terbaring lemas di lantai depan halaman rumahnya.
Dengan sisa tenaga yang ada, Glen mengambil handphonenya lalu menelfon Amanda.
"Ha-llo mom. G-l-en di de-p-an" setelah mengatakan itu Glen memustukan sambungan telfon sepihak.
Tak lama, Amanda keluar dari rumah. Ia terkejut melihat Glen yang sudah tergeletak di lantai dengan darah segar keluar dari mulutnya.
"GLEN, KAMU KENAPA?" Tanya Amanda panik.
Glen hanya menggeleng kecil sebelum matanya tertutup dan semuanya menjadi hitam.
Amanda yang panik segera menyuruh supirnya dan para maidnya mengangkat Glen ke mobil.
Di dalam perjalan ke rumah sakit, Amanda menelfon Cia.
"Hallo, tan?"
"Cia, hiks"
"Tan, tante kenapa?"
"Glen, dia pingsan. Tadi tante nemuin dia di depan rumah, dia terluka. Ini tante lagi bawa Glen ke rumah sakit"
"Tante kirim aja alamat rumah sakitnya, nanti Cia ke sana"
"Iya, kamu cepat ke sini ya. Tante kirim sekarang alamatnya"
"Iya, tan"
🌱🌱🌱
"Glen, dia pingsan. Tadi tante nemuin dia di depan rumah, dia terluka parah. Ini tante lagi bawa Glen ke rumah sakit"
"Tante kirim aja alamat rumah sakitnya, nanti Cia ke sana"
"Iya, kamu cepat ke sini ya. Tante kirim sekarang alamatnya"
"Iya, tan"
Setelah sambungan telfon terputus, Cia segera menganti bajunya, ia mengambil kunci mobilnya dan segera mengendarai mobilnya menuju alamat yang telah dikirim oleh Amanda.
Sesampainya di rumah sakit itu, Cia berlari ke tempat administrasi menanyakan di mana ruangan Glen.
"Tan" panggil Cia ketika melihat Amanda.
"Cia"
"Tan, Glen kenapa?"
"Tante gak tahu. Tadi Glen telfon tante. Dia bilang dia di depan. Waktu tante ke depan, dia udah kayak gitu"
Cia mengangguk mengerti.
"Tante takut Glen kenapa-napa"
"Tante tenang aja ya, Glen pasti baik-baik aja"
🌱🌱🌱
Tak lama, dokter keluar dari ruangan Glen.
Cia dan Amanda berdiri dari duduknya dan langsung menanyakan keadaan Glen.
"Dok, gimana keadaan anak saya?"
"Anak ibu udah baik-baik aja, kalian boleh menemuinya. Saya permisi"
"Makasih, dok"
Cia dan Amanda segera masuk ke ruangan Glen.
"Glen kamu kenapa bisa kayak gini? Siapa yang ngelakuin ini?" Tanya Amanda.
Glen hanya menggeleng kecil.
"Sebenarnya siapa yang ngelakuin ini? Ini untuk yang kedua kalinya lo terluka kayak gini" ujar Cia.
"Cuman orang iseng" jawab Glen santai.
Cia hanya menghela nafasnya, ia menatap mata Glen, di sana tersirat kebohongan. Entahlah, Cia sendiri binggung. Ia tidak tahu kenapa Glen tidak ingin memberitahu dirinya atau pun mamanya sendiri.
TBC
06.06.2020
Cindy Caroline