If You Know When [TELAH DITER...

By ItsmeIndriya_

1M 120K 15.4K

Trilogi IYKW Series Sekian lama menghilang, akhirnya Vanilla kembali dengan harapan baru untuk akhir kisah pe... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
PENGUMUMAN
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
VOTE COVER!!!
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
TERIMA KASIH
PRE-ORDER IYKWHEN
LDR SERIES 1 || OBSESI ELANG
DIARY VANILLA

Tiga Puluh Satu

16.9K 2.2K 226
By ItsmeIndriya_

"Sweetheart..."

Sapaan itulah yang pertama kali masuk di telinga Vanilla ketika baru saja melangkah masuk ke dalam mansion tempat kediaman keluarga Gustavo, yang saat ini hanya di tinggali oleh Rey dan keluarga kecilnya.

Vanilla tertawa pelan melihat Kakak angkatnya yang berlari seperti anak kecil sembari merentangkan tangannya kearah Vanilla. Rey pun langsung mendekap hangat Vanilla dan mengusap punggung gadis itu. Bagi Rey, Vanilla masih sama, masih menjadi adik kecil untuknya dan juga Jason.

"Everything's alright?" tanya Rey persis di telinga Vanilla yang langsung di balas dengan gumaman serta anggukan. "Gak ada yang sakit kan? Perut kamu? Dada kamu sesak? Pusing? Sakit kepala? Migran?"

"Lebay amat lo, Kak!" sembur Jason yang baru saja masuk ke dalam rumah sembari menenteng tas Vanilla yang ia letakkan di punggungnya.

Rey langsung melirik sinis kearah Jason, namun sedetik kemudian kembali fokus pada Vanilla yang hanya bisa tertawa pelan melihat kelakuan kakak angkatnya. Meski tidak memiliki hubungan darah, entah mengapa Vanilla lebih nyaman bersama keluarga angkatnya, di banding dengan keluarga kandungnya sendiri. Mungkin karena sudah terbiasa sejak kecil.

"Hi, girl!" sambut Cathrine dengan pelukan. "Finally, kami semua sudah lama menunggu momen kamu kembali."

"Udah kayak princess Disney nunggu pangeran berkuda datang aja," cibir Vanilla dengan nada jenaka.

Vanilla dan Cathrine tertawa, lalu Cathrine membawa Vanilla masuk lebih jauh ke dalam rumah. Ketika sampai di ruang keluarga, ia melihat dua anak kecil yang sedang bermain bersama. Akrab, layaknya saudara pada umumnya.

"Hallo..." sapa Vanilla mendaratkan lututnya di atas sofa.

Kedua anak kecil itu tak menggubris. Mereka sibuk dengan krayon dan buku gambar yang ada di depan mereka. Yang satu menggambar pemandangan, yang satu lagi menggambar wajah seseorang.

Senyum tipis mengembang disudut Vanilla. Waktu begitu cepat berlalu. Vanilla rasa baru kemarin ia bangun dari tidur panjangnya, dan sekarang ia sudah memiliki empat keponakan yang sangat menggemaskan.

"Kalau gitu, gue mau siapin makan malam dulu," ujar Cathrine berlalu meninggalkan Vanilla dan kedua anaknya yang berada di ruang keluarga.

Mata Vanilla tak kunjung lepas dari tangan kedua anak kecil yang sedang asik dengan gambaran mereka. Namun teralihkan ketika ia melihat Jason yang berjalan kearah dapur. Ia pun memilih untuk berdiri dan menghampiri Jason.

"Gue ketemu dia."

Perkataan Vanilla yang mengejutkan Jason membuat pria itu langsung tersedak minumannya hingga terbatuk-batuk.

"Siapa?" tanya Jason ketika sudah berhasil menghilangkan batuknya.

Vanilla menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Orang yang mungkin selama ini Lo cari selain gue."

"Gak ada tuh."

"Dia bilang, kehidupan kalian itu berbeda. Jadi selama apapun Lo menunggu, dia gak akan pernah kembali. Dia sudah memilih jalan hidupnya sendiri. Sementara Lo gak akan bisa ikut jejak dia."

Jason meletakkan gelasnya di tempat cuci piring. "Gue gak ngerti Lo ngomong apa. Siapa juga yang gue cari selain Lo? Hidup gue selama ini hanya gue dedikasi kan untuk ngebahagiain Lo, adik gue satu-satunya."

"Lo bahagia?"

"Jelas lah gue bahagia karena adik gue sudah kembali."

"Maksud gue, Lo bahagia karena pura-pura lupa semua tentang dia?"

Jason langsung terdiam. Lidahnya keluh dan kata-kata yang sudah tersusun rapih di otaknya, sirna saat itu juga.

"Dia yang Lo maksud itu siapa sih, Nil? Gue beneran gak--"

"Michelle, pacar Lo yang hilang tanpa kabar bertahun-tahun yang lalu."

Senyum yang awalnya mengembang di sudut bibir Jason, langsung menghilang. Di gantikan oleh raut wajah pias setelah mendengar nama seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidup Jason.

"Gue ketemu Michelle sekitar setahun yang lalu, waktu gue pergi ke Jerman."

"Lo ngapain ke Jerman?"

"Nyari psikiater yang dulu ngerawat gue selama gue tinggal bersama keluarga Lo di Jerman."

"Keluarga gue adalah keluarga Lo juga, Vanilla!" tegas Jason tak suka dengan kalimat terakhir yang Vanilla lontarkan.

Vanilla langsung terdiam sejenak setelah mendengar nada tegas Jason. Vanilla mendengus, "Michelle hanya mau hidup lo aman. Kehidupan kalian itu ibarat bumi dan langit."

"Lagian udah jadi masa lalu kan? Ngapain di ungkit."

"Gue cuma menyampaikan pesan dari Michelle."

"Dia dimana sekarang?"

Vanilla mengendikan bahunya dan menggeleng tanda bahwa ia tidak tahu. "Michelle bilang, gak ada yang boleh tahu identitas dia, ataupun keberadaan dia. Dia gak boleh terikat sama seseorang, karena bisa membahayakan orang itu. Dia gak mau hidup Lo dalam bahaya. Lo juga pasti tahu kan konsekuensi dari keahlian dia."

"Jadi, gue dan dia benar-benar berakhir?"
Jason menghembuskan napas. Apa yang di katakan Vanilla, bukan pertama kali Jason dengar. Jauh bertahun-tahun yang lalu, Michelle sering kali mengatakan langsung pada Jason, bahwa ia tidak bisa terikat pada suatu hubungan. Pekerjaannya sebagai seorang peretas membuat Michelle harus pandai menyembunyikan identitasnya jika tidak mau tertangkap oleh pihak berwajib.

Mungkin saja Michelle masuk dalam kelompok peretas yang memiliki anggota di berbagai penjuru dunia. Atau bisa saja Michelle bergerak sendiri. Siapa yang tahu bagaimana kehidupan seorang peretas yang penuh penyamaran dan juga rahasia.

Jason kembali menghembuskan napas. "Kalau memang itu yang terbaik, ya harus gimana lagi," jawab Jason terdengar sangat terpaksa. "Sekarang prioritas gue itu cuma Lo. Gue mau hidup Lo bahagia, Nil."

"Life must go on."

Jason tertawa, "quote favorit Vino tuh." Vanilla ikut tertawa mendengar cibiran Jason mengenai kalimat yang baru saja di ucapkan Vanilla.

"Gue bukan remaja labil yang bingung sama kehidupan gue sendiri. Meskipun gue tahu ini berat, tapi gue berusaha untuk terbiasa. Seperti yang gue bilang, gue punya tujuan dan juga impian yang harus gue capai. Kalau gue terus hidup dalam masa lalu, gimana bisa gue bebas?"

"Sejak awal hidup gue memang berbeda dari orang normal pada umumnya. Gue--"

"Lo itu spesial, bukan aneh." Jason langsung memotong kalimat Vanilla. Jason tahu Vanilla akan mengucapkan kata 'aneh' pada akhir kalimatnya. "Lo di kasih kelebihan dan kekurangan yang gak semua orang miliki."

"Lo harus bangga dengan apa yang lo punya, dan lo gak perlu jadi orang lain, untuk bisa bahagia. Semua udah punya jalan masing-masing. Mungkin jalan Lo memang berliku panjang, tapi gue yakin, suatu saat nanti, semua dari perjalanan berliku itu akan berakhir bahagia."

Jason langsung mendekap Vanilla, "jangan pernah berkata bahwa lo aneh. Gue sama sekali gak suka dengar kata-kata itu." Jason melepaskan dekapannya dan menatap kedalam mata Vanilla. "Semua orang di rumah ini sayang sama lo. Gak pernah ada yang menganggap lo aneh. Lo itu anugerah Tuhan yang paling spesial untuk keluarga ini."

Senyum Vanilla langsung mengembang dan terharu mendengar kalimat-kalimat menenangkan dari Jason. Jason selalu tahu bagaimana cara untuk menenangkan Vanilla. Meski Jason sendiri memiliki masalah, Jason lebih mementingkan Vanilla. Sejak kecil, Jason sudah berjanji akan menjaga Vanilla. Dan janji itu akan Jason bawa hingga ia benar-benar melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Vanilla telah bahagia dengan pilihan hidupnya sendiri.

*****

Pukul satu dini hari, Vanilla belum juga terlelap. Matanya sibuk memandang langit-langit kamar yang gelap. Hawa dingin dari pendingin udara di kamarnya pun sama sekali tidak terasa. Akhirnya Vanilla memilih untuk menyalakan kembali lampu yang sebelumnya padam.

Vanilla menghela napas. Insomnia membuat otaknya tidak berhenti berpikir hingga sama sekali tidak merasa ngantuk. Biasanya Vanilla akan meminum obat tidur, tapi seluruh obat-obatannya sudah di buang oleh Sandra karena bisa membahayakan kesehatan Vanilla.

Pandangan Vanilla langsung menoleh ketika ia mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Beberapa detik kemudian, Cathrine menongolkan kepalanya seraya meminta izin untuk masuk.

"Insomnia?" tanya Cath di balas anggukan oleh Vanilla. "Gue dengar dari Jason, Lo sempat ke Jerman untuk bertemu dengan psikiater yang dulu merawat Lo." Untuk kedua kalinya Vanilla menganggukkan kepala. "Ketemu?" tanya Cathrine lagi.

Vanilla menggeleng, "psikiater itu meninggal karena kecelakaan tiga bulan sebelum gue datang ke Jerman."

Cathrine langsung menyodorkan sebuah berkas kearah Vanilla, "catatan medis Lo yang ada di gue," ujar Cathrine ketika ia melihat ekspresi bingung dari Vanilla. "Karena Lo, gue bisa menjadi bagian dari keluarga ini."

"Maksudnya?"

"Setahun setelah di rawat psikiater sebelumnya, gue bertemu Rey di rumah sakit dan dia minta bantuan gue untuk merawat lo. Mulai saat itu, gue psikiater yang bertanggung jawab atas kesehatan mental Lo. Hanya sama gue Lo mau terbuka, itu sebabnya keluarga Gustavo mempekerjakan gue sebagai psikiater pribadi Lo. As you can see, sekarang gue menikah dengan Rey dan resmi jadi bagian dari keluarga Gustavo."

Vanilla membuka lembar demi lembar dokumen yang di berikan oleh Cathrine. Seluruh catatan kesehatan Vanilla ada di dalam sana.

"Apa yang sekarang Lo rasain?" tanya Cathrine mengalihkan pandangan Vanilla dari dokumen yang di pegangnya.

Vanilla sempat terdiam selama beberapa saat karena ia berpikir apakah harus memberitahu wanita di sampingnya ini, atau memilih untuk menyimpannya sendiri.

"Vanilla..." Catherine menggenggam tangan Vanilla. "Sekarang gue adalah keluarga lo juga, bukan sekedar psikiater lo dulu. Lo bisa cerita apapun yang mengganjal di hati Lo ke gue."

Vanilla masih diam dan tidak berkata apa-apa.

Akhirnya Cathrine menghela napas panjang. "Oke, gue gak akan maksa Lo, tapi kalau Lo berubah pikiran, Lo bisa datang ke gue." Cathrine berdiri seraya mengucapkan selamat malam kepada Vanilla, lalu keluar dari kamar Vanilla.

Setelah Cathrine menutup pintu, ia kembali menghela napas di hadapan Rey yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan mereka.

"Vanilla mau bicara?" tanya Rey pada Catherine dengan nada pelan.

Cathrine menggelengkan kepala, "Vanilla masih merasa asing dengan sekelilingnya. Dia butuh beradaptasi untuk menghilangkan rasa asing tersebut. Aku yakin kok, kalau Vanilla sudah mulai merasa nyaman, dia akan cerita dengan sendirinya."

"Aku takut Vanilla masih seperti dulu."

Cathrine mengusap tangan suaminya, "jangan khawatir, Vanilla sudah dewasa dan dia bisa mengurus dirinya sendiri. Vanilla tidak akan melakukan hal bodoh yang bisa membahayakan dirinya sendiri."

Rey hanya bisa menghela napas. Mengenai masalah kesehatan mental, Catherine lebih mengerti di banding dirinya. Toh, selama ini Cathrine lah yang merawat Vanilla, jadi Rey harus percaya dengan apa yang di katakan Catherine. Meski sebenarnya masih ada sedikit rasa khawatir sebagai seorang kakak yang khawatir akan kesehatan adiknya.

*****

Sabtu, 06 Juni 2020

Continue Reading

You'll Also Like

AREKSA By Itakrn

Teen Fiction

34M 3.3M 64
"Perasaan kita sama, tapi sayang Tuhan kita beda." ****** Areksa suka Ilona Ilona juga suka Areksa Tapi mereka sadar... kalau mereka berbeda keyakina...
3.6M 440K 63
[TAMAT - LENGKAP] Demeter Ceysa Crusader, seorang model juga ceo brand terkenal di kota A. ia mengalami kecelakaan hingga membuatnya koma 3 tahun. sa...
15.3M 217K 8
Sudah terbit