MI CASA

By Shjwxx_

38.4K 5.9K 898

Ketika bunga sakura tengah bermekaran di pertengahan bulan Mei, Park Roseanne harus merasakan pahitnya kehila... More

El principio
Uno
Dos
Cuatro
Cinco
Seis
Siete
Ocho
Nueve
Diez
Once
Doce
Trece
Catorce
Quince
Dieciséis
De diecisiete
Dieciocho
Diecinueve
Veinte
Veintiuno
Veintidós
Veintitrés
Veinticuatro
Veinticinco
Veintiseis
Veintisiete
Veintiocho
Veintinueve
Treinta
Treinta y uno
Treinta y dos
Treinta y tres
Treinta y cuatro
Treinta y cinco
Treinta y seis
Treinta y siete
Treinta y ocho
Treinta y nueve
Fin

Tres

2K 300 110
By Shjwxx_

Rosé memejamkan matanya, merasakan teriknya mentari yang menerobos melalui celah-celah daun pohon maple yang sangat lebat. Nyatanya, ia sama sekali belum memiliki teman di rumah barunya itu. Rasa canggung seolah memerangkapnya hingga ia tak dapat bergaul dengan teman-temannya. Maka, anak itu memutuskan untuk menyendiri di bawah pohon maple. Mungkin mulai sekarang ia harus terbiasa berkawan dengan yang namanya sepi. Toh siapa juga yang ingin berteman dengan anak cacat sepertinya?.

Rosé membuka matanya kala merasakan beberapa kerikil mengenai wajah juga tubuhnya. Ia mendapati beberapa anak laki-laki yang melemparinya dengan kerikil sambil tertawa-tawa seolah Rosé merupakan badut pesta ulang tahun. Rosé diam, mencoba menutupi wajanya dengan tangan tetapi kerikil-kerikil itu malah beralih menyerah bagian tubuhnya.

"Hentikan!" teriaknya pada akhirnya.

Para anak laki-laki itu memang berhenti melempari Rosé dengan krikil, namun binar jahil di mata mereka sama sekali belum hilang. Mereka pun mendekati Rosé membuat anak itu ketakutan bukan main. Salah satu dari mereka ada yang menyentuh kakinya namun Rosé dengan cepat menepis tangan anak itu.

"Apa yang kalian lakukan!" bentaknya.

"Hei, lihat teman-teman dia bisa marah ternyata" ucap anak laki-laki yang memegang kaki Rosé yang langsung di sambut tawa oleh teman-temannya.

"Pergilah, jangan ganggu aku"

"Heh, anak lumpuh, kau memerintah kami?. Selain ibu Yoona dan dua suster menyebalkan tak ada yang boleh memerintah kami" Anak yang jauh lebih gempal berbicara sambil mengetuk-ngetuk dahi Rosé kencang.

Mata Rosé berkaca-kaca, ia belum pernah di perlakukan buruk oleh orang lain. Bahkan semarah apapun Mamah padanya, beliau tak pernah melakukan kontak fisik yang meyakitkan seperti itu. Belum lagi kata lumpuh yang tercetuskan dari mulut anak itu membuatnya makin merasa tak berdaya, membuatnya membenci dirinya sendiri yang tak berguna.

"Hei, lihat-lihat, anak itu mau menangis, dasar cengeng" ucap anak lainnya sambil mengacak rambut Rosé dengan kencang.

"B-berhenti, j-jangan ganggu aku" ucap Rosé mencoba menahan isak tangisnya.

"Hei, kalian" suara lain yang berasal dari atas pohon membuat Rosé juga para anak laki-laki itu mendongak, menemukan seorang anak perempuan yang tengah bergantung terbalik di dahan pohon dengan kaki sebagai penahannya, anak itu terlihat bersidekap dada dengan wajah jengkel yang kentara, "Bukankah dia sudah meminta kalian untuk tak menganggunya?. Kalian tuli yah?"

Si anak gempal mendengus, "Apa urusanmu? Dasar anak monyet"

Emosi perempuan itu jelas terpancing. Ia pun membenarkan posisinya agar duduk dan dengan mudahnya melompat turun dari dahan pohon yang membuat Rosé memekik terkejut. Perempuan itu pun menepuk-nepuk bagian bokongnya yang kotor lantas mengambil ikat rambut yang berada di pergelangan tangan kirinya dan mengikat rambut sebahunya. Sorot mata bulatnya terlihat begitu tajam, mampu membuat para anak laki-laki itu mundur selangkah.

"Yak, Baekho-ssi, mau tulang mana lagi yang aku remukan, hm?" Tanya perempuan itu sambil mengemeretakan tulang di tangannya sampai Rosé dibuat merinding dengan suara nyaring yang di hasilkan oleh anak perempuan itu.

"Dasar anak dari psikolog!. Sudah ayo teman-teman kita pergi saja dan kau anak lumpuh lihat saja nanti," si anak gempal—atau sekarang yang Rosé tahu bernama Baekho—terlihat kesal bukan main. Ia dan teman-temannya pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Rosé dengan anak perempuan yang menolongnya.

"Yang benar itu, psikopat bukan psikolog dasar otak udang," gumam anak itu yang membuat Rosé mengernyit. Memangnya psikolog dan psikopat itu berbeda yah?.

Anak itu berbalik, memandang kearah Rosé membuat Rosé langsung kikuk di tempatnya, "Kau si anak baru itu kan? Mau berteman denganku?" tanyanya sambil tersenyum manis.

Rosé terdiam, matanya mengerjap beberapa kali sebab terlalu terkejut. Apakah fungsi telinganya juga telah rusak yah? Ia tak salah dengar bukan?. Anak yang menolongnya tadi mengajaknya untuk berteman?. Jika memang ia masih di alam mimpi demi apapun Rosé enggan untuk bangun.

"Tak mau? ya sudah," ucap anak itu mengedikkan bahunya dan hendak pergi.

"T-tunggu!" ucap Rosé dengan cepat.

Anak itu lantas kembali berbalik, ia langsung menghampiri Rosé dengan wajah sumringah, "Jadi kau mau berteman denganku?" tanyanya semangat.

"Eh? A-anu"

Anak itu tiba-tiba saja menjabat tangan Rosé erat, "Perkenalkan namaku Lisa, aku berumur tujuh tahun. Hobbyku adalah berkelahi dengan Baekho, memanjat dan tidur di atas pohon, menjahili Jisoo eonnie, emm apalagi yah hobbyku oh iya aku juga suka membuat Suster Yuri marah. Jadi siapa namamu?" ucap Lisa kelewat cepat.

"Ah, hallo namaku Park Roseanne, kau bisa memanggilku Rosé. Umurku juga tujuh tahun, senang berkenalan denganmu Lisa-ssi" ucap Rosé sambil tersenyum.

Lisa melepaskan gengamannya pada tangan Rosé, ia bersidekap dada dan mengerucutkan bibirnya, "Jangan kaku begitu, Rosé-ya. Mulai sekarang kan kita adalah teman"

"Ah, baiklah Lisa-ya" ucap Rosé.

"Mau aku kenalkan pada Jisoo eonnie tidak?. Dia dari kemarin ingin berkenalan denganmu loh" ucap Lisa. Matanya terlihat berkilat-kilat penuh semangat seolah ribuan kembang api tengah meledak di sana.

"Emm, tapi-"

"Sudah ayo" ucap Lisa dengan segera berjalan ke belakang kursi roda Rosé dan mengengam pegangan kursi roda, "Pegangan yah," lanjut Lisa yang menyebabkan Rosé mengerutkan dahinya.

"Pengangan ken-Yak Lisa jangan cepat-cepat! Aku masih mau hidup!" pekik Rosé, pasalnya Lisa membawa kursi rodanya kelewat kencang sampai-sampai rambut Rosé terkibar oleh angin. Rosé dengan segera mengengam erat kursi rodanya berharap ia tak akan terjatuh sementara Lisa yang berada di belakangnya terdengar tertawa kencang.

"Ayolah ini menyenangkan Rosé-ya!" pekik Lisa di sela tawanya.

Rosé melirik ke belakang, memandang wajah berseri Lisa. Ia pun mulai ikut tertawa, rasa takutnya perlahan luntur entah kemana. Ia merentangkan tangannya, membiarkan angin menerpa dirinya merasakan kebebasan yang melingkupi hatinya. Setidaknya di titik ini Rosé menyadari bahwa hatinya belum benar-benar mati.

-

"Lisa-ya, Jangan pernah mendorong kursi roda Rosé-ya seperti itu, kalian bisa celaka!"

Kesenangan Rosé dan Lisa terpaksa berhenti kala Suster Yuri secara mendadak berada di hadapan mereka dengan sendok sup yang ia angkat tinggi-tinggi sambil menjerit menyuruh mereka untuk berhenti. Untung saja Lisa dapat mengerem kursi roda Rosé tepat waktu, jika tidak dapat di pastikan wanita berkulit tan itu akan tertabrak dan itu jelas bukan hal yang baik bagi Lisa maupun Rosé.

"Maaf deh suter Yuri, tapi aku tak janji tak akan melakukannya lagi yah" ucap Lisa di sertai cengiran jahilnya, "Lagipula Rosé-ya juga tak keberatan bukan? Iya kan Rosé-ya?"

Rosé yang sedari tadi menunduk sambil memainkan telinga boneka pikachunya pun menoleh ke arah Lisa, "Errr, i-iya?" ucapnya ragu.

"Tuh kan, Rosé-ya saja selaku pemilik sah dari kursi rodanya tidak keberatan. Jadi, suster Yuri berhenti mengomel yah nanti bisa-bisa melajang terus loh sampai usia lima puluh tahun, memangnya mau?" ucap Lisa sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana ¾ yang ia kenakan.

Suster Yuri jelas di buat jengkel oleh Lisa. Jika ia dalam dunia komik mungkin di kepalanya sudah ada ledakan api yang membara. Ia lantas mendekati Lisa lalu menjitak anak itu kuat-kuat sampai Lisa menjerit kesakitan, "Itu untukmu karena sudah berani membantahku," ucapnya lalu tangannya beralih mencubit kedua pipi Lisa, "Kalau yang ini, karena kau sudah mendoakanku melajang sampai usia Lima puluh tahun"

"HUWEE IBU YOONA!" pekik Lisa kelewat kencang, bahkan Rosé saja sampai menutup kedua telinganya menggunakan tangan.

"Hush, dasar tukang mengadu" ucap suster Yuri sambil melepaskan cubitannya pada Lisa. Sementara Lisa menjulurkan lidahnya dan tersenyum ponggah, meskipun kedua tangannya masing-masing bekerja untuk mengusap pipi juga kepalanya yang berdenyut sakit.

"Ada apa ini?" Yoona datang tergopoh-gopoh dengan celemek biru kotak-kotak yang masih melekat di tubuh rampingnya.

"Suster Yuri melakukan tindak KDRT, bu" ucap Lisa sambil menunjuk Yuri.

"Yur-"

"Dengarkan aku dulu Yoona-ya" potong suster Yuri cepat, "Aku memarahi mereka bukan tanpa alasan, Lisa mendorong kursi roda Rosé sangat cepat tadi, aku hanya takut mereka celaka saja. Aku juga menjitak anak bebal ini karena ia mendoakanku melajang sampai usiaku 50 tahun!. Padahal menasihati mereka dengan jodoh itu sama sekali tak ada kolerasinya"

"Kolorasi itu apa?, nama latin untuk celana dalam?" ucap Lisa sambil memiringkan kepalanya.

"Mau ku jitak dengan sendok sup yah?" ucap Suster Yuri sambil kembali mengangkat sendok supnya tinggi-tinggi, sementara Lisa hanya terkekeh pelan. Bukankah ia sudah menyebutkan tadi, bahwa mengerjai suster Yuri merupakan hobbynya?. Jadi, ia merasa senang-senang saja melihat wanita dengan rambut yang tengah di cepol itu mencak-mencak akibat ulahnya.

Yoona mengelengkan kepalanya tak habis pikir, ia pun berjongkok lalu mengusap pipi Lisa lembut, "Sayang, yang di katakana suster Yuri itu benar. Tidak boleh mendorong kursi roda Rosé dengan kencang, nanti bisa berbahaya untuk Rosé. Lisa memangnya ingin melihat Rosé-ya terluka?"

"Tidak ibu"

"Nah, jadi jangan di ulangi yah sayang"

Lisa mengangguk semangat, tersenyum begitu lebar, "Baik ibu"

"Ck, kau hanya bisa menurut pada Yoona saja yah Lisa-ya. Padahal maksudku dan maksud Yoona itu sama" ucap Suster Yuri sambil bersidekap dada.

"Tentu saja berbeda, suara ibu Yoona itu menyejukkan seperti di Surga kalau suara suster Yuri membuat telinga panas seperti di Neraka"

"Heh, bocah!, wah minta aku jadikan adonan kue yah"

"Hei, sudahlah," ucap Yoona bangkit berdiri sambil memegang bahu Yuri. Ia harus mencegah terjadinya perang dunia ketiga antar Lisa dengan Yuri, "Eonnie, ayo bantu aku di Dapur. Sebentar lagi jam makan siang, nanti anak-anak akan merengek kalau makan siang belum jadi"

Yuri pun menghela napas, oke hanya untuk kali ini saja ia kalah dari Lisa besok-besok ia yang harus memenangkan pertempuran. Ia pun kembali melangkahkan kakinya menuju Dapur yang di ikuti oleh Yoona di belakangnya. Sementara Lisa tertawa puas karena berhasil mengerjai suster Yuri untuk yang kesekian kalinya.

"Wah, bonekamu lucu sekali. Beli dimana?" sebuah suara lembut mengintrupsi gendang telinga Rosé membuat gadis itu menoleh dan menemukan sosok perempuan berwajah cantik dengan rambut bermodel bob yang di hiasi bandu merah di kepalanya.

"Eh, Jisoo eonnie. Kami baru saja ingin mencarimu" ucap Lisa sambil merangkul Rosé yang hanya tersenyum canggung.

"Benarkah?" Anak bernama Jisoo itu terlihat antusias, ia pun menjabat tangan Lisa, "Hallo aku Kim Jisoo, usiaku enam belas tahun. Namamu Park Roseanne kan? Kau pengemar Pikachu juga?"

"Jisoo eonnie itu pengemar Pikachu garis keras, karena kau membawa boneka itu kemarin saat perkenalan dia jadi tak pernah melepaskan atensinya padamu loh" ucap Lisa.

"Ah, h-hallo Jisoo eonnie. Aku bukan pengemar Pikachu ini hadiah ulang tahun dari papahku"

"Ah, hadiah ulang tahun dari papahmu yah" ucap Jisoo, sekilas Rosé dapat melihat ada binar sendu di mata Jisoo namun kala Jisoo kembali tersenyum sendu itu seolah hilang entah kemana, "Kalau begitu mulai sekarang kita berteman yah, Rosé-ya. Jangan sungkan-sungkan padaku, oke?" lanjutnya sambil melepaskan jabat tangannya dengan Rosé

"Padaku juga yah, kau pokoknya sudah masuk ke dalam list orang kesayangan Lisa" ucap Lisa sambil mengacak rambut Rosé yang menyebabkan Rosé terkekeh pelan.

"Baik, terima kasih banyak Lisa-ya, Jisoo eonnie" ucap Rosé tersenyum tulus.

Ketiganya pun memutuskan untuk menuju ruang makan karena Suster Taeyeon telah memanggil mereka untuk segera makan. Namun, sebenarnya sejak tadi ada sosok yang memperhatikan ketiganya di balik tembok. Ia menghela napas, lantas keluar dari persembunyiannya.

"Oh, Jennie-ya di sini kau rupanya. Ayo kita makan" ucap Suster Taeyeon lembut.

Anak itu, Kim Jennie, melenggang begitu saja meninggalkan suster Taeyeon yang menghela napasnya, "Ah, anak itu semoga dapat segera memiliki teman"


Mbak jichu dan neng lilis udah muncul nihh hehehe. Semoga suka yah sama chapter kali ini.

btw, gimana dengan cover mi casa yang baru?. Jiwoo mau sungkem sama seseorang (yang tidak bisa disebutkan namanya😂) yang udah editin semua cover cerita Jiwoo. Sayang banyak-banyaklah buat kamu💜

—kissandhug—

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 49.6K 11
(HAREM ZONE!) Jennie Anne seorang gadis bar bar, tidak bisa diam, mulut ceplas-ceplos dan paling utama pemburu cogan. Seorang gadis pencinta novel...
590K 14.5K 22
Semua ini berawal dari jisoo yang tanpa sengaja mengirim foto telanjang nya, ke dosen paling seksi di kampus. Rate 17++💦
509K 40.9K 24
[REVISI] Jung Jaehyun. Seorang pria tampan kaya raya yang harus ditinggal sang istri pergi untuk selama-lamanya dan meninggalkan balita kecil yang k...
579K 10.1K 8
seorang pengusaha terkenal dan sukses ini menyukai anak remaja yg masih berusia delapan belas tahun. Memiliki paras cantik Bak Barbie hidup. hidung m...