LALA LOST [END]

By LeeAgst

14.9K 1.7K 123

Lala adalah sebuah masa lalu, yang telah terhapus dari kotak memory Yuki. Seorang pemuda, yang di berikan gel... More

#⃣ Prolog
1⃣
2⃣
3⃣
4⃣
5⃣
6⃣
7⃣
8⃣
9⃣
🔟
1⃣1⃣
1⃣2⃣
1⃣3⃣
1⃣4⃣
1⃣5⃣
1⃣6⃣
1⃣8⃣
#⃣ Epilog

1⃣7⃣

501 76 2
By LeeAgst

.
.


[Lala Lost]
Chapt : 17
News...



Pihak yang paling di rugikan, saat skandal menerpa adalah perusahaan yang menaungi Nam Taehyun. Bahkan deretan fansnya, menggelar aksi di pelataran gedung bertingkat itu. Merasa dirugikan, tentu. Karena para Fan girl . Waktunya, sudah di curahkan selama 24 Jam untuk seorang idol bernama Taehyun ini.

Mari kita lihat, bagaimana para Fans itu menjelma seperti seorang Sasaeng. Rela mengikuti semua jadwal, dari aktifitas sehari-harinya. Sampai, aktifitas yang bahkan tidak terjadwal sekalipun. Beberapa petisi, di ajukan hingga membuat daftar grafik merah pada saham Agensi tersebut.

Kita tidak tau, mengapa orang-orang memberikan seluruh hidupnya pada satu sosok. Tidak ada yang memaksa? Tentu! Lalu? Mereka, saat mendengar sebuah skandal terekspos. Mereka akan marah, menuntut dan mundur kemudian menghilang. Dan bahkan, mereka akan menjadi Haters Nomor pertama, si artis tersebut.

Miris bukan? Tapi, ini fakta! Mari jangan tutupi, ...

Manusia, tetaplah manusia. Entah skandal itu benar, atau salah. Memang, kita siapa bisa menghakimi perasaan yang notabene nya itu adalah reaksi alamiah. Dari setiap, manusia.

"Nam". Jimin mengetuk-ngetuk pintu Nam Taehyun, yang tidak terbuka selama satu hari ini. "Bangunlah, makan dulu sebentar". Pinta Jimin.

Nam hanya menatap kegelapan, yang tidak memiliki celah sedikitpun. Dia tau, hari ini kapanpun. Bagaimana pun, pasti akan datang. Saat wanita itu, bisa lebih leluasa menghinatinya. Dia tau, dia tidak lebih hanya sebuah boneka. Kadang dia menscroll, layar ponselnya. Menitihkan, sedikit airmatanya. "Ayah". Gumamnya, dia rindu. Bagaiman, sorot mata sang Ayah yang sangat kuat dulu.

Sang Ibu, hanya bisa sesenggukan di samping wastafel. Pencuci piring, tidak kuat untuk menyelesaikan semua hal. Pekerjaan itu terbengkalai, di sana. Jimin terdiam, tidak bisa melakukan hal lebih.

Jimin berjalan mendekat, ke arah tirai di ruang tamunya. Beberapa wartawan, melingkari tempat itu. Ada yang bertenda, ada yang membawa bekal dan berpiknik. Hell!!! Apakah, penjaga apartemen tidak mengusir mereka? Jangan-jangan, mereka sengaja. Membiarkkann para wartawan itu, meliput apartemen dan mempromosikan secara gratis.

Ok! Baiklah, setidaknya bisnis harus tetap berjalan. Maka Jimin, tidak bisa berkata apapun. Mobil hitam, baru saja melakukan parkir di depan gedung sana. Itu adalah, manajer dan satu anggota H-1. Mereka melakukan sesi tanya jawab, di luar sana. Suara shutter dan light bidikan kamera. Membuat siapapun mual, hey! Memangnya, mereka hanya mempunyai kabar skandal Nam saja?

Jimin tau, Nam terkenal. Tapi, apa iya. Tidak ada orang yang lebih patut, di targetkan untuk di liput?

.
.
.

Headline yang di janjikan oleh wanita bernama Mrs. Irene itu. Sudah menemui penerbitnya, dan di upload dengan huruf Bold. Dan tulisan skandal, yang mengandung pro kontra.

Apartemen, Idol dan Kekasihnya.

Kekasih Nam, terlihat memiliki apartemen mahal. Yang sering di kunjungi, Nam. Berikut, foto-foto nya.

"Shittt!!!". Siapapun, yang membacanya. Pasti akan mengumpat. Seperti Kai, yang sudah tidak bisa mengendalikan emosinya.

Jisoo terlihat serius saat ini, dia tau apa konsekuensi yang akan Lisa tanggung. Belum lagi, beberapa saat yang lalu. Manajemen Agensi Nam, mengirimkan E-mail. Untuk meredam semuanya, ini hanya untuk media. Konsumsi, hangat yang akan di suguhkan kepada kepala media yang doyan membual.

"Memang, ini adalah satu-satunya cara. Agar Lisa, bisa aman... Dan tidak terlalu, jatuh berkeping-keping". Usul Jennie, membenarkan rencana itu. "Tapi, ... Bagaimana, dengan Lisa?".

Mereka menatap lisa, yang sudah memandang lurus kosong. Menikah, dengan Nam. Setelah itu, mereka bisa pisah dan bercerai kapan pun. Hanya saja, ini salah satu cara yang mereka punya saat ini. Buktinya, terlalu real. Dan terlalu, intim. Mengelakpun, tidak ada yang akan percaya.

Jika begitu, mereka bisa mengatakan ke awak media. Jika, mereka berdua memang sedang merencanakan pernikahan. Dan rumah, apartemen itu. Adalah, rumah yang akan mereka tempati. Lalu, bagaimana gadis ini? Bagaimana Nam? Bagaiman, perasaan Jungkook?

"Aku tau, kau pasti tidak akan mau bukan?". Kai memijat pangkal hidungnya, bisa di pastikan sang ibu. Sudah memanggilnya, beribu kali. Tapi, Kai tidak mau mengangkatnya. "Aku akan ke Agensi Nam, dan memberikan penawaran yang lain".

"Ya, bagaimanapun Lisa tidak tau menau.. Dia, bahkan pihak di rugikan.. Mana mungkin, mereka jug Memaksa Lisa. Untuk menikah, dengan cowo belok itu?". Jennie mengataknya, dengan nada kesal. Bibirnya, sudah mengerucut di sana.

Kai menarik Jas nya, dan ponselnya. Baru saja, Nam akan pergi. Satu suara, yang bungkam selama satu jam semenjak. Kehadirannya, di dunia nyata itu. Berkata..

"Aku akan melakukannya".

.
.
.

Ini sudah semakin kacau, Jungkook berpamitan pada keluarga Koo. Dan dia dengan cepat, membanting stirnya kembali. Ke Seoul, kali ini pemberhentiannya tertuju pada rumah mewah. Yang dibanggakan, keluraga Jeon. Sebuah rumah, yang luar biasa luas. Seperti istana, yang di kelilingi puri-puri. Dan taman, yang sangat luas. Seperti, taman bermain.

Mungkin kau bisa, menemukan gajah atau kangguru. Di dalam tamannya, ya.. Jangan di anggap serius, itu hanya perumpamaan saja. Tapi serius, ini luas. Hingga, Jungkook membutuhkan waktu lima menit. Dari gerbang utama, ke dalam rumahnya.

Brakk

Pintu mobil itu dibanting, mungkin jika dia manusia. Mobil itu akan mengutuk jungkook, karena lengannta di banting begitu saja. Saat dia sudah sampai, di ruangan tamu. Sang ibu yang dengan santai, memghirup aroma teh itu. Tersenyum, samar. Tidak tau, apa artinya. Yang jelas, urat-urat Jungkook tercetak jelas. Dibanding, lawannya yang santai.

"Mengapa kau melakukannya?". Tuduh Jungkook, menggelegar seluruh ruangan.

"Melakukan apa anakku?".

"Headline, dan skandal ... Mengapa kau melakukannya?".

"Bukannya, kau sudah tau jawabannya".

Jungkook berdecih pelan, tidak menyangka. "jadi kau mengakuinya?".

"Lalu, aku harus apa? Kau sudah repot-repot mencari kesana kemari, mana mungkin aku bisa menipumu... Bahkan, kau menempatkan beberapa musuh ku didekatmu?".

Pemuda itu trtegun, dia memicingkan matanya sejenak berpikir. "Kau tau?".

"Hm". Dia menyodorkan, satu berkas perjanjian pernikahan dan bisnis pada Jungkook. "Baca lah, kau bisa membebaskan dua orang itu jika kau menrut padaku".

Ini tidak seperti interaksi, anak dan ibu. Dia merasakan tekanan, luar biasa. Merasa sesak nafas, dan selalu takjub akan segala hal. "Apakah kau benar ibuku?".

"Kau bisa mengecek DNA kita Jung, mau aku berikan sikat gigi? Rambut? Atau, kuku ?". Dia berdiri, dan berjalan dengan santai kearah Jungkook. "Atau kau.mau, aku memberikan Darahku?".

Merinding bukan main, jika kau memiliki tubuh yang lemah. Kau bisa mencair, seperti es batu di tengah gurun. Tapi Jungkook memandang ibunya sayu, mencari sesuatu yang mungkin masih tersisa untuknya sedikit saja. Dia akan bersyukur, itupun Jika ada.

"Haruskah sampai sejauh ini?".

"Aku bahkan belum membuat hal yang serius".

Saat Jungkook ingin mengatak sesuatu kembali, terdengar dering ponselnya. Dia merogoh, dan mengeceknya sejenak. Pesan dari seok, menscroll dan sedikit kaget pada slide ke empat. "ibu~". Jungkook memanggil ibunya, dengan nada menuntut.

Wanita itu menggedigkan bahunya acuh, "Aku sudah katakan, kau hanya memiliki dua opsi".

Ingin rasanya, Jungkook memecahkan ponselnya. Dan memberontak, sekuat-kuatnya.

"Menikah dengan keluarga Kim, atau aku akan membuatnya hancur".

Dia tersenyum garing, tidak ada gunanya. Berbalik arah, untuk meninggalkan rumah yang membuatnya sesak itu. Tetapi, dua penjaga di rumah itu menghalanginya.

"Kau tidak akan meninggalkanku lagi Jung, aku tidak akan membiarkan kau pergi lagi".

Dia menyesal telah datang kerumahnya, sehingga sang ibu bisa menjegalnya. "Aku bisa masuk sendiri". Dia berlari, menuju lantai atas. Memasuki kamarnya.

Mata Irene mengekori anaknya, yang sudah sampai di atas sana. Kembali mengetikan sesuatu, pada layar ponselnya. Kemudian, mengirim dan membanting asal begitu saja. "Cukup dua kali saja kau mengabaikanku, tidak akan ada lagi".

Jungkook menutup pintu kamarnya kasar, mengusap kasar wajahnya. Dan menghela nafas, melonggarkan urat-urat di syarafnya. Mengecek sesuatu, sebelum duduk di sofa dekat pintu kamarnya. "Hah!! Berita konyol macam apa lagi ini?!!!". Katanya, setelah melihat berita terbaru. Tentang, foto Lisa dan Nam. Yang memasuki, apartemen secara bergantian.

Baru saja dia berhasil mendaratkan bokongnya, pemuda itu terdiam. "Ini?". Info tentang, manajer Lisa yang angkat bicara perihal kekacaun menyita seluruh pikiran Jungkook.

Kabar pernikahan, Idol Nam Taehyun dan Lalisa Kim 'Star'

Baru saja dia menemukan Lala-nya, apa mungkin Jung harus terpisah lagi. Ada perasaan yang belum tersampaikan, tolong berikan waktu untuknya merebut kembali Lala-nya. Jungkook terlalu fokus pada masalalunya, dan Irene. Sehingga, dia melupakan Lalisa dan Nam.

Pemuda itu cemas, dia dirundung kekalutan di pikirannya. Jungkook mengigit kuku-kukunya sendiri, "ku mohon Jangan, Lisa-Ya".

Berita sialan macam apa ini? Mengapa harus selalu menumpuk di pikirannya. Jungkook kembali berdiri, berlari menuju sosok sang ibu. "Mengapa kau melakukannya!!?". Teriak Jungkook, sehingga membuat beberapa pelayan yang sedang membersihkan ruangan itu. Kembali, ke ruangan masing-masing.

"Bisakah kau berhenti berteriak?".

"Mengapa kau melakukannya ibu?". Protes Jungkook, wajahnya merah padam. Karena amarah, yang membuat laju darahnya mengumpul satu pusat. "Mereka tidak salah apapun padamu!! Mengapa harus sejauh ini?!!!".

"Aku tidak melakukan apapun, kau mengatakan apa sebenarnya?".

"Kau yang melakukannya, dimalam itu juga kau!!! Kau~". Jungkook berhenti dan menimbang perkataanya sendiri. "Kau yang menabraknya, benarkan ibu?".

Irene terdiam, tidak ada yang tau cerita itu. Dia sudah merapihkannya, bahkan mobil yang ia pakai sudah ia buang entah kemana. "Menabrak apa,  Jung". Elaknya.

"KAU YANG MENABRAK LALISA!!! DAN KAU JUGA, YANG MEMBUNUH AYAHNYA!!! BENAR BUKAN??!!!".

"JEON JUNGKOOK". suara tidak kalah tinggi itu, milik sang ayah. Yang baru saja sampai, dari perjalanan dinasnya. "APA-APAAN INI JUNG?". Dia berjalan, menghampiri istrinya yang terlihat gemetaran itu. "Beginikah, caramu berbicara pada ibumu?".

"Yuki, panggil aku dengan nama Yuki..  Karena, mulai sekarng dan selanjutnya .. Aku tidak ingin di sebut, dengan Nama pemberian kalian lagi". Pemuda itu berjalan keluar, dan bodyguard kembali menghalanginya. "Arrrrggghhh brengsek!!!".

"Jung~".

"Berhenti". Kepalanya terasa sakit, dia menekan tengkuknya. Mencoba Mengurangi efek nya, "Jangan mendekat".

Sang ayah mengkode bodyguard itu untuk menjauh, membiarkan Jungkook untuk pergi dari rumah itu. Dia beranggapan, bahwa Jungkook tetap kembali. Karena, sudah di pastikan. Tidak ada jalan keluar, bagi Lalisa. Menanggapi, ujaran kebencian satu negara itu.

.
.
.
.

Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan yang lengang. Ditemani temaran, lampu kota-kota. Dan lampu Led, gedung pencakar langit. Ini adalah jalan, menuju sekolah musiknya. Tidak tau, kemana harus pulang. Setidaknya, Seok Jin dan Rose sedang berada di sana.

Dan Jungkook tidak bisa menghubungi, orang-orang terdekat Lisa. Termasuk, gadis itu sendiri. Pengawasan sang ibu, juga pasti terpantau ketat di daerah apartemen nya. Jungkook tau, Nam dan Lisa tidak pernah bertemu di apartemen. Jika dia mengatakan bahwa Nam, ke area gedung itu. Untuk masuk ke apartemennya, maka citra dan gosip yang dulu pernah terdengar. Akan mencuat kembali, tentu itu akan lebih merugikan dan dirinya.

.
.
.

Pagi menjelang, semalam Jungkook minum sampai mabuk bersama Seok Jin di ruangan Rose. Dan tentunya, Rose hanya mengunci diri di dalam ruangan khususnya. Agar, Dua pemuda itu tidak mengganggunya. Namun, pagi ini Jungkook bergegas mengenakan setelah jas nya. Dan menyalakan, mesin mobil untuk menuju butik yang di kirimkan alamatnya oleh Jisoo.

Pikirannya kalut, penuh dengan tanda tanya dan kekhawatiran yang merangsek masuk ke otaknya. Seok, Sudah berjanji akan membantunya tapi. Tetap, saja dia takut. Sekarang, Jungkook melirik sebentar untuk memastikan para wartawan tidak berada di sekitar sana.

Dirasa aman, Jungkook berlari kecil untuk cepat sampai kedalam butik. Dan saat dia masuk, beberapa pelayan menyapanya ramah. Dan mempersilahkan, ketempat yang sudah Jisoo beritahukan pada para pelayan itu. Jungkook masuk, dan sudah ada Jisoo yang menunduk lemah di kursi.

Jungkook tersenyum, dia menghampiri Jisoo. Gadis itu, menatapnya dengan raut wajah menyesal. Dan saat Jungkook, ingin membuka mulutnya untuk bertanya. Pelayan itu, menyibakan tirai dan menelusupkan kepalanya keluar. Meminta, persetujuan pada Jisoo.

"Baik, Weidding Dress No 5-Jhl".

Setelah pelayan itu mengatakannya, dia berjalan keluar dan mundur. Sehingga, perlahan tirai merah menjutai itu menggulung ke arah samping. Dan betapa kegumnya, mata seluruh orang yang menatap pemandangan ini di pagi hari. Lisa mengenakan, gaun pernikahan putih. Dengan, payet-payet yang bertabur di seluruh lekukan kain itu.

Cantik, sekali.

Hingga Jungkook, hanya bisa menatapnya penuh. Tanpa bersuara, perasaan aneh itu. Bergejolak, di jantungnya. Pemuda itu, meraba dada bidangnya sendiri.

"Aku, seperti tersihir olehnya". Pekik pelayan itu, dengan riang. Membuat, Jisoo tersenyum padanya.

"Ya! Lisa kami ... Memang selalu, mengagumkan.. Bukan?". Sahut Jisoo, dengan bangga.

Gadis itu hanya menunduk, tidak berani menatap orang-orang yang memujinya. Separuh hati, dia ingin memberontak. Dan membuat perhitungan, dengan orang yang menebarkan kebencian pada nya. Tapi, dia tau. Dia tidak mampu, melawan. Dan, tidak mempunyai kuasa.

Di tambah, kemarin malam. Thailand Fashion, memutuskan kerja sama dengannya. Sungguh, Biadab!!

Ibarat jatuh, tertimpa tangga.

Jungkook memandang Lisa dia merasakan luka itu, semakin perih. Ketika, dia tau. Bahwa, Lisa memakai gaun itu. Untuk orang lain, bukan dirinya.

"Bagaimana menurutmu, Jung?". Jisoo bertanya, membuat Lisa menegang di tmpatnya. Dan Jungkook, tersenyum miris.

Lisa dengan cepat menarik kepalanya, dan mencari keberadaan Jungkook. Entah mengapa, hatinya nyeri. Lisa merasa malu, padahal dia tidak melakukan hal yang salah pada Jungkook. Bahkan sebaliknya, apakah Lisa jatuh cinta?

"Cantik". Ucap Jungkook, bagaikan garam di hati Lisa.

Pemuda itu berjalan menghampiri Lisa perlahan-lahan, dia tersenyum hangat saat sudah ada di depan gadis itu. Para pelayan, izin pamit keluar. Dan Jisoo, hanya membiarkan mereka berdua. Didepannya.

"Jung". Cicit Lisa.

"Kau ... Apa kau mencintai Nam?".

Lisa tidak berani menjawab, dia menunduk kembali.

"Jawab aku, Lis~".

"Aku, bahkan tidak berani untuk mengatakan Cinta... Seumur hidupku, aku merasa bahwa Cinta tidak ada di dalam opsi apapun". Kata Lisa, sedikit menekan suaranya agar tidak menangis.

"Kau, bisa memilih... Aku yang akan menjaminnya".

Mata Jisoo memerah, dia tidak sanggup menyaksikan keduanya. Keluar, dari tempat itu dan memberikan waktu untuk keduanya.

"Jung..".

"Lis....". Jungkook menyela, dan merentangkan tangannya memeluk Gadis di hadapannya sang hanya bisa menunduk dan berbohong itu. "Aku ingin kau bahagia". Dia ingat, Jika semasa kecil. Gadis, yang berada di dekapannya ini. Tidak pernah, bahagia dan tertawa lepas. "Aku akan melakukan apapun, jika itu bisa membuat mu bahagia... Bahkan, merelakan mu menikah dengan Nam".

"Aku, tidak mau membawamu dalam kehidupanku, yang rumit Jung... Tolong, jangan repot-repot hanya untukku".

Jungkook menolak perkataan Lisa, dalam hatinya. Tidak, meskipun dia berkata merelakan Lisa. Dia tidak bisa sama sekali, untuk melakukannya. Namun, apa yang bisa ia lakukan sekarang. Wartawan yang haus, di luar sana sangat menunggu gerakan sedikit saja dari Lisa. Mereka bingung, mengapa perasaan seseorang di anggap Scandal. Jika memang demikian, berarti orang-orang yang menikah. Sebelumnya, telah melakukan scandal. Hingga, seluruh akses di bekukan.

Lisa ingin melempar geranat, melihat kerumunan wartawan dan para Fans yang berada di halaman dimanapun dia berada. "Jung... Apakah, kau mencintaiku?".

.
.

Sebenarnya, pengen menceritakan tentang Seok Jin dan Rose secara detail. Tapi, kayanya di bikin garis besarnya aja ya. Takutnya, malah melebar ke mana-mana.

Vote
Comment
Thankkss
🤓

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 17.1K 21
21++ bocah jauh jauh karakter idol -jimin -kai -chanyeol -taeyhung -jungkook -daniel (gua tulis yg sering muncul ya) girls.. ulzzang (pake beberapa...
2.9M 366K 67
[TERBIT DI RENELUVBOOKS] TERSEDIA DI GRAMEDIA ✓ Highest rank #1 in teenfiction (16/09) Highest rank #1 in cerita pendek (13/09) Highest rank #1 in hu...
6.2M 833K 54
SEGERA TERBIT! _____ Kana Nadhira adalah seorang mahasiswa hukum semester lima yang dikenal sebagai gadis pemalas, jutek, nyeplos dan bodo amatan. Su...
2.9M 205K 40
"Terima kasih Hyung, kami akan bahagia. Untukmu, untuk Army." -Bangtan- "Terima kasih Kim Seokjin, sudah menjadi salah satu kebahagiaan kami." -Army-