JASON'S LOVE LETTER: TROUBLE...

By gorgeousbiebs

1.8K 91 80

"Jangan jutek gitu dong, 'kan tak kenal maka tak sayang. Makanya gue ngajak kenalan dulu, siapa tahu lo jadi... More

PROLOG
Lembar Pertama: Hai, Kamu.
Lembar Kedua: Tarik Ulur Hati
Lembar Ketiga: Omurice Rasa Cinta
Lembar Keempat: Bidadari SMA Purnama
Lembar Kelima: Hadiah Valentine Untuk Ramona
Lembar Keenam : Lara Hati
Lembar Ketujuh: A Shoulder To Cry On
Lembar Kedelapan: Belinda, si Pecinta Buku
Lembar Kesembilan: Romantika Malam Minggu
Lembar Kesepuluh: Valentine yang Kelabu
Lembar Kesebelas: Galau
Lembar Keduabelas: Antara Kamu Dan Dia
Lembar Ketigabelas: Lain di Mulut, Lain di Hati
Lembar Keempatbelas: Kamuflase
Lembar Kelimabelas: Merana
Lembar Ketujuhbelas: Pahitnya Sakit Hati
Lembar Kedelapanbelas:Tear
Lembar Kesembilanbelas: Jason's Love Letter
Lembar Keduapuluh: Jatuh, Cinta [END]
EPILOG

Lembar Keenambelas: Sekadar Harapan

25 2 5
By gorgeousbiebs


Playlist kali ini, adalah lagu galau sejuta umat pada masanya. Selamat membaca 😁

Jason

Sebotol minuman vitamin C menemani gue usai berlari maraton di lapangan GOR SMA Purnama. Beruntung, jarak lari gue dikurangi sama Pak Dodi biar enggak kelelahan karena punya penyakit asma. Seraya duduk di tribun, gue mengelap keringat dengan handuk dan membuka ponsel untuk bermain game Burger Shop yang malah bikin lapar.

Jadinya, gue traktir Samuel dan teman-teman makan di Burger King sekalian ngadem. Kak Ian, Kak Sonny sama Ardiano juga ikut, biar mereka bisa makin akrab dengan kita.

Gue duduk di sebelah Kevin yang lagi curhat seraya mengomel dan tangannya masih aja leluasa mengambil waffle fries milik gue.

"Gila, kemarin gue beli sepatu brand lokal yang hits itu sampai ngantri seharian dan giliran dapat malah ukurannya kegedean. Pengin 38, malah dapat 40. Sebel anjir, pengin nukerin ke tokonya tapi malas banget karena bakal penuh orang lagi."

"Gue bilang juga apa Vin, mending belinya nanti-nanti aja setelah hype-nya kelar. Atau, lo cari merk lain yang lebih bagus tapi terjangkau. Daripada beli mahal dan hasilnya nggak memuaskan, kan sayang."

Dean menimpali seraya menuangkan saus tomat ke cheese burger dan ayam goreng miliknya, lalu dimakan bersamaan. Kayaknya, cuma dia aja orang di dunia ini yang selera dan cara makannya cukup unik.

Kevin yang terlihat kecewa, memain-mainkan sedotan soft drink lalu menggigitinya.

"Ck, terus sepatu yang salah ukuran gue apain dong? Sayang deh, uang tabungan gue terbuang empat ratus ribu lebih...."

"Gue beli deh Vin, soalnya sepatu lama udah pada sempit jadi sakit banget kalau dipakai. Ntar sore gue ke rumah lo deh, biar bisa lihat model sepatunya juga."

Melihat raut wajah Kevin, gue jadi enggak tega dan spontan berniat membeli sepatu miliknya. Matanya pun berbinar, nada bicaranya kembali bersemangat.

"Oke Jas, makasih banyak ya. Gue milih warna hitam, biar bisa dipakai sekolah juga. Tenang aja, orang ganteng kayak lo sih pakai sepatu warna dan model apa aja cocok."

"Jas, bukannya Grandpa udah beliin sepatu converse waktu---shit, sakit tahu!"

Gue menginjak kaki Samuel supaya omongannya enggak menyakiti hati Kevin. Meski berbohong, gue pengin membantu Kevin yang udah lama menabung dan enggak berani minta uang ke ortunya buat beli sepatu itu.

"Kalau lo masih mau nukerin, mau gue bantu enggak? Kebetulan, ada saudara yang kerja di store-nya. Biar gue telepon, siapa tahu ukuran 38 masih ada. Tapi kalau warnanya beda, enggak apa ya?"

Kak Ian yang lagi menikmati kentang gorengnya, tanpa berbasa-basi langsung nawarin bantuan ke Kevin. Otomatis, dia berubah pikiran dalam sekejap.

Gue sih enggak masalah, sebab cara Kak Ian terkesan lebih menjanjikan. Kalau dipertimbangkan lagi, belum tentu juga sih gue bakal diizinin sama Papa buat pakai sebagian jatah uang jajan sebulan.

Langkah kaki dan suara tawa Ramona yang masuk ke resto bersama Adelina membuat Kak Robby seketika berceloteh.

"Jas, ada Ramona tuh. Ajak makan berdua sana, biar enggak kesepian. Sama kasih tahu, jangan over-acting kalau caper ke pacar. Lebay sumpah, dasar drama queen."

Gue baru aja mau angkat bicara, namun Ramona udah lebih dulu menghampiri Kak Robby dan menyiram wajahnya dengan segelas minuman soda.

"Kalau punya mulut tuh, dijaga! Cowok kok sukanya ngegosip kayak ibu-ibu komplek, malu tuh sama kumis! Dan gue sumpahin lo cepat putus sama Kak Sandra, kayaknya dia juga udah bosan lihat kelakukan lo yang ngeselin!"

"Lihat deh Jas, benar kan apa kata gue? Cewek lo ini selain drama queen, juga biang keributan. Katanya queen bee SMA Purnama, tapi kelakukannya kayak preman pasar. Selera lo jangan downgrade gini dong Jas, tinggalin aja cewek kayak dia."

Seketika, gue melayangkan tinju ke arah wajah Kak Robby dengan tatapan penuh amarah tanpa mempedulikan tangan yang berlumuran darah dari pipinya.

Ramona yang terkejut, melampiaskan kekesalannya sama gue disertai teriakan.

"Jason, lo apa-apaan sih?! Ngapain ikut-ikutan segala? Lo mau sok jadi jagoan, hah?! Gue tuh pengin balas dendam sendiri sama Kak Robby, kenapa lo--"

"Diam dan cepat pergi dari sini, Mon."

Dengan tegas, gue menyela ucapan Ramona sambil mengatur napas yang tersengal. Dia mencoba menarik pundak gue agar mendengarkan ucapannya, tapi spontan gue langsung membentak.

"Ya tapi, gue kan belum sele--"

"Gue bilang pergi! Biar orang ini ngerasain ganjaran karena mulutnya udah ngomong sembarangan, sama cewek pula!"

Ramona berdecak, lalu beranjak begitu saja disusul kedua temannya seraya menghentakkan langkah kaki tanpa menoleh sedikitpun dan membuat gue lega.

Gue pikir Kak Robby bakalan kapok. Namun, dia lantas menghampiri gue sambil tersenyum miring dan menyodorkan wajahnya disertai ejekan.

"Wah, gue kira Jason tuh lemah ya. Ternyata, dia juga bisa berantem? Mau nantangin gue? Ayo, lanjutin. Pukul gue lagi, yang tadi enggak berasa lho."

"Udah dong guys, ini tempat umum. Rob, lo sebagai senior mestinya lebih bijak dong dalam bertindak. Jason, gue tahu lo mau lindungi Ramona tapi tolong kendaliin diri."

Kak Ian pun melerai seraya menahan Kak Robby yang terus saja mengejek. Sementara Kak Sonny dan Ardiano malah cekikikan, seakan menikmati perkelahian tadi.

Gue hanya merespons Kak Ian dengan anggukan dan tatapan penyesalan.

Sebenarnya, apa yang gue harapkan setelah membela Ramona? Sampai kapanpun, dia enggak akan pernah berterimakasih atau benar-benar jatuh cinta sama gue.

💌💌💌💌

Ramona

"Del, lo lihat sendiri kan tadi Jason ngapain? Tuh cowok kenapa coba, belain gue di depan teman-temannya? Yang ada, dia malah bikin Kak Robby makin julid aja tuh mulutnya. Gue belum puas, masih pengin nuangin saus ke mulut dan matanya Kak Robby biar tahu rasa!"

"Mona, please. Orang macam Kak Robby paling senang kalau perilaku buruknya dibalas, harusnya lo cuekin aja. Lo juga sebaiknya berterimakasih ke Jason, biar gimana pun dia udah menyelamatkan image lo. Dan Jason adalah orang yang paling jarang berkelahi, sekalinya kejadian gue sampai merinding."

"Pertama, Kak Robby harus gue kasih pelajaran karena dia enggak kasih tahu perbuatan Carter dan menghina gue di hadapan semua orang. Kedua, Jason berantem sama Kak Robby atas keinginannya sendiri, bukan permintaan gue. Jadi, gue enggak perlu merasa berhutang sama dia."

"Enggak tahu ah Mon, capek gue ngomong sama lo. Keras kepala banget, kayaknya hati lo udah tertutup sama rasa benci dan dendam sampai enggak bisa bersikap lebih bijaksana. Perilaku lo makin buruk juga setelah bergaul sama Kak Jessica dan Sandra, makanya lo mesti jauhin mereka."

"Del, jangan atur-atur hidup gue dong! Suka-suka gue lah, mau memperlakukan Jason atau Kak Robby kayak gimana dan terserah gue juga pengin bergaul sama siapa pun! Walaupun lo sahabat dekat gue, jangan seenaknya mengkritik kayak gitu! Dan satu lagi, seperti apapun perilaku gue pasti bakal dilupakan orang. Kenapa? Sebab gue adalah Ramona Anastasia Olivier, enggak ada satupun orang yang  berani melawan kekuasaan keluarga gue."

"Hanya karena lo punya banyak uang dan kekuasaan, bukan berarti lo bisa bersikap semena-mena. Ingat Mon, enggak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya akan selalu tergantikan, ada yang patah dan ada yang tumbuh."

Gue menggertakkan gigi setelah mendengarkan nasehat Adelina dan membanting pintu kelasnya.  Benar-benar menyebalkan, kenapa kesialan terus datang ke hidup gue sih?

Baru aja gue berdamai sama Adelina, terus kita berantem lagi. Udah gitu, Kak Robby sama Jason bertingkah. Nanti apa lagi?

Saat gue sampai di lapangan serbaguna untuk berlatih cheerleader, terlihat anak-anak Pink Girls lagi mengerubungi Amanda dan Winona. Begitu gue ingin bergabung, mereka malah acuh tak acuh.

Sampai selesai latihan pun begitu, mereka seolah menganggap gue  enggak ada. Gue berusaha bersabar, seraya memberikan oleh-oleh parfum dari Swiss buat mereka.

Tapi, mereka kelihatan gusar seakan gue menganggu. Terutama, Amanda dan Winona yang menatap sinis. Hingga Mbak Anita mengajak gue bicara di ruang guru, ditemani secangkir teh hangat dan kue.

Mbak Anita menatap gue dengan ragu, lalu memutar sebuah video melalui iPad-nya yang membuat gue terbelalak.

"Mona, sebelumnya Mbak ingin meminta maaf terlebih dulu. Sebab, teman-teman sedang berdiskusi agar posisi kamu sebagai kapten Pink Girls digantikan oleh Emma. Mereka melihat konten vlog Jessica yang memuat soal liburan kalian di Swiss dan mempertontonkan perilaku kasar kamu terhadap adiknya Jessica, lalu mereka cemas kalau kamu akan berbuat hal yang sama jika Pink Girls tengah menghadapi masalah."

"Perilaku kasar? Mbak, saya sama adiknya Kak Jessica justru sangat dekat waktu liburan kemarin. Ini pasti ada yang nyebarin gosip, kan? Pokoknya, saya tetap enggak mau digantikan sama Emma! Saya yang lebih pantas jadi kapten tim cheerleader kesayangan SMA Purnama, bukan orang lain!"

Gue menggeleng seraya mengepalkan tangan, amarah gue sudah memuncak layaknya gunung berapi yang siap meletus.

Mbak Anita mendekat, lalu memeluk gue dengan erat. Seragam gue terasa basah, pertanda Mbak Anita sangat memikirkan gue sampai menangis.

"Mona, Mbak sudah tahu tentang mental disorder yang kamu alami dari Om Rama dan Adelina. Maka dari itu, Mbak rasa kamu memang harus melepas posisi sebagai kapten untuk rehat dari segala tekanan. Biar bagaimanapun juga, kamu tetap menjadi andalan dalam Pink Girls."

"Mana bisa kayak gitu, Mbak?! Saya ini udah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa diterima di Pink Girls sampai jadi kapten. Saya melakukan diet, berlatih bermacam stunt dan mengubah penampilan demi membuat diri saya semakin cantik dan populer! Saya enggak rela, kalau Emma akan jadi lebih populer daripada saya!"

Gue melepaskan pelukan Mbak Anita sambil memelotot tajam dan melempar vas bunga yang terletak di meja hingga pecah.

Mbak Anita menggenggam tangan gue, sorot matanya tampak sendu. Biarpun tegas sebagai pelatih, namun dia tetap lah sosok kakak yang baik untuk semua anggota Pink Girls.

"Mona, dengar dulu. Ini hanya sementara waktu saja, sampai Jessica mau menghapus vlog-nya. Mbak akan mengurus semuanya dengan wali kelas dan kerabat kamu, Om Rama. Kami akan menjaga kamu agar tidak ditindas oleh teman-teman, maka dari itu Mbak minta kamu terus bertahan di Pink Girls sambil bersabar. Ya?

"Saya enggak mau, saya ingin menuntut Kak Jessica atas pencemaran nama baik! Enak aja, masa' saya harus tinggal diam dan melihat dia tertawa ketika semua orang mencemoooh?! Saya juga enggak perlu dijaga, sebab saya bukan orang yang lemah!"

Dada gue terasa sangat sesak ketika menumpahkan emosi pada Mbak Anita. Biasanya, gue selalu menuruti dia. Tetapi kali ini, gue harus punya pendirian yang kuat. Gue enggak boleh pasrah, apalagi sampai dipojokkan oleh semua orang.

Gue meninggalkan ruang guru seraya  menghentakkan kaki, tidak mempedulikan Mbak Anita yang terlihat shock di kursinya. Di jam istirahat kedua nanti, gue harus cari Kak Jessica untuk bikin perhitungan.

Ketika gue tiba di kelas, lagi-lagi semua orang berkerumun seraya memegang ponsel mereka. Lima menit kemudian, bel pelajaran ketiga berbunyi dan Bu Astrid, guru Seni Budaya datang memberikan tugas kelompok drama.

Beliau memilihkan kelompok untuk kami dan begitu gue mendapatkan Samantha, Tiara, Giska dan Janet sebagai partner, terdengar seseorang menyeletuk dari meja belakang.

"Hati-hati sama Ramona, ntar kalau dikasih peran antagonis galaknya menjiwai!"

Semua orang tergelak, sementara Bu Astrid menegur dengan tegas. Gue yang kesal karena ejekan itu, pun malah menangis dan merajuk layaknya anak TK.

"Hiks, kamu nakal.... Ramona kan anak baik, kenapa sih kamu ngomongnya kasar? Kenapa sih, kamu gangguin dia? Hiks.... kamu sama aja kayak Kak Jessica, jahat."

Jelas  saja, si biang keladi dan teman-temannya semakin heboh mengejek gue. Sedangkan Samantha menenangkan dengan menepuk-nepuk pundak gue, walau ia terlihat bingung.

Entah mengapa, gue seperti mengharapkan belas kasihan semua orang untuk memaklumi situasi yang tengah gue hadapi. Ingin rasanya berhenti menangis, hanya saja gue enggak bisa menahan air mata.

Ramona Anastasia, kenapa sekarang lo jadi cengeng, lemah, dan manja?

💌💌💌💌

Belinda

Sepulang sekolah, Cecille mengajak gue ke acara meet and greet sama penulis novel teenfic terkenal di PIM. Dia bilang, pengin menebus kesalahannya karena gagal bikin gue PDKT sama Arka.

Gue udah menolak, cuma Cecille masih aja mendesak. Katanya,  biar gue terhibur dan melupakan sikap Arka yang mengesalkan. Dia bahkan udah mengadukan sang sepupu ke om tantenya, sampai dimarahi habis-habisan.

Usai menikmati acara meet and greet, kami pergi ke guardian untuk membeli skincare dan make up. Sekalian, mencoba tester lipstik shade terbaru buat dibeli kapan-kapan.

"Penulisnya baik dan cantik banget ya Bel, dia juga ramah waktu sesi tanya jawab. Pantas aja lo nge-fans, kayaknya gue bakal ikutan. Hehe..."

"He'em, makasih ya Cil udah ajak gue ke sini. Bisa refreshing, mumpung klub mading lagi enggak terlalu padat kegiatannya. Eh iya, tadi foto polaroidnya mana? Mau gue simpan di casing ponsel, biar lucu."

"Ih, lo kayak sama siapa aja Bel. Kita kan teman, udah tugasnya menghibur satu sama lain. By the way tumben, lo mau menghias casing ponsel. Biasanya, lo senangnya polos gitu aja kan? Kalau enggak warna pink pastel, pasti biru."

"Gue bosan juga kalau gitu-gitu doang, makanya casing ini gue kasih stiker quotes dan bunga-bunga. Polaroid ini, buat mempernanis. Gimana, bagus kan?"

"Gue senang Bel, lihat lo senyum kayak begini. Udah lama deh, lo enggak kelihatan ceria setelah patah hati. Aura lo jadi lebih cantik gitu, kelihatan beda."

"Paling bisa lo kalau memuji, pasti minta ditraktir ya? Hahaha..."

"Beneran Bel, pujian gue tuh berasal dari hati. Ngomong-ngomong, gue udah dapat dua liptint sama lip gloss. Habis ini, kita beli aksesoris yuk? Gue mau beli jepitan sama ikat rambut, soalnya enggak tahu kenapa hilang melulu meskipun disimpan dalam tempat pensil."

"Oke, gue juga udah dapat sheetmask sama body scrub. Cil, kayaknya lo punya secret admirer deh. Dia senang tuh, ngilangin jepit sama ikat rambut lho biar dicariin. Ciye Cecille...."

Gue terus menggoda Cecille selama mengantri di kasir, kemudian kami masuk ke toko aksesoris dan ber-selfie dengan beberapa jepitan, gelang, bandana serta kacamata yang lucu-lucu.

Saking bagusnya foto-foto kami, gue sampai meng-uploadnya ke instagram story. Cecille juga ngajak bikin boomerang, untung enggak dimarahin sama mbak penjaga toko.

Selagi menunggu Cecille memilih aksesoris yang akan dia beli, gue iseng melihat view instagram story barusan. Terselip nama Jason disana dan seketika dia mengirim DM.

@JasonLeonard: Bel, lo mau bantu gue cari ide buat bikin webtoon edisi hari pendidikan nggak? Buntu banget nih gue, kayaknya gara-gara kebanyakan tugas sekolah. Kalau mau, gue tunggu lo di TreeHouse Cafe ya.

Seketika, gue menutup aplikasi Instagram disertai senyuman getir. Apa yang lo harapkan dari Jason, Bel? Dia hanya datang bila membutuhkan bantuan dan lo harus mengubur angan-angan untuk menjadi pacarnya.


Author Note:

Semoga hari-hari kalian selalu menyenangkan, apalagi kalau udah baca Jason's Love Letter. Beberapa chapter lagi menuju ending, tulis dong quote apa yang kalian suka dari cerita ini di kolom komentar.

Jangan lupa tinggalkan vote juga ya 😁

Love,

gorgeousbiebs







Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 240K 65
Di tengah kehancuran keluarganya dan sang ibu yang sedang sakit keras, Rafa bertemu seorang pengusaha kaya yang memberinya sebuah misi. Gadis itu har...
1M 3.6K 72
lesbian oneshots !! includes smut and fluff, chapters near the beginning are AWFUL. enjoy!
3.8M 113K 64
‼️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ‼️ Sesama anak tunggal kaya raya yang di satukan dalam sebuah ikatan sakral? *** "Lo nyuruh gue buat berhenti ngerokok...
4.4M 95.6K 62
•[COMPLETED]• Book-1 of Costello series. Valentina is a free spirited bubbly girl who can sometimes be very annoyingly kind and sometimes just.. anno...