My Mate is a Vampire Princess...

By Stevanyla

302K 21.6K 572

(Fantasy Story) -Belum direvisi- Bukan lagi rahasia umum, jika bangsa vampir dan manusia serigala itu tidak... More

Memulai (Versi Revisi)
Sejarah Singkat
I... Alpha
II... Speechless
III... I'll Be There
IV... Fragile Heart
V... Ramalan
VI... Cincin Hitam
VII... Moonlight
VIII... Reject?
IX... A Hard Day
X... Mengajak Pergi
XI... A Hope
XII... Menerima Takdir
XIII... Bagaimana ini?
XIV... Pergi Ke Mana? (Versi Revisi)
XV... Redwood Pack (Versi Revisi)
XVI... Pretend Didn't Know
XVII... Rindu
XVIII... Kerajaan Appalachia
XIX... Day By Day
XX... Unknow
XXI... Everything Will Be Ok
XXII... Mengingat Kembali
XXIII... Long Night
XXIV... I Will Do
XXV (a)... Pencarian Bukti
XXVI (b)... Pencarian Bukti?
XXVII... Cruel
XXVIII... One Day
XXIX (a)... Heartless
XXX (b)... Heartless
XXXI... Diambang Batas Kesabaran
XXXII... Memories (Versi Revisi)
XXXIII... Terungkap?
XXXIV... This is Time
XXXV... Now You Know
XXXVI...Not Over Yet
XXXVII... Chaos and Sword
(Special Part) Everyday, I Love You
XXXIX... Dream Come True (Versi Revisi)
XL... Blood Moon
XLI... The Winter Feel Warmer
XLII... How Could It Be?
XLIII... If You Ask, "Why?"
XLIV... Poison on Your Head
XLV... Throw Them to Hell (Versi Revisi)
Epilog

XXXVIII... Something Right

3.5K 323 18
By Stevanyla

Lucia berbalas pesan dengan Arva, ia duduk bersebelahan dengan Orlan yang sedang berbincang dengan Dafa mengenai rencana keduanya hari ini yang akan mencari Azzura.

Dafa telah siap menggantikan Alpha-nya sementara waktu memimpin pack, sampai Alpha dan Luna menemukan penyihir Azzura yang semoga saja cepat ditemukan.

"Jangan biarkan masuk makhluk dari kaum apa pun ke pack. Kita harus mengantisipasi. Kita tidak tahu pasti anggota dia dari golongan kaum apa saja." Orlan berkata tegas.

"Iya, Alpha." Dafa mengangguk.

Lucia yang sedang mengambil buah pir tanpa melihat --terlalu fokus dengan ponsel--, tidak sengaja menyenggol gelas berisi air mineral yang membuat sepatu pantofel kulit Orlan basah terkena air. Orlan yang tengah diskusi dengan Dafa, kaget saat merasakan kakinya dingin.

"Oh my." Lucia panik. Ia mengambil tisu, tapi tidak mungkin sepatunya dilap dengan tisu langsung kering!

"Sudah, tidak apa." Orlan memegang tangan Lucia yang hendak menyentuh sepatunya yang basah.

Lucia mendongak, kedua mata berbeda warna itu bersitumbuk. "Aku, minta maaf." Lucia menunduk dalam.

Orlan tersenyum geli. Ia menyuruh Lucia untuk kembali duduk.

"Itu kamu lepas sepatunya. Nanti kamu masuk angin." Wajah Lucia terlihat khawatir seraya memandangi sepatu Orlan yang basah. Orlan mengangguk dan melepaskannya.

Dafa tersenyum, kebahagian Alpha-nya merupakan kebagiaannya juga. Ia sangat senang Orlan telah bersama dengan Lucia. Apa pun akan ia lakukan, agar kedua makhluk ini dapat terus bersama. Ia ingin selalu melihat senyuman Alpha-nya yang tak pernah ia lihat selama ini.

"Kamu dari tadi sedang chattan sama siapa? Sibuk sekali sepertinya." Orlan menaikkan alisnya.

"Itu kamu gak pakai sepatu, ruangan ini dingin." Lucia masih khawatir nanti Orlan terserang demam dan merasa bersalah telah membuat sepatu Orlan basah.

Orlan terkekeh kecil, sedangkan Dafa susah payah menahan tawa.

"Kenapa ketawa?"

"Aku itu werewolf. Suhu tubuhku panas. Musim dingin saja tidak merasakan kedinginan, apalagi hanya dingin karena ac."

Lucia menggaruk kepalanya, ia lupa Orlan itu werewolf. Soalnya Orlan mirip sekali dengan manusia. Bukan hanya Orlan, werewolf bila dilihat dari penampilan luarnya sangat mirip manusia.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku."

"Ah, itu." Lucia melihat ponselnya, ada pesan baru dari Arva. "Aku sedang chattan dengan Arva."

Orlan menganggukkan kepala.

"Menurut kamu ...." Lucia menoleh pada Dafa. "Dan Anda, Beta." Orlan menatap Dafa, Dafa langsung menundukkan kepalanya tidak berani memandang wajah Luna-nya.

"Kenapa minta pendapat kami?" Orlan bertanya menuntut.

Lucia menatap Orlan datar. "Ada Beta Dafa, jadi aku juga harus tahu pendapatnya."

"Pendapat tentang apa?"

"Arva ingin mencari tahu siapa pelaku yang telah memfoto kita, dan memvideo percakapan aku dan Raja Carlen di kafe. Menurut kalian berdua, apa harus dicari?"

"Memangnya siapa yang kalian curigai?"

"Gak tahu."

"Kalau penasaran, cari tahu saja."

Lucia menatap Orlan sangat datar. Orlan jadi dingin cuma gara-gara Lucia juga bertanya pendapat Dafa? Lucia tidak memedulikan Orlan, ia menoleh pada Dafa yang masih menundukkan kepala.

"Menurut Anda?"

Dafa perlahan mendongak, tidak mungkinkan ia tidak menjawab pertanyaan Luna-nya? Meskipun Alpha-nya memberikan tatapan tajam, Dafa akan pura-pura tidak lihat.

"Menurut saya, perlu dicari pelakunya Luna. Tidak adil rasanya, bila pelakunya tidak diadili. Karena pelaku lainnya saja telah dihukum."

Lucia bergumam, "tapi siapa?"

Terdengar suara ketukan pintu. Dafa berjalan menuju pintu dan membukanya. Ia terkejut melihat Teo, salah satu warrior yang menjaga gerbang masuk pack.

"Ada apa?"

"Ada dua wanita yang mencari Alpha dan Luna, sepertinya bukan manusia biasa. Keduanya sudah saya usir, tapi mereka tetap memaksa ingin bertemu Alpha dan Luna."

"Hah? Bukan manusia biasa?"

"Iya, penampilannya mirip manusia, tapi bau badannya tidak terdeteksi."

Kening Dafa berkerut dalam. Bukan manusia biasa? Bau badannya tidak terdeteksi? Apakah makhluk jenis baru?

"Siapa?"

Dafa menjawab, "Teo, Alpha. Katanya ada dua wanita bukan manusia biasa yang bau badannya tidak terdeteksi, ingin bertemu Alpha dan Luna."

Orlan dan Lucia saling bersitatap. Siapa dua wanita itu?

"Apakah Azzura?"

"Tapi dua wanita."

"Aku yakin dia Azzura dan mungkin bersama temannya?" Lucia sangat yakin, Orlan menghela napas panjang.

"Suruh mereka kemari."

"Baik, Alpha." Dafa keluar dari ruangan kerja Alpha-nya mengikuti Teo.

➡️

Orlan dan Lucia memandangi kedua wanita berambut putih dan beriris mata ungu yang duduk di depan mereka.

"Mereka berdua yang kamu lihat waktu perang itu?"

"Iya." Lucia menunjuk salah satu wanita yang memakai jaket berbulu dan topi. "Kau yang memanahku waktu itu, bukan?"

Orlan yang tadinya matanya menatap penuh selidik, sekarang berganti menyorot tajam. "Dia." Orlan ikutan menunjuk wanita yang ditunjuk Lucia. Wanita ini harus dimusnahkan karena telah melukai Lucia!

Lucia menatap Orlan. "Jangan berbuat macam-macam." Lucia ngeri, tatapan Orlan sarat akan dendam.

"Saya tidak akan membunuh Anda, tapi jelaskan kenapa Anda memanah Luna saya. Kalau alasannya tidak kuat-"

"Orlan." Lucia memotong ucapan Orlan dan memelototi lelaki yang ada di sebelahnya itu.

"Dia-"

Lucia meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Orlan. "Kita dengarkan saja penjelasannya, tidak usah mengancam-ngancam seperti itu!"

Orlan terdiam.

"Silakan berbicara." Lucia tersenyum pada kedua wanita yang ada di depannya.

"Anda sangat mirip dengan mendiang Ratu Cassie, Tuan, ah maaf, Luna." Wanita yang memakai mantel cokelat tersenyum pada Lucia. "Takdir telah mempertemukan kalian berdua, Alpha, Luna. Kebahagiaan akan segera dimulai."

"Maksudnya apa? Bukankah kebahagiaan sudah kita dapatkan?" Jay bergumam di dalam sana. Orlan tidak perlu menanggapi ucapan Jay, biarkan saja Jay pusing memikirkan perkataan wanita itu.

"Saya Azzura dan ini salah satu anak didik saya, namanya Jane. Pasti Anda telah mendengar cerita Mendiang Ratu Cassie dari Raja Carlen."

"Iya. Sebenarnya hari ini saya dan Alpha ingin mencari Anda."

"Tidak perlu, Luna. Karena sayalah yang akan datang di mana pun Luna berada."

"Maksudnya?"

"Selama ini saya selalu memantau Anda. Maaf, saya tidak izin terlebih dahulu."

"Tidak masalah, saya percaya pada Anda, seperti Bunda mempercayai Anda."

Azzura tersenyum. "Jane memanah Anda atas perintah saya. Karena saya berharap Anda akan mencari siapa pelakunya, tapi perkiraan saya salah, ternyata Anda mencari pelakunya setelah tiga kali Anda dipanah. Tujuan saya adalah agar Ferin tidak membunuh Putri Noura dan tidak menyadari akan pertukaran tempat yang kalian berdua lakukan. Saya berniat mengubah takdir, tapi ternyata tidak bisa. Ketentuan takdir memang hanya ada ditangan sang maha pencipta."

Orlan mengerutkan keningnya dalam. Ia ingin bertanya, tapi Lucia menyuruhnya diam.

"Memangnya kalau saya mencari pelaku pemanah, saat pertama kali dipanah. Apa yang akan terjadi? Apakah perang akan langsung berhenti?"

Azzura tersenyum penuh makna. "Saya akan menjawabnya, bila Pangeran Darren ada di sini. Dia juga harus mendengarnya." Azzura menatap Orlan, Lucia, dan Dafa bergantian. "Bukankah Pangeran Darren ada di pack?"

"Iya." Lucia mengangguk. "Sebentar, saya akan menyuruhnya ke sini." Lucia bertelepati dengan Darren yang entah ada di mana, mungkin sedang bersama Devin.

"Darren, cepat ke ruang kerja Alpha! Ada Azzura."

"Oke."

Lima detik kemudian, pintu diketuk dari luar. Dafa membukanya, Darren memasukki ruangan.

"Penyihir Azzura?" Darren memandangi kedua wanita berambut putih yang duduk di atas sofa. "Pantas saja, tadi sihirku menguat."

"Darren, bersikap sopan!" Lucia bertelepati.

"Iya, iya."

"Oke, kita mulai perbincangannya. Saya sangat penasaran." Darren duduk di sebelah Dafa. "Tapi sepertinya sudah dimulai dari tadi." Dafa menceritakan semua percakapan yang terjadi sebelum Darren datang. "Oke, oke, saya paham. Silakan dilanjutkan."

Azzura menarik napas dan mengembuskannya. Dadanya terasa sesak bila mengingat Cassie, sahabat baiknya sejak kecil.

"Saat itu, saya dan Ratu Cassie telah mengetahui bila Putri Lucia dan Putri Noura bertukar tempat. Rencana awalnya sebelum mengetahui pertukaran tempat itu, setelah perang terjadi saya akan menyegel bangsa penyihir, saya akan menutupi Hutan Elfin dengan kabut tak kasat mata agar tidak ada yang melihat para penyihir yang berada di dalam hutan. Namun, setelah tahu Putri Lucia dan Putri Noura bertukar tempat. Saya dan Ratu Cassie membuat rencana lain. Saya akan memancing Putri Lucia keluar dari hutan, saya akan mendatangkan hujan yang amat lebat di hutan agar perang berakhir dan menyegel bangsa penyihir. Bila rencana ini berhasil, semuanya akan terselamatkan. Raja Alison, Ratu Cassie dan Putri Noura, dan mungkin saja para Alpha terdahulu juga akan selamat. Namun, rencana ini gagal. Memang takdir kematian tidak dapat diubah."

Orlan menaikkan alisnya, mengelus dagunya. Kalau rencananya berhasil. Ia tidak akan menjadi Alpha saat masih muda? Kemungkinan kecil juga tidak akan bertemu dengan Lucia? Karena bilamana diingat-ingat, sebelum perang kedua Lucia tidak pernah menampakkan dirinya di depan khayalak umum, hanya Noura saja. Ada enak dan tidak enaknya.

"Menyegel bangsa penyihir?" Lucia bertanya, ada yang aneh dengan pernyataan Azzura. "Artinya para penyihir masih hidup?"

"Iya." Azzura mengangguk. Lucia, Orlan, Darren, dan Dafa terkesiap kaget.

"Hah?" Darren melongo. "Serius?"

Azzura mengangguk lagi.

"Cara menyegelnya, bagaimana?" tanya Orlan penasaran.

"Saya mempergunakan darah Ratu Cassie dan Luna Lucia."

Lucia mengerutkan keningnya. "Jadi waktu itu Anda menggores leher saya, untuk mengambil darah saya?"

"Iya, Luna. Maaf tidak bilang sebelumnya tentang rencana ini." Azzura menundukkan kepala dalam.

"Ini aneh." Darren menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Lalu cara membuka segelnya, bagaimana?"

Azzura menatap Orlan dan Lucia bergantian. "Dengan Alpha Orlan dan Luna Lucia melakukan penyatuan. Selain bangsa penyihir yang segelnya menghilang, segel penyekat kekuatan sihir dalam diri Luna Lucia juga akan hilang."

Lucia sukar menelan ludah. Kalau begini bahaya. Ia melirik Orlan yang sekarang wajahnya terlihat lebih cerah dan menyunggingkan senyuman.

Darren dan Dafa tidak tahu harus berkata apa.

"Sebenarnya, ada cara lain. Cara ini untuk mengantisipasi bilamana Luna Lucia dan Alpha Orlan tidak kunjung bertemu, sampai situasi genting seperti saat ini."

"Cara lain? Apa itu?"

"Menggunakan darah Luna Lucia dan Pangeran Darren. Namun, Luna Lucia segel penyekatnya harus dibuka terlebih dahulu."

"Hanya darah?" tanya Darren.

"Maksud, Pangeran?" tanya Dafa yang duduk di sebelah Darren.

Darren menyengir lebar. "Engga." Ia menoleh ke samping, Orlan dan Lucia melemparkan tatapan tajam padanya. "Saya gak berpikiran yang macam-macam." Darren menggeleng-gelengkan kepala.

Lucia mendengus. "Anda tahu tentang perbuatan Ferin?"

"Tentu. Dia yang telah membuat perang kedua terjadi dan sekarang dia juga yang akan memulai perang ketiga."

"Apa kekuatan saya bisa membantu?" Darren menatap Azzura lekat.

"Pastinya saya membutuhkan Anda, Pangeran. Saya membutuhkan darah Anda dan Luna Lucia. Lalu saya akan memberikan Anda mantra, agar Anda tidak terlalu terpengaruh dengan gerhana bulan merah."

"Bukankah terjadinya gerhana bulan merah masih lama?" Dafa bergumam pelan.

"Akan terjadi sebentar lagi."

"Iya, kah?" Dafa heran, apakah perhitungan kalender di pack mengalami kesalahan?

Azzura tersenyum misterius.

"Untuk apa darah saya dan Lucia?" Darren curiga. Pemilik Half blood ialah pemilik darah spesial. Memberikan darah pada orang yang salah atau digunakan untuk hal yang tidak baik, akan berdampak pada si empunya darah.

"Untuk melapisi Redwood Pack dan Kerajaan Appalachia dengan sihir. Agar saat perang nanti, dia dan pasukannya tidak mudah memasukki wilayah pack dan kerajaan."

Darren termanggut-manggut paham.

"Nanti, Alpha dan Luna akan ikut saya ke Hutan Elfin. Penyatuannya dilakukan di sana."

Lucia merasakan pipinya memanas, ia malu. Sedangkan, Orlan sudah tidak sabar dan senyum-senyum gak jelas.

➡️➡️➡️

Lucia melakukan video call dengan Carlen. Ia dan Orlan akan meminta restu pada Carlen, Letizia, Theresa, Nancy, dan Vander.

"Jadi, kalian akan menikah?" Nancy heboh mendengar penuturan Orlan yang mengatakan keduanya akan menikah sesegera mungkin.

Lucia mengangguk.

"Ah, sayang sekali. Aku tidak melihat pernikahan kalian nantinya." Nancy cemberut, ia kesal dengan keadaan yang membuatnya tidak dapat melihat Lucia menikah, padahal pernikahan itu terjadi sekali seumur hidup --karena ia yakin, Orlan dan Lucia akan bersama sampai maut memisahkan.

"Tenang saja, aku akan melakukan live streaming." Darren yang berdiri di belakang Orlan ikutan nimbrung.

"Kau akan melakukannya?" Nancy bertanya bersemangat.

"Iya, memangnya hanya manusia yang bisa. Aku juga." Darren berkata dengan nada sombong.

"Oke, aku tunggu."

"Nancy, apakah kau sudah selesai bicaranya?" Carlen melirik Nancy yang berdiri di belakangnya, Nancy menyengir lebar. Dari tadi Nancy yang heboh, sampai Carlen tidak dapat menjawab pertanyaan Orlan dan Lucia yang sedang meminta restu padanya.

Carlen menatap lekat, seolah sedang menatap Orlan dan Lucia yang duduk di depannya. Wajahnya tegas dan tatapan matanya menyorot tajam. Membuat Orlan dan Lucia takut Carlen tidak merestui mereka menikah.

"Ini memang sudah waktunya bagi kalian berdua untuk menikah. Sejak saya mengetahui Lucia merupakan mate Anda, Alpha Orlan. Saya telah merestui hubungan kalian." Carlen tersenyum tipis.

Orlan dan Lucia saling berpandangan, wajah keduanya bahagia.

"Terima kasih, Yang Mulia," ucap Orlan.

"Saya percayakan Lucia pada Anda, Alpha. Bahagiakanlah Lucia, selama ini saya selalu membuatnya kesusahan dan kesepian."

"Yang Mulia ini bicara apa," kata Lucia.

"Terima kasih atas kepercayaan Anda, Yang Mulia. Saya janji, Lucia akan bahagia selama berada di sisi saya." Orlan tersenyum pada Lucia.

"Ah, aku iri." Nancy manyun meratapi nasibnya yang sampai sekarang masih jomlo.

"Kami semua di sini, merestui pernikahan kalian. Jadi berbahagialah," Ratu Letizia tersenyum lebar.






My Mate is a Vampire Princess
***********************************
09Mei2020

Continue Reading

You'll Also Like

690K 29.8K 81
"Bertemu kembali dengan dia di keadaan yang sudah sangat berbeda sungguh sangat menyulitkan" Nadine almeera subagja "Bukan kah cinta akan menemukan j...
144K 5.4K 58
Alicea Lovez wanita yang di perkirakan sudah meninggal satu tahun yang lalu, akibat kapal pesiar yang di datanginya untuk mengikuti acara Amal intern...
5.4K 1.2K 20
[20/20] - komedi romansa; new adult (Ramein ceritanya dengan vote dan komentar agar lebih nganu lucunya, OK) ❝Amora nyerah ngadepin UN1TY lagi, kali...
2.6M 188K 64
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...