My Perfect Luna (COMPLETE)

By fatifides2_

1.1M 67.1K 1K

Devanio Alexandro, putra mahkota dari Bluemon pack. Calon Alpha dari pack terbesar dan terkuat dari wilayah t... More

MPL-1
MPL-2
MPL-3
MPL-4
MPL-5
MPL-6
MPL-7
MPL-8
MPL-9
MPL-10
MPL-11
MPL-12
MPL-13
MPL-14
MPL-15
MPL-16
MPL-17
MPL-18
MPL-19
MPL-20
MPL-21
MPL-22
MPL-23
MPL-24
MPL-25
MPL-26
MPL-27
MPL-28
MPL-29
MPL-30
MPL-31
MPL-32
MPL-33
MPL-34
MPL-35
MPL-36
MPL-37
MPL-38
MPL-40
MPL-41
MPL-42
Cerita Baru

MPL-39

18.2K 1K 11
By fatifides2_

Malam. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh. Rora terbangun dari tidurnya. Saatnya menjalankan rencananya kali ini.

"Dev!" panggil Rora menggoyang-goyangkan tubuh Devan yang terlelap di sampingnya.

"Ada apa Amour?" jawab pria itu masih memejamkan kedua matanya. Tak biasanya Devan susah di bangunkan seperti ini.

"Dev, aku mau daging rusa."

"Freezer masih ada kan,"

"Enggak mau, maunya yang masih segar."

"Ya udah, nanti pagi aku cari." Devan menggaruk kepalanya. Baru kali ini ia harus menuruti Rora ngidam.

"Nggak mau, maunya sekarang,"

"Eh, mau ngapain?" Tanya Rora melihat Devan meraih ponselnya.

"Minta Bara atau Fano nyariin," jawab Devan dengan santainya.

"Maunya kamu yang nyariin!" rengek Rora memanyunkan bibirnya.

Kedua sudut bibir Devan terangkat. Melihat Matenya cemberut dengan pipi yang bertambah cabi memberi keimutan wanta di hadapannya itu

"Ayo cepat sana!" Dengan sekuat tenaga Rora berusaha mendorong Devan keluar dari kamar.

Dengan sedikit rasa kantuk, Devan melangkahkan kakinya keluar.

"Alpha," salam hormat para Warrior menyadari keberadaan Devan.

"Ikut aku, kita cari rusa sekarang!" titah Devan to the point.

"Baik Alpha," jawab mereka serempak .

*****

Gelap. Tak ada pencahayaan yang memerangi ruang tengah pack hous. Sebenarnya itu wajar, tapi entah mengapa ada sesuatu yang janggal di benak Devan.

Tak ingin berlama-lama, Devan melangkahkan kakinya menuju tempat dimana sakalelar berada.

Lampu menyala. Devan membelalakkan matanya. Wanita yang merupakan Matenya sedang duduk di kursi kayu dengan kesua tangan dan keki terikat, setra mulutnya dibungkam dengan sebuah kain. Dengan tatapan sendu wanita itu menatapnya, meminta pertolongan.

"Alpha, akhirnya kau datang juga." Seorang pria dengan pakain serba hitam dan topeng di wajahnya keluar dari salah satu pintu. Pria itu berjalan perlahan mendekati Rora. "Istrimu sudah menunggumu sangat lama." Ia mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dan mendekatkannya tepat di leher Rora. "Menunggumu untuk menyelamatkannya."

Tangan Devan telah terkepal erat. Eright sudah menggeram di dalam sana. Serigala itu sudah tidak tahan unyuk menyerang.

"Tenanglah, Alpha. Kau tak ingin Istrimu kehilangan nyawanya bukan?" Rora menutup matanya. Pisau itu sudah menyentuh kulit lehernya.

"Atau bayimu yang belum lahir ini?" Pria bertopeng itu mengalihkan pisaunya di sekitar perut Rora, membuat wanita itu menggelangkan kepalanya.

Devan berusaha keras menenangkan dirinya sekarang. Ia tidak boleh gegabah saat ini. Nyawa Rora dan calon bayinya terancam saat ini.

"Lo mau apa?" ucap Devan mengeluarkan aura dinginnya.

"Serahkan pack lo dan juga Mate lo!" Mendengar itu membuat Rora semakin meronta. Apalagi saat pria itu membelai salah satu pipinya.

Melihat itu membuat Devan semakin geram. Ia tak sabar ingin meremukkan tangan kotor yang telah menyentuh Matenya. Devan mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Jangan harap,"

Tubuh pria misterius itu terpental menjauh dari Rora. Dengan kemampuan teleportasinya, Devan berpindah ke belakang pria itu dan segera menariknya menjauh.

Dengan kasar Devan menarik tubuh pria itu agar menghadapnya.

Bruk..!!

Sebuah pulukan di layangkan Devan tepat pipi pria bertopeng, membuat pria itu mendapatkan luka di sudut bibirnya.

Tak tingal diam, pria bertopeng itu membalas setiap serangan brutal yang di layangkan Devan. Pria itu tidak tanggung tanggung membunuh pria di hadapannya sekarang ini.

"Devan cukup, cukup. Gue nyerah," ucap pria bertopeng itu kewalahan menghindari serangan Devan.

Merasa familiar dengan suara itu, Devan membuka topeng pria yang sekarang berada di bawahnya itu. Melihat wajah pria itu membuatnya tembah mempertajam tatapannya.

"surprise!" Devan mengalihkan pandangannya. Terdapat Mama, Ayah, Derin, Bara, Nesya, Rendra, dan Klara di sana.

Melihat Mamanya mendekat, Devan berjalan mendekat pula. Sesampainya di hadapan sang Mama, ia langsung memeluk Mamanya itu erat.

"thanks, Ma," ucap Devan dalam pelukannya.

Clara melepaskan pelukannya. Ia menatap putra sulungnya itu dengan senyuman hangat dan menganggukkan kepalanya perlahan.

"Jadi Alpha yang bertanggung jawab, jadi suami yang setia, dan jadi ayah yang baik untuk anak-anakmu nanti," ucap Clara penuh harapan.

"Tiup lilinnya dulu!" Devan menuip lilin-lilin di kue yang berada di tangan Mamanya.

"Oke, sekarang saatnya makan-makan!" teriak Derin dengan semangatnya.

*****

Acara telah selesai. Saat ini Devan telah bersama Rora dikamar mereka. Sampai saat ini Rora belum memberi kadonya. Bahkan ia belum berbicara dengan Devan sejak pria itu pulang.

Di balkon kamar Devan memandang langit malam. Tanpa menimbulkan suara, Rora mendekati pria itu dan langsung memeluknya dari belakang. "Selamat ulang tahun."

Devan melepas kedua tangan Rora yang melingkar di pinggangnya. Ia menarik wanita itu ke hadapannya dan menatapnya tajam dengan wajah datarnya.

Rora mengembangkan senyumannya dan tertawa. "Kamu marah?" tanya Rora masih dalam tawanya.

Tanpa mengucapkan apapun, Devan langsung membawa Rora ke dalam pelukannya yang membuat wanita itu terdiam.

"Dev?" panggil Rora sedikit ragu.

"Hmm,"

"Kau kenapa?" Rora merenggangkan pelukan Devan, melihat wajah pria itu yang sulut diartikan.

Devan menggeleng lemah dan mengangkat kedua sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang lebih terlihat dari biasanya.

"Hai, itu apa?" tanya Devan melihat kotak kecil yang berada di salah satu tangan Rora. Pria itu kencoba menjangkaunya.

"Ini, kado, em bukan hadiah, ah entah lah aku nggak tau." Rora memberikan kotak itu kepada Devan.

Devan membuka kotak tersebut dan mengambil isi di dalamnya. Satu per satu Devan melihat setiap gambar berukuran 2R tersebut.

Tangan Devan berhenti mengalihkan foto terakhir. Ia mengangkat kepalanya, mengagkat kedua sudut bibirnya lebih ke atas, dan menatap wanita di hadapannya tak percaya.

Sekali lagi Devan memeluk matenya lebih erat. "Maaf, aku belum bisa ngasih kado buat kamu," guman Rora dalam pelukan Devan. "Tadinya mau ngasih kado yang berkesan, tapi kerena terlalu banyak mikir waktunya habis. Jadi nggak bisa beliin deh," lanjutnya.

"Kau tadi ke dokter?" tanya Devan melepaskan pelukannya.

"Iya,"

"Sama siapa?" tanya Devan asal.

"Aditya," jawab Rora singkat yang membuat mood Devan langsung berubah.

"Kenapa?" tanya Rora melihat perubahan wajah Devan.

"Akhir-akhir ini kau dekat baget sama Aditya." Sudah dua minggu Rora menghabiskan waktunya dengan Aditya dan diam-diam Devan tau itu.

"Memangnya kenapa? Dia kan kakak sepupumu, aku juga harus berhubungan baik sama dia,"

"Hanya itu?" sentak Devan tak percaya.

"Kamu cemburu?" tebak Rora. Tawa Rora tak tertahankan lagi. Bagaimana bisa pria itu cemburu dengan sepupunya sendiri?

*****

Angin malam berhembus kencang. Menerbangkan anak rambut dan ujung-ujung pakaian Rora. Membuat tubuh Rora menggigil. Sekarang ia menyesal tidak membawa jaket atau jubahnya.

Sebuah kain menempel di bahu Rora. "Angin malam tidak baik untuk kesehatan anda, Luna," ucap seorang Pria di belakangnya.

Secara spontan Rora membalikkan tubuhnya, melihat pemilik suara yang baru saja ia dengar. Rora bernapas lega. Ternyata pria itu tidak lain adalah Aditya, sepupu Devan.

"Maaf Luna, mengagetkan anda," ucap Aditya sangat sopan.

"Tidak, itu salahku, tidak menyadari keberadaanmu," jawab Rora tak tau harus merespon apa. "Ini_" Rora melepsakan jubah di bahunya.

"Luna pakai saja, Di luar sangat dingin." Rora tak jadi melepas jubah itu dari tubuhnya. Udara malam ini memeng sangat dingin.

"Memangnya ada keperluan apa sampai-sampai Luna keluar malam-malam seperti ini?" tanya pria itu heran.

"Em, aku mencari Devan. Apa kau gau dimana dia sekarang?"

"Oh, dia di ruang latihan," jawab Aditya mengetahui kebaradaan Devan kerena ia baru saja dari sana. "Sudah biasa kami latihan tengah malam seperti ini."

"Kalau begitu aku akan kembali, permisi pangeran," pamit Rora. Setelah Aditya menganggukkan kepala, Rora langsung bergegas ke kamarnya.

Hari demi hari berganti. Rora dan Aditya semakin dekat yang menghilangkan rasa canggung di antara mereka.

"Rora!" sapa Aditya melihat Rora. "Mau kemana?" tanya Aditya melihat tumpukan buku di tangan wanita itu.

"Ke perpustakaan, mau ikut?"

"Boleh." Mereka pun bergegas dari sana, menuju perpustakaan. Walaupun Aditya tak ada kepentingan apapun di sana, ia melakukan itu untuk menjalankan rencananya.

Sepi. Tak seperti biasanya hari ini hanya terdapat lima pengunjung. Perpustakaan ini tidak hanya digunakan untuk anggota kerajan, tapi di buka untuk umum.

Di antara rak-rak buku Rora berdiri. Ia sedang fokus mencari buku-buku yang menurutnya menarik untuk di baca.

Aditya mendekati Rora yang masih asim mencari buku di rak yang berada di hadapannya. Hari ini ia harus menyampaikan tujuannya. Yha, harus, ia tak dapat menunggu lama lagi.

"Ra!"

"Hm?"

"Gue mau ngonong sesuatu," ucap Aditya serius.

"Apa?" Rora memalingkan kepalanya, menatap pria yang mengajaknya berbicara.

.

.

.

.

______________________________________

Udah 5 hari nggak update.
Perut laper nggak bisa kerja sama buat nyari inspirasi. 😅
(Bilang aja keasikan baca komik di aplikasi sebelah 🙄)

Aku minta maaf udah lama nggak update. Semoga kalian semua nggak kabur... 😂😂

Jangan lupa vote dan commentnya.
Terima kasih
❤❤❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

786K 74.6K 32
Yang aku pikir, aku akan berakhir disurga.. Namun kenyataannya, aku terbangun didunia yang aneh.. Yaitu dunia immortal! Nama ku Nayra Oswald, aku seo...
1M 129K 32
Valerie Greysia Alvianda adalah seorang gadis cantik yang tidak memiliki akhlak, barbar, suka ceplas-ceplos, teriak-teriak gak jelas,bahkan sering me...
2.8M 190K 34
[ SEBAGIAN PART PRIVAT FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Bryan Ablord. Siapa yang tidak mengenal The King Of Werewolf ini? Kejam, bengis, tak mengenal ampun. ...
188K 18.2K 34
Ketika Sapphire datang ke Mistcastle, dia tidak tahu jika seseorang tengah menanti dirinya, Dia tidak tahu jika makhluk-makhluk mitos yang diketahuin...