My Sexy Lady

بواسطة miss_l_novel

404K 4.1K 276

21+ Hot Story Bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai dengan usiamu. Erika membuka matanya, dia sudah lela... المزيد

1. Ada Maling
2. Salah Sangka
4. Brondong Nekat
5. Tak Ada Yang Mau Mengalah
6. Lebih Bahagia
9.Bersama di Apartemen
14. Perkelahian
22

3. Tanggung Jawab

23.7K 303 22
بواسطة miss_l_novel

Keesokan harinya

Mentari pagi sudah terbit di ufuk timur, cahayanya menelisik malu-malu dibalik tirai jendela membuat sepasang netra berwarna coklat terbangun oleh sinarnya. Erika membuka kelopak matanya secara perlahan.

"Udah pagi aja sih," ucapnya sambil merenggangkan tubuhnya.

Terdengar suara tawa dua orang pria yang membuat Erika mengerutkan dahinya. "Siapa sih pagi-pagi udah berisik aja," keluhnya kesal.

Ia pun berjalan perlahan menuju jendela kamarnya. Mengintip dibalik jendela melihat dua orang pria yang dikenalnya. Matanya tertuju pada pria yang tadi malam berhasil menarik perhatiannya.

"Akh, pagi-pagi udah dapat vitamin A aja sih. Si Alden cakep banget deh ini, sayangnya masih bocah," ucapnya sambil tersenyum kecil.

Dengan semangat Erika keluar kamarnya menuju dapur mencari keberadaan kedua orang tuanya. Ia tersenyum melihat papa dan mama nya yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Pagi Ma, Pa," sapa Erika dengan bersemangat.

"Udah bangun kamu," ucap Evan sambil membawa koran.

"Udah dong, Pa. Wah, Pa jadul banget sih baca berita di koran, jaman sudah modern pakai ponsel dong buat lihat berita."

Evan menghela napasnya. "Ini nih bikin jengkel. Bukan masalah jadul atau modern, tapi lebih enak pakai koran baca berita. Males Papa kalau dikit-dikit lihat ponsel."

"Iya... iya... by the way itu tadi malam beneran temannya si Erik, Pa? Teman apaan kuliah atau main terus ngapain dia di sini?" tanya Erika penasaran tentang Alden.

"Ooh, itu si Alden, dia teman kuliah Erik. Sering kok si Al menginap disini, kamu nya aja yang jarang pulang jadinya ga pernah liat."

"Aiiih, bikin malu tau ga sih ma tadi malam." Erika menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Ella dan Evan tertawa mengingat kejadian tadi malam. Mereka tau pasti Erika malu berat.

"Pagi semuanya." Erik menyapa papa, mama, dan kakaknya. "Ooh iya, tadi malam ada apa sih kok ribut-ribut. Lo buat masalah ya kak? Trus ngapain lo tadi malam teriak-teriak ga jelas gitu. Lagi kesurupan lo, Kak."

Mata Erika membulat. Ia kesal mendengar perkataan adiknya. "Apaan sih lo, Rik. Udah deh ga usah bahas-bahas masa lalu yang sudah berlalu."

"Nah... nah dia kumat deh. Mata melotot begitu." Erik sengaja mengganggu Erika.

"Masa lalu apaan, baru juga tadi tengah malam. Bukan masa lalu kali."

"Bisa diam ga lo! Apa mau di sini terjadi pertumpahan darah," hardik Erika kesal.

"Eh, emangnya gue takut. Hayo, aja kalau lo mau ada pertempuran perang," sahut Erik.

"Lo berani sama gue, Rik." Erika mengepalkan tangannya bersiap-siap memukul adik laki-lakinya.

Erik bergidik ngeri. Ia terkejut dengan reaksi Erika dan sama sekali tidak menyangka kalau kakak perempuannya akan serius menanggapi gurauannya.

"Ga gitu juga kali, Kak. Gue cuman bercanda aja," ucap Erik menelan salivanya.

"Erik, Rika sudah jangan bertengkar pagi-pagi. Kalian ini apa ga bisa akur gitu kayak kakak-adik normal." Evan menegur kedua anaknya membuat Erika melirik kesal ke arah Erik.

"Sudah Pa ga usah ngurusin musuh bebuyutan ga jelas itu. Mau mereka berdua pertumpahan darah, pertumpahan sirup, perang di bumi atau di bulan biarin aja."
Ella kesal pada Erik dan Erika lalu berkata, "Rik, kamu kan sudah Mama larang kalau di rumah jangan pakai gue-lo. Erika itu kakakmu bukan temanmu. Jadi yang sopan kamu sama kakak sendiri."

"Iya Ma. Maaf yaa." Erik menjadi salah tingkah. Ia lupa kalau di rumah tidak boleh menggunakan lo-gue, tapi aku dan kamu. Erika senyum penuh kemenangan.

"Kamu juga Rika. Jangan manggil adikmu sendiri gue-lo juga. Ga usah ditanggapi adikmu yang suka kayak gitu." Ella juga menegur anak perempuannya.

"Iya Ma." Erika tertawa kaku.

"Rik, mana si Al?" tanya Ella mencari keberadaan Alden.

Mendengar nama Alden disebut membuat Erika jadi penasaran. Ia juga ingin tahu di mana Alden.

"Al tadi abis joging ke kamarku, Ma," jawab Erik.

"Kamu panggil Al deh suruh sarapan bareng-bareng."

"Iya Ma. Al cuman ganti baju kok paling bentar lagi juga gabung di sini."

Tak lama Alden pun datang ke ruang makan dan mereka sarapan pagi bersama. Alden memperhatikan interaksi keluarga Erik tampak begitu harmonis tidak seperti keluarganya sendiri.

"Kak, kapan lo married?" tanya Erik yang membuat raut wajah Erika berubah.

Alden yang sedari tadi diam menjadi tertarik mendengar pertanyaan sahabatnya tersebut dan menunggu jawaban Erika.

Erika meletakkan sendok makannya dengan kasar. Selera makannya berubah mendengar pertanyaan Erik. "Sumpah gue kesel banget sama lo! Ngapain juga lo suka bertanya yang ga penting."

"Lah umur lo kan udah 30 tahun loh kak. Masa sampai sekarang belum punya pacar sih. Apa mau jadi jomblo akut lo, Kak."

"Eh, mau umur gue 30 tahun atau 40 tahun bukan urusan lo! Suka-suka gue dong mau punya pacar atau jomblo seumur hidup!"

"Sudah Mama dibilangin jangan pakai gue-lo saat di rumah!" Ella melihat wajah kedua anaknya bergantian. "Erik! Kamu bisa jaga perkataanmu. Jangan membahas hal sensitif seperti itu di meja makan. Dari tadi udah buat masalah terus aja kamu!"

Teguran Ella membuat Erik tak bisa berkata apapun. Apalagi terlihat raut wajah Evan, papanya juga sudah berubah. "Maaf Kak."

Erika hanya mendengus kesal. Ia sangat tersinggung dengan berbagai pertanyaan dan ucapan adiknya.

"Ma, lihat tuh Kakak ga mau maafin aku," ucap Erik yang mengadu pada Ella.

"Dasar tukang ngadu, anak manja, pantesan susah dapat pacar. Ngadu teruuus di ketek emak."

"Erika sudah!" sahut Ella kesal pada pertengkaran kakak-adik tersebut.

Erika hanya memutar bola matanya. Ia sangat kesal pada Erik yang terus menerus membuat masalah.

"Tolonglah... Mama sama Papa pusing lihat kalian berdua selalu saja begini. Di rumah ada Al, masa kalian berdua ga bisa damai." Ella menghembuskan napasnya.

"Hehehe iya. Maaf yaa Ma, peace." Erik menunjukan dua jarinya membentuk tanda damai dari kedua jarinya.

Alden tersenyum menatap Erika, Erika mempunyai wajah yang cantik, postur tubuhnya memang kecil. Alden tak menyangka kalau Erika sudah berumur 30 tahun.

**********

Malam harinya Erika keluar dari kamarnya menuju ke teras belakang rumahnya setelah membereskan semua barang-barang yang akan dibawanya kembali ke apartemennya. Besok ia akan kembali dengan kesibukan seperti biasanya. Terkadang ada perasaan ingin memiliki seorang kekasih, tapi tidak semudah itu bisa mendapatkan laki-laki yang mampu untuk memenuhi semua kriterianya.

Di saat berada si taman Alden melihat sosok wanita yang membuatnya penasaran. Ia melihat Erika dengan santai memberikan makanan ikan di kolam belakang rumahnya. Ia pun menghampiri Erika.

"Hai Kak," sapa Alden.

Erika melirik ke arah belakang. "Ooh hei," jawabnya salah tingkah sendiri.

"Kak kita belum berkenalan nih secara resmi. Perkenalkan nama ku, Alden Davidson."

"Ooh iya nama ku Erika Anastasia. Senang berkenalan sama kamu."

"Boleh ga kalau aku panggil dengan nama saja bukan pake kakak."

"Hmm boleh.. panggil aja Rika." Erika tersenyum menatap Alden.

"Aku mau nya manggil Ana aja yaa."

"Apa Ana? Kok manggilnya gitu?" Erika mengerutkan dahinya.

"Suka aja manggil Ana, biar beda ga sama dengan yang lain."

"Ya sudahlah terserah kamu aja." Erika kembali memberikan makanan di kolam ikan.

Alden merasa inilah kesempatannya untuk lebih dekat dengan Erika.

"Hmm, Ana." Alden memanggil Erika ragu.

"Ada apa?"

"Aku mau ngomong sesuatu."

"Apa?"

"Tapi aku ga enak."

"Ya udah ngomong aja." Erika membalikan badannya berhadapan dengan Alden.

"Ana mau ga jadi pacar aku?" tanya Alden dengan percaya diri.

Mata Erika terbelalak. "Apa!! Pacar??" tanyanya tak percaya.

"Iya pacar.. kamu ga punya pacarkan jadi aku menawarkan diri supaya jadi pacar kamu."

Mulut Erika ternganga. Ia sama sekali tidak pernah menyangka kalau laki-laki yang seumuran dengan adiknya mengajaknya berpacaran.

"Kamu waras? Kamu mabuk?" ucap Erika bingung dengan kelakuan Alden.

"Aku waras dan aku ga mabuk," ujar Alden dengan senyuman di wajahnya.

"Kamu gila."

"Ini bukan masalah gila, waras, atau mabuk, tapi ini tentang sebuah pertanggungjawaban."

"Pertanggungjawaban? Emangnya aku ngapain kamu sampai harus bertanggung jawab ke kamu?"

"Begini Ana. Kan kamu udah pegang-pegang badan aku nih, perut aku udah diraba-raba jadi sudah seharusnya kamu itu bertanggung jawab." Alden tersenyum penuh arti.

"Hei bocah! Umur kamu berapa? Jangan ngaco deh asal ngomong deh." Erika sangat kesal pada Alden.

"Walau aku masih bocah, tapi bisa buat bocah kecil juga loh." Alden mendekati Erika. "Aku yakin kalau kamu jadi pacar aku pasti akan lebih bahagia."

"Eh, ngapain kami dekat. Menjauh deh jangan begini." Erika mendorong Alden.

Semakin Erika melarangnya malah membuat Alden semakin mendekatinya membuat Erika berjalan terus ke belakang hingga terbentur tembok.

Setan udah ga ada lagi jalan nih. Dasar brondong kampret. Rutuk Erika dalam hatinya.

Alden memegang dagu Erika dan langsung mencium bibirnya. Erika membulatkan matanya tak percaya Alden mencium bibirnya. Makin lama ciuman Alden membuatnya terlena bahkan ia menutup matanya tanpa sadar membalas lumatan Alden yang bergairah.

Merasa Erika membalas ciumannya membuat Alden tersenyum tipis di sela-sela ciumannya dengan Erika. Erika menyadari hal tersebut membuatnya tersadar bahwa ini semua mungkin hanya permainan Alden saja. Ia pun mendorong tubuh Alden dengan sekuat tenaga.

"Kurang ajar!" bentak Erika marah.

Dengan keadaan marah Erika mengangkat tangan kanannya melayangkan tamparan di pipi Alden. Ia sangat marah Alden sudah mencium bibirnya. Alden memegang pipinya yang memerah, tapi sama sekali tidak membuatnya marah.

"Pergi lo!" usir Erika.

"Jangan marah-marah dong, Sayang. Memangnya aku salah cium pacar sendiri? Aku juga ga melakukan hal yang kurang ajar, tadi pas aku cium kamu juga menikmati dan membalas ciumanku." Alden tersenyum penuh kemenangan ke arah Erika.

"Dasar bocah ga sopan! Sejak kapan gue bilang kalau gue setuju jadi pacar elo!"

"Sejak kamu membalas ciuman aku."

"Brengsek!" Erika pergi sambil menghentakan kakinya meninggalkan Alden.

Alden bukannya marah malah terus menerus tersenyum dengan reaksi Erika. "Aku akan mendapatkanmu apapun caranya." Alden berkata sambil melihat punggung Erika.

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

3.1M 153K 62
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
619K 27K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.5M 137K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...