Tertanda Dosenmu (Complete ✓)

By ZahrotulAn

2.7M 224K 4.6K

Serangkaian kejadian tidak terduga membuat mereka harus melakukan sebuah pernikahan. Walaupun bagi yang lain... More

Bagian 2 : Nomor Adam
Bagian 3 : Lamaran
Bagian 4 : Telepon
Bagian 5 : Dia Yang Berbeda
Bagian 6 : Hukuman
Bagian 7 : Hukuman Dari Adam
Bagian 8 : Pulang Bersama
Trailer
Bagian 9 : Menginap
Bagian 10 : Penyusup!
Bagian 11 : Keputusan
Bagian 12 : Menyebalkan
Bagian 13 : Bekas Merah
Bagian 14 : Andrian
Bagian 15 : Khawatir
Bagian 16 : Dihibur
Bagian 17 : Calon Istri
Bagian 18 : Inggrid Iswara
Bagian 19 : Terlalu Berharap
Bagian 20 : Merenggang
Bagian 21 : Insiden
Bagian 22 : Kebohongan
Bagian 23 : Menikah?
Bagian 24 : Lamaran
Bagian 25 : Kebimbangan
Bagian 26 : Keputusan Ara
Bagian 27 : Hari Pernikahan
Bagian 28 : Panggilan
Bagian 29 : Berpelukan
Bagian 30 : Bersembunyi
Bagian 31 : Pindah
Bagian 32 : Bersinar
Bagian 33 : Bakat Terpendam
Bagian 34 : Definisi Dosen Killer
Bagian 35 : Baby Adam
Bagian 36 : Terlalu Kolot?
Bagian 37 : Puput
Bagian 38 : Wejangan
Bagian 39 : Kau Rumahku
Repost Bagian 39 : Kamu Rumahku
Bagian 40 : Happy Ending
Bagian 41 : Terpesona
Bagian 42 : Cemburu
Bagian 43 : Tertanda, Dosenmu.
Bagian 44 : Ilham yang Ngenes
Bagian 45 : Awal Jumpa
Bagian 46 : Cinderellawan
Semara Loka
Bagian 47 : Hamidun
Bagian 48 : Menjadi Seorang Ibu
Bagian 49 : Rempong
Menyapa
Bagian 50 : Entah Kesalahan Apa
Bagian 51 :
Bagian 52 : Penolakan
Bagian 53 : End
Versi Revisi
Bang/Mas/Kak

Bagian 1 : Kenangan Mati Lampu

203K 10.7K 498
By ZahrotulAn

Kata Bunda, hari ini teman Abangku akan datang berkunjung. 'Teman spesial' katanya.

Otak Bucinku langsung berpikir, teman spesial Abang? Siapa lagi kalau bukan pacarnya?

Hari sudah menunjukkan pukul 18.00, tapi tamu yang dikatakan Bunda tidak kunjung datang. Padahal aku sudah penasaran, bagaimana teman spesial Abangku alias pacarnya itu. Kenapa mau-maunya dia berpacaran dengan laki-laki sepertinya, yang sangat menyebalkan dan sok keren!

"BANGGGG!!" panggilku berteriak dari dalam kamar.

"Apa sih, Dek, teriak-teriak? Cablak banget itu mulut!" jawab Abangku dengan kesal di ambang pintu.

Aku nyengir dan terkekeh pelan. "Nggak tau, mulut aku nih emang gini setelannya. Udah dari sononya."

Dia menghela napas. "Ada apa?"

"Bang, kok pacar Abang belum datang-datang sih? Kan aku penasaran mau lihat, siapa sih yang mau sama Bang Ilham? Udah ngeselin, jelek lagi," tanyaku membuatnya mengernyit.

"Hah? Kamu nggak ngaca?"

"Aku sering ngaca, Bang, dan aku sering kaget dan heran pas liat wajah aku di sana. Bisa-bisanya ada tulang rusuk seimut aku."

Syut! Lhap!

Lampu di dalam kamarku tiba-tiba padam, bukan di dalam kamarku saja tapi satu rumahku juga padam lampunya. Reflek aku berteriak heboh. Bukan karena gelap, tapi...

"Whuaaaa, revisiankuuuuu!!!" teriakku histeris. "Aduhhh, gimana nih?!!!"

Kudengar, suara langkah kaki tergesa menghampiri dan sorot cahaya senter menerangi ke arahku. "Ara kenapa Ara?" tanya Bunda khawatir.

"Biasa, Nda. Anak Bunda yang satu itu kan emang hyper, suka teriak-teriak nggak jelas," jawab Bang Ilham santai.

"Gimana aku nggak teriak-teriak?! Revisianku gimana nasibnya? Lampunya mati, laptop aku juga mati!" sunggutku ke Abang.

"Listrik padam, bukan lampu mati," ucap Abangku yang tidak aku pedulikan.

"Nda, gimana ini? Revisianku belum kesimpen kayaknya," aduku pada Bunda dengan nada merengek.

"Lagian kenapa masih dipakai laptopnya? Udah tau nggak ada baterainya."

"Abang tuh, nggak mau minjemin laptopnya. Padahal Ara banyak tugas revisian, udah tau Ara semester tua, mulai banyak tugas metodologi penelitian!"

"Lah, kok jadi Abang tang disalahin? Salah sendiri sering minjem buat nugas tapi malah dibuat streaming drama!" protes Bang Ilham tidak terima.

"Udah-udah! Ara, Ilham. Kalian mending keluar rumah," ucap Bunda membuat aku melongo.

"Hah? Kita diusir, Nda?" tanya Abangku yang berakhir dengan pukulan pelan di pundaknya.

"Hust! Kok bisa-bisanya mikir gitu! Kalian keluar rumah sana, sosialisasi sama tetangga. Lampu mati begini biasanya orang-orang pada kumpul di luar rumah, ngobrol-ngobrol nongkrong."

Aku menghela napas panjang dan menuruti kata Bunda. Toh HP aku lagi lowbat juga.

---

Benar kata Bunda, malam ini ramai orang berkumpul di luar rumah. Suara orang berceloteh dan bercanda tawa terdengar. Walaupun di sini sama gelap, setidaknya tidak segelap di dalam rumah.

Aku mendongak ke arah langit, di sana bintang-bintang bertaburan dan bulan bersinar.

Mungkin gini rasanya hidup di zaman dulu?

Aku duduk di depan pagar rumah sendirian. Abang ada keperluan, mungkin menyusul pacarnya di gang rumah atau hal yang lain. Sedangkan Bunda sudah bersama kumpulannya, mungkin ngrumpi.

Dari kejauhan terdengar suara orang berlari dan berhenti di depanku.

Ini siapa? Postur tubuhnya seperti Bang Ilham? Tapi mukanya remang-remang.

"Dek, Bunda mana?" Ternyata benar Bang Ilham.

"Nggak tahu, ngrumpi kayaknya. Abang kenapa deh?"

"Kalau gitu, tolong temenin temen Abang ya di belakang, Abang kebelet nih, udah di ujung."

"Ih Abang! Yaudah sana ke kamar mandiii!!"

"Dam! Sini ya sama adekku!" teriak Abang ke arah belakangnya lalu berlari masuk ke dalam rumah.

Dam? Pacar Abang yang dibilang Bunda mau dateng tadi?

"Ara ya?" Suara laki-laki mengagetkanku.

"Eh, iya. Kakak temennya Abang?"

"Iya," jawabnya lalu duduk di sampingku.

"Eh, ayo masuk dulu, Kak, jangan duduk di emperan gini," ucapku dengan berdiri.

"Di sini aja, enak suasananya. Sini duduk lagi," ucapnya.

Aku pun duduk kembali. "Aku kira tadi pacarnya Abang yang dateng, Kak," ucapku lalu terkekeh.

Kudengar dia juga sama terkekeh pelan. Aku jadi penasaran bagaimana wajahnya.

"Kok bisa mikir gitu?"

"Soalnya, tadi kata Bunda, temen spesial Abang yang dateng, yakan aku mikirnya pacar. Tapi kalau dipikir-pikir lagi emang kayaknya Abangku jomblo, salahnya dia juga sih, udah jelek, ngeselin lagi," ucapku tanpa sadar menyerocos panjang lebar tentang Abangku. "Ohiya, nama Kakak siapa?"

"Panggil aja Adam."

"Ohhhh, Kak Adam. Kuliah atau kerja?" tanyaku lalu meluruskan kaki ke depan.

"Aku kuliah sambil kerja."

"Oh, berarti S2 ya sekarang?"

"Iya."

Aku mendengus. "Huh, Kakak emangnya nggak capek mikir apa? Tapi hebat sih bisa lanjut ke S2, nggak kayak Abang aku tu, udah males mikir katanya mau lanjut ke S2. Aku juga sih, lagi aja semester 5 udah nyut-nyutan kepala."

"Emangnya kenapa?"

"Revisian mulu, sebel. Udah gitu tadi aku lagi revisi nih ya, eh lampu mati, laptopku ikut mati soalnya nggak ada baterainya, jadi harus nyolok terus. Aku mau minjem laptop Abang nggak dikasih, disuruh ngajarin aku juga nggak mau. Ngeselin banget."

Dia tertawa. "Kayaknya kamu sayang banget ya ke Abangmu?"

"Nggak! Dia itu nyebelin banget! Ohiya, Kak. Kakak asalnya dari Jawa ya? Soalnya udah kelihatan dari namanya, Adam Jawa. Hehe."

"Itu asammn," tegurnya dan kami tertawa.

Dan selanjutnya, kami banyak mengobrol, tapi kurasa aku yang terlalu mendominasi, memang sih aku agak cerewet kata Abangku, dan dia lebih banyak diam mendengarkan namun juga memerhatikan.

Entah kenapa di pertemuan pertama ini aku sudah merasa akrab.

Andai punya abang yang spesiesnya kayak gini. Pasti nyenengin.

"Kamu ngomongin Abang ya?" Abang tiba-tiba datang dari dalam rumah.

"Iya, biar tahu kalau Abang itu udah jelek, ngeselin lagi. Lagian lama banget sih? Situ kebelet apa bangun candi?" tanyaku membuat Kak Adam tertawa dan berdiri. Hal itu membuatku melihat ke arahnya yang terlihat samar.

"Kenapa, Kak? Aku nggak lagi kasih lelucon loh?" tanyaku heran. Tiba-tiba listrik menyala dan lampu hidup kembali.

"ANJIR!" seruku reflek kaget saat dengan jelas melihat Kak Adam lalu menutup mulut.

Eh, keceplosan bego!

Aku melirik ke arah Abangku yang ekspresinya seperti sudah menduga reaksiku akan bagaimana, dan dugaannya benar.

Wajah Kak Adam benar-benar tampan menurut versiku! Tubuhnya tinggi tapi tidak terlalu tinggi dengan paduan yang proposional, dan gayanya kasual tapi cool.

Dia memakai kemeja flanel yang tidak dikancingkan dan lengannya digulung  seperempatnya. Di tangan kirinya, ia memakai jam tangan warna hitam dengan tali berbahan karet.

"Kenapa, Ra?" tanya Kak Adam yang aku gelengi dengan keras masih dengan menutup mulut.

ANJIR! GANTENG BAT NJIR!

---

HOLAAA!
Aku lagi pengen bikin cerita yang komedi romantis nih. Hasil kegabutan di masa lockdown wkwk.
Semoga sukaaa!

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 281K 68
"GUE SUMPAHIN LO SUKA SAMA GUE!" "Mimpi." __________________________________ Angkasa cuek, Starla hiperaktif. Angkasa tenang, Starla heboh. Angkasa r...
1.2M 66.5K 13
#RomanceComedy #BikinBaperdanngakak "Merebut cinta CEO tampan, hidupku mapan." Sebuah kisah romance komedi yang bikin kalian ngakak plus baper di wa...
21.7M 2.1M 75
(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya s...
13M 1.4M 69
(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) Agatha terpaksa tinggal bersama Raka. murid paling teladan dan juga kebanggaan di sekolah. Manusia sedingin es y...