RISET Harukaze no Sekai - The...

By Ragen_Zhang

982 97 418

Makoto merasa dirinya mungkin dikutuk. Siapa pun lelaki yang ia cintai, semuanya akan mati. Lelaki pertamanya... More

Yosh! Kono Tabi wo Isshouni Hajimemashou!
BTS #1: Pointing The Dots
BTS #2: Great Hanshin Earthquake!
BTS #4: "Cinta" Para Automaton
BTS #5: Gaya Hidup Minimalis Demi Kebahagiaan yang Lebih Maksimal
BTS #6: Kisetsu (Musim) - Fitur Unik yang Hanya Ada Dalam Karya Sastra Jepang #1
BTS #7: Yuugen - Fitur Unik yang Hanya Ada Pada Karya Sastra Jepang #2
BTS #8: Mono no Aware (1) Fitur Unik yang Hanya Ada Pada Karya Sastra Jepang #3
BTS #9: Mono no Aware (2) Fitur Unik yang Hanya Ada Pada Karya Sastra Jepang #3
BTS #10: Okashi - Fitur Unik yang Hanya Ada Pada Karya Sastra Jepang #4
BTS #11: Wabi-Sabi Bukan Wasabi [Fitur Unik dalam Karya Sastra Jepang #5]
BTS #12: Kotoba no Ura, Jaim Ala Jepang? [Fitur Unik Sastra Jepang #6]
Okinawa ni Mensooree #1: Hara Hachi Bu, Diet Panjang Umur Ala Okinawa
Okinawa ni Mensooree #2: Beni Imo - Cita Rasa Ubi Ungu Dari Okinawa

BTS # 3: Salah Kaprah dalam Memahami Cinta

106 10 52
By Ragen_Zhang


Behind The Scene #3: Salah Kaprah dalam Memahami Cinta

Bismillah....

Sebelum RAWS Festival diadakan di penghujung tahun RAWS Batch 1, ada satu program kelulusan yang digelar mulai awal Juli 2019: RAWS Branding.

Saat menulis postingan RAWS Branding di bawah ini (dengan menggunakan gambar salah satu tokohnya, Shirayuki san sebagai hiasan), aku baru sadar bahwa keempat tokoh utama Harukaze no Sekai semuanya memiliki benang merah yang sama, salah satunya adalah: penderitaan karena cinta.

"Seharusnya yang kukagumi itu Tuhan yang sudah Menjadikanmu 

begitu indah di mataku."

"Mudah bagiNya untuk mencabut semua keindahan yang kita rasakan pada suatu objek jika Dia Rasa kita sudah bablas." Begitu tulisku pada saat itu.

Kutipan legendaris dari tokoh Patkay-nya serial TV Hong Kong tahun 1996, Kera Sakti (Journey to The West) langsung terngiang-ngiang di telingaku.

"Dari dulu, begitulah cinta, deritanya tiada akhir."

Ya ampun, saat itulah aku baru sadar bahwa tema Harukaze no Sekai ternyata sungguh Patkaaaay.

"Adik Chang'e! Adik Chang'e!" seru Jenderal Tian Feng berbinar-binar (sebelum dia akhirnya dihukum menjalani 1000 kali reinkarnasi dan penderitaan cinta, terpeleset masuk ke jalur reinkarnasi hewan, dan menjadi siluman babi Patkay karena mempermainkan roda waktu demi mendapatkan Chang'e).

Chang'e Sang Dewi Bulan, terdiam seribu bahasa lalu menggumam, "Bang, kamu kurang asupan pisang?"

Berikut ini adalah daftar rencana penderitaan cinta para tokoh yang akan dimasukkan ke dalam plot utama, haha:

Makoto, seperti yang sudah kutuliskan pada bagian sinopsis, bisa dibilang mengalami tiga kali patah hati yang cukup serius di sepanjang hidupnya. Secara kebetulan tiga lelaki yang ia cintai bersentuhan dengan kematian.

Mikoto, meskipun ia berkali-kali mendeklarasikan keinginannya untuk mengakhiri hidup, sebenarnya ia adalah orang egois yang terlalu mencintai dirinya sendiri. Begitu cintanya pada diri sendiri, ia pikir dirinya tak berhak mengalami rasa sakit sama sekali dalam hidup.

Shirayuki san, sang psikoterapis yang kuseting sebagai tokoh yang (tampaknya) paling kalem dan stabil dibandingkan tiga tokoh lainnya, sebenarnya masih berusaha agar bisa benar-benar merelakan kematian suaminya.

Sedangkan tokoh Yuina, yang paling muda di antara semuanya, nanti juga akan mengalami penderitaan cinta ketika ia menginginkan seseorang yang sudah memberikan hatinya pada orang lain.

Ya ampuuun, Patkay sekali kalian ini!

Mikoto lempar tatapan kosong,

"Ya menurut ngana gara-gara siapa kami bisa jadi kayak gini?" tuntutnya.

Entahlah. Takdir? (Author pasang tampang polos)

***

Ketika aku pertama kali merancang Harukaze no Sekai, tidak terpikir untuk memasukkan elemen cinta dengan serius. Segalanya hanya tentang kehidupan sehari-hari keempat perempuan tak sedarah yang tinggal dalam satu rumah ini. Tujuan akhirnya dulu hanya: membuat Mikoto bisa tersenyum lagi dan bangkit dari depresi.

But as time goes by, many things happened... so here it goes... Harukaze no Sekai versi baru. Dengan elemen-elemen cerita cinta yang ternyata menggerakkan plot para karakternya dengan sangat progresif. Sebelum masuk ke materi utama artikel soal "derita cinta dan cara menghindarinya", aku mau memfokuskan bagian di bawah ini pada tokoh Makoto.

***

Mindblock Makoto

Ketika hal buruk terus-menerus menimpa para lelaki yang sangat ia cintai, Makoto beranggapan dirinya dikutuk. "Semua laki-laki yang kusukai sepertinya akan selalu sial."

Anggapan yang tentu bisa sangat destruktif bagi diri sendiri. Hal semacam ini disebut distorsi kognitif, kesalahan logika dalam berpikir, kecenderungan berpikir yang berlebihan dan tidak rasional. Padahal, kekuatan pikiran manusia bisa mewujud jadi nyata.

Dalam buku The Monk Who Sold His Ferrari yang ditulis Robin Sharma, disebutkan bahwa "semua hal selalu tercipta dua kali: pertama dalam benak, kemudian dalam kenyataan. Sebuah proses cetak biru".

Misalnya saja dalam menulis novel, awalnya kita punya keinginan dulu dan keyakinan untuk bisa menulis novel, kan, baru kemudian kita bergerak untuk mewujudkannya secara nyata, contohnya dengan bergabung di RAWS Community ini. Kemudian kita membayangkan jenis cerita yang ingin kita tulis, membayangkan para tokoh, konflik, seting, dan sebagainya. Lalu bergerak melakukan riset agar punya amunisi yang cukup untuk mengeksekusi novel kita, hingga akhirnya benar-benar melakukan proses menuangkan tulisan dan memajangnya di platform Wattpad ini.

Bayangkan jika kita berpikir, "Aku dikutuk. Hasil tulisanku pasti jelek," bisa-bisa memegang permukaan keyboard komputer saja kita tak sanggup. Kira-kira seperti itulah yang terjadi pada kasus Makoto. Jika pemikiran itu terus ia pelihara, mungkin selamanya ia akan takut menjalin hubungan secara serius dengan laki-laki. Dr. Ibrahim Elfiky dalam buku Terapi Berpikir Positif menulis, jika kita ingin mengubah kenyataan negatif, kita harus mengubah persepsi yang melahirkan kenyataan itu.

Jadi untuk membalikkan mindset yang salah kaprah soal kemampuan menulis di atas, kita harus berpikir yang sebaliknya: "Alhamdulillah, aku diberkahi dengan kemampuan menulis yang masih bisa terus dikembangkan. Aku harus terus belajar". Setelah itu melakukan usaha konkret untuk belajar menulis secara sungguh-sungguh. Pengetahuan akan mengusir kecemasan. Sedangkan untuk Makoto sendiri, ia perlu mengubah mindset, "aku dikutuk" tadi dengan hal seperti, "aku beruntung karena sempat mengenal para lelaki baik yang di masa hidupnya telah mencurahkan banyak kebaikan untukku."

Setelah memutuskan diri untuk bangkit, Makoto akan memiliki caranya sendiri untuk menghadapi perasaannya saat Sang Lelaki Kedua yang menghilang dalam ekspedisi di Himalaya tak segera ditemukan. Berkali-kali Makoto berpayah-payah mengunjungi Tibet hingga akhirnya melakukan pencarian di jalur pendakian Gunung Everest. Capek nggak, tuh?

"Keren! Pendakian menuju puncak Everest, loh!"

Bayangkan jika melakukan semua petualangan itu dengan kondisi hati seperti Makoto. Harapan, cemas, dan putus asa bercampur aduk jadi satu. Puncak Everest tak lagi menantang minatnya. Mungkin ia bahkan tak berpikir bagaimana caranya untuk bisa kembali jika ia sampai tak bisa bertemu dengan sang Lelaki Kedua.

"Setia sekali!"

Begitu, ya? Aku akan melampirkan salah satu kutipan bebas yang diambil dari salah satu manga favoritku:

"Hati yang hanya bisa memikirkan satu orang secara terus-menerus, adalah hati yang sakit."

Masihkah pencarian yang dilakukan Makoto terasa begitu megah?

Kata "obsesi" sering kali digunakan untuk menggambarkan kegigihan dalam mengejar keinginan maupun cita-cita. Namun, dalam kamus ternyata kata ini sebenarnya memiliki arti "gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan." Keinginan kuat yang sudah terlanjur kebablasan, membuat pemiliknya bisa jadi sangat menderita.

Bismillah, pelan-pelan aku akan mencoba membersamai tokoh-tokohku di sini dalam menghadapi obsesi cintanya satu demi satu. Semua itu untuk membangkitkan kesadaran mereka (dan kesadaranku sendiri) bahwa mereka (dan aku, kita) sebenarnya tidak perlu semenderita itu demi mengejar cinta.

***

Model Cinta Transaksional Di Etalase Toko

Dalam kata pengantar buku The Art of Loving, Erich Fromm menegaskan bahwa segala usaha untuk memperjuangkan cinta akan gagal jika seseorang tidak mengembangkan seluruh kepribadiannya secara aktif sampai bisa meraih tujuan yang produktif. Aku mencoba menginterpretasikannya (ini pemahaman pribadiku) sebagai, "Tujuan kamu naksir dan mengejar seseorang habis-habisan itu karena apa?"

Untuk pamer, tidak lagi diejek sebagai jomlo karatan, singkatnya memperlakukan cinta sebagai tropi atau piagamkah?

Untuk menjadikan target cinta kita sebagai "properti yang sudah berhak dimiliki dan dikagumi" kah?

Sebagai "jimat" agar bisa terus merasa tenang dan nyaman dalam menjalani hidup?

Apa?

Erich Fromm mengkritik, bahwa kebanyakan orang memandang masalah cinta lebih sebagai "bagaimana agar bisa dicintai" daripada "bagaimana agar bisa mencintai". Akibatnya para lelaki berusaha untuk mencapai sukses, menjadi sedemikian berkuasa dan kaya. Sedangkan para wanita memoles dirinya habis-habisan dengan merawat tubuh, mengikuti trend fashion, dan sebagainya. Cara lain yang dilakukan baik oleh para wanita dan laki-laki adalah dengan mengembangkan perilaku sosial yang menyenangkan, berusaha menciptakan atmosfer pembicaraan yang menarik, suka membantu, sopan, dan tidak mengganggu. Apa yang dimaksud dalam budaya kita untuk dapat dicintai adalah campuran antara menjadi populer dan memiliki daya tarik seksual.

Mungkin kita akan bertanya-tanya, "Apa salahnya memoles kelebihan diri? Seseorang harus memiliki kelebihan agar ia layak dicintai, kan?"

Namun, dalam prosesnya qadarullah cinta itu tak kunjung didapat, apa kita akan berhenti untuk belajar dan berusaha sukses? Berhenti merawat diri? Sebatas itukah tujuan perjuangan hidup kita? Lalu seberapa sempurna standar diri yang kita kejar?

Cinta tidak hanya bisa dilihat seperti kegiatan melihat-lihat dan memilih barang yang menarik di etalase toko. Pola cinta transaksional ini akan menimbulkan cara berpikir seperti di bawah ini:

"Aku punya kapasitas dan kualitas seperti ini dan itu. Kamu pasti tertarik padaku karena aku bisa memberikan keuntungan bagimu. Kamu juga punya banyak hal yang membuatku tertarik. Ayo kita bertransaksi dan menjalin hubungan. Agar sama-sama untung dan sama-sama puas."

Erich Fromm juga menyatakan, masih dalam kata pengantarnya, bahwa tidak mungkin seseorang bisa memenuhi kebutuhannya akan cinta jika dia sendiri tidak mampu mencintai orang lain, tidak memiliki kerendahan hati, keteguhan hati, keyakinan, serta kedisiplinan.

Pola hubungan "cinta ala transaksi di etalase toko" ini menurutku membuat pelaku menempatkan dirinya seolah sebagai "pembeli yang harus diperlakukan sebagai raja". Karena dia merasa sudah memenuhi "kualifikasi untuk dicintai", dia menuntut orang yang sudah "dia pilih untuk dibeli" untuk bisa membahagiakannya.

Jika sudah tidak menarik lagi, transaksi berakhir, "cinta" semacam ini bisa dibuang begitu saja, lalu "sang pencinta" pun kembali ke "etalase toko" untuk memilih objek cinta yang baru.

Naudzubillah.

***

"Apakah Cinta Adalah Seni?" adalah pertanyaan yang diajukan Erich Fromm untuk membuka bab pertama The Art of Loving. Jika cinta adalah seni, maka untuk menguasainya, perlu pengetahuan dan usaha (dan juga waktu).

Seperti ketika kita mendalami seni menulis kreatif, kita belajar dari banyak teori maupun tulisan yang ditulis para penulis yang lebih jago, kan? Bahkan sering kita perlu langsung berguru pada para penulis yang sudah membuka hati dan meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu. Tentu saja kita harus bersabar untuk menjalani proses belajar itu sampai bisa menguasai seni yang kita inginkan. Kegigihan yang sama seharusnya juga dilakukan untuk menguasai "seni dalam mencintai".

Namun, biasanya orang menganggap cinta hanya sebagai sensasi yang menyenangkan, sebagai suatu keberuntungan yang dihadiahkan oleh takdir. Akibatnya, tidak semua atau bahkan hanya sedikit orang yang menyadari bahwa cinta adalah sesuatu yang harus dipelajari.

"Aku tuh naksir dia udah sejak lamaaa sekali! Udah pedekate sejak zaman azali! Tapi kenapa dia enggak pernah peduli?!"

Pernah dengar pernyataan berpola seperti ini? Baik di dunia fiksi (webtoon-webtoon, hahaha) maupun dunia nyata?

Mungkin kita sendiri yang pernah mengatakan hal-hal semacam itu?

Mungkin pertentangan dalam hati itu akan terus berlanjut.

"Tapi gue udah baik-baikin dia terus!"

"Tapi gue udah bikin pengorbanan banyak untuk dia!"

"Tapi gue udah luangin waktu terus untuk dia!"

"Keterlaluan! Kenapa enggak bisa menghargai perasaan orang?!"

Pernah mengalaminya? Atau pernah melihat orang di sekitarmu mengalaminya?

Sadarkah kita bahwa semua pola teriakan hati di atas adalah tuntutan agar target cinta mau mencintai sebesar perasaan cinta yang sudah dikeluarkan, tanpa memikirkan perasaan sang target sama sekali?

Kalau kamu jadi si target, kamu mau dipaksa seperti itu?

Seharusnya cinta dimaknai sebagai hubungan antarmanusia yang perlu dibangun dan dirawat secara bertahap. Ini adalah skill untuk bertahan hidup karena manusia pada dasarnya diciptakan sebagai makhluk sosial selain sebagai makhluk individual. Ketika seseorang bertemu dengan para individu yang membuatnya tertarik (apa pun konteks "tertarik"nya), ia perlu:

1. belajar menghormati orang sekaligus menghormati diri sendiri,

2. belajar mengenali karakter, kebutuhan orang itu dan dirinya sendiri,

3. belajar untuk tidak menyakiti dan tidak semudah itu tersakiti (berarti belajar menoleransi dan memaafkan),

4. belajar untuk lebih peka untuk tahu kapan harus terus maju dan kapan harus segera mundur,

5. belajar untuk mendengar dan memberi,

6. belajar untuk menjadi teman yang lebih hangat dan tidak egois,

7. belajar banyak sekali. Ini adalah pelajaran seumur hidup.

Tujuan mencintai salah satunya adalah untuk menjadi lebih manusiawi, juga untuk menjaga agar kita dan orang-orang di sekitar kita bisa tetap mempertahankan kemanusiaannya.

Kebaikan yang tulus bisa menggerus kebekuan dan rasa pahit yang mencengkeram hati. Ketika seseorang merasa nyaman ketika diperlakukan dengan baik, timbul keinginan untuk mempertahankan rasa nyaman itu. Dengan demikian, jika cara berpikirnya benar, ia pun akan belajar membuat orang di sekitarnya juga merasa nyaman.

Bukankah untuk menjalin persahabatan yang tulus juga perlu cinta? Bukankah menghadapi orangtua dan saudara kita juga butuh cinta? Bahkan kucing-kucing dan hewan-hewan peliharaan pun memerlukan cinta dari kita. Untuk menekuni hobi dan meraih impian, kita juga butuh cinta. Ada begitu banyak jenis cinta. Kenapa produk-produk populer seperti musik, komik, novel, dan film ini banyak yang mempersempit makna cinta jadi sekadar cinta romantis yang harus saling memiliki sebagai kekasih?

Lalu bagaimana dengan cinta yang paling tinggi? Cinta kepada Tuhan dan RasulNya? Terlupakan begitu sajakah demi pengejaran-pengejaran bersifat fana ini?

Hati-hati, jangan tertipu dengan glorifikasi cinta. Seolah cinta romantis adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar agar bisa meraih kebahagiaan hakiki. Dan sebagai penulis yang bertanggung jawab, sebaiknya kita tidak sampai menjerumuskan pembaca dalam tipuan berbahaya seperti itu.

Cinta bisa berbahaya? Apa tidak berlebihan?

***

Cinta Buta yang Membutakan

Di bawah ini adalah kutipan panjang yang kuambil dari buku antologi Catatan Hati Seorang Gadis yang ditulis oleh Asma Nadia bersama sederet rekan penulisnya yang lain:

Cinta itu buta.

Ternyata ada penjelasan ilmiahnya.

Sebuah Penelitian dari University College London, "The Neural Correlates of Maternal and Romantic Love" atau "Hubungan Saraf dari Cinta Ibu dan Cinta Romantis" yang dimuat di jurnal NeuroImage tahun 2004,  mendeteksi bahwa mendeteksi area otak yang diaktifkan ketika seseorang berada dalam kondisi romantis atau merasakan cinta. Di saat yang sama, aktivitas area lain otak sedang tertekan.

Bagian ini memengaruhi pikiran kritis seorang manusia. Perasaan cinta menekan aktivitas saraf yang berhubungan dengan penilaian kritis terhadap orang lain. Ketika seseorang jatuh cinta, ia kehilangan kemampuan mengkritisi orang yang dicintai. Ini yang menyebabkan seseorang sering salah mengambil keputusan ketika sedang jatuh cinta. Menjadi buta ketika mencinta bisa karena seseorang selalu mengingat hari-hari pertama dengan pasangan. Indah, dan berjalan amat menyenangkan.

Inilah yang membuat cinta itu buta. Area otak yang diaktifkan oleh rasa cinta menghasilkan rasa euforia. Fakta ini menjelaskan kekuatan cinta romantis memotivasi kegembiraan.

Kesimpulan ini seiring dengan pendapat seorangurologis dan ahli kesehatan seksual, dr.Jennifer Berman. Sang ilmuwan mengatakan bahwa ketika sedang jatuh cinta, maka orang tersebut akan "buta" tentang segala hal. Sebab ketika rasa cinta yang bergejolak sudah sedemikian besar, maka hal ini akan dapat menghalangi manusia untuk mampu berpikir secara objektif, menghalangi perkembangan daya imajinasi dan memori, serta menutup semua ide yang ada di pikiran.

Pada kondisi seperti ini, maka gerakan gelombang yang berada di dalam otak sebelah kanan juga menjadi tidak terarah dan sulit dipahami. Menyebabkan volume otak mengecil.

Ketika cinta yang dirasakan semakin besar, maka akan semakin banyak sel otak yang rusak, sehingga secara otomatis akan mengganggu sistem sinyal yang ada di otak.

Karena itu rasa cinta juga dapat membuat hati menjadi risau, cemas, takut, hingga menghilangkan nalar untuk berpikir jernih karena tekanan.

Pada tahap selanjutnya, akan menimbulkan terjadinya perubahan sikap, misalnya menjadi sering bengong, suka melamun, atau pelupa.

Sebab akan terjadi gangguan mental yang terfokus pada tugas kognitif, yaitu perasaan khawatir ditinggal oleh pasangan, yang akan mengurangi sumber daya atau energi untuk memproses informasi yang lain.

Karena itu tetap harus waspada ketika jatuh cinta.

Dan iman adalah pagar terkuat.

(Hal. 79-80)

***

Now you know what happened inside someone's brain who's heavily blinded by love. Jika kita mungkin sering bertanya-tanya, kok bisa ada orang yang meskipun sudah mengalami KDRT tingkat berat sekalipun masih bisa maksa untuk bersama pasangan toxicnya. Kok bisa ada orang yang ngeluh terus karena sudah disakiti oleh pasangannya, tapi disuruh meninggalkan malah marah-marah. Kok bisa ada orang yang begitu gigih mengejar seseorang yang sudah jelas-jelas tidak menyukainya?

Now you know the answer.

Ini adalah fenomena serius yang terjadi dalam tubuh manusia. Tidak hanya secara psikis, tapi juga biologis. Sebagai penulis, kita perlu benar-benar belajar bagaimana cara menyajikan model kisah cinta yang lebih sehat bagi pembaca kita, kan?

***

Artikel ini sebenarnya masih panjang lagi, tapi karena sudah sepanjang ini (lebih dari 2400 kata), dan malam ini aku perlu recharge energi, mungkin bahasannya kusambung ke artikel berikutnya saja dalam rangkaian seri artikel Agar Cinta Tak Cipta Derita.

Semoga nanti bahasannya bisa lebih ringkas dan tetap tepat sasaran. Aamiin YRA.

Banyak dari isi artikel ini yang merupakan kutipan bebas maupun kutipan langsung dari daftar buku di bawah ini. Jika terjadi salah kutip maupun kesalahan menginterpretasi, semua itu adalah murni kesalahanku sendiri. Silakan jika ingin berdiskusi, mengoreksi, atau ingin menambahkan referensi.

Sumber Referensi:

Elfiky, Dr. Ibrahim. 2009. Buku Terapi Berpikir Positif. (Khalifurrahman, dan M. Taufik Damas, Terjemahan). Jakarta: Penerbit Zaman. 

Fromm, Erich. 2014. The Art of Loving: Memaknai Hakikat Cinta. (Andri Kristiawan, Terjemahan). Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Nadia, Asma. 2016. Buku Catatan Hati Seorang Gadis. Depok: Penerbit Asma Nadia Publishing House.

Sharma, Robin. 2014. The Monk Who Sold His Ferrari. (Yulita Tirtoseputro, Terjemahan). Bandung: Penerbit Kaifa Mizan.

Continue Reading

You'll Also Like

6.8M 336K 69
Suami Romantik dan Penyayang? Tak pernah diduga Elleana akan mendapat suami garang dan tegas. Hidupnya yang selama ini tak pernah diatur oleh arwah b...
75.9K 4.9K 63
Nur Puteri Gardenia Rose, berusia 28 tahun. Seorang guru yang cemerlang dan berdidikasi. Hidupnya sempurna, ada rumah, kereta sendiri, pekerjaan yang...
265K 16.6K 63
Delilah Lavelle, kehidupannya tak seindah nama yang diberi. Saat kejatuhan terbesar dirinya bermula ketika orang tuanya bercerai. Bertambah tragik, d...
41.3K 1.8K 40
[cover drawn by me] "Kau nak aku buat apa?!" Aisy menjerit, suaranya menjadi nyaring sebab dia terkejut dengan permintaan kawannya. "Shh, eh kau ni...