My Personal Assistant | LIZKO...

By brilliantmanoban

79.2K 8.5K 1K

Cerita tentang Lalisa Park, gadis cantik yang 'terpaksa' menjadi Personal Assistant dari seorang member idol... More

Cast
History
1️⃣
3️⃣
4️⃣
5️⃣
6️⃣
7️⃣
8️⃣
9️⃣
🔟
1️⃣1️⃣
1️⃣2️⃣
1️⃣3️⃣
1️⃣4️⃣
1️⃣5️⃣
✨PROMOSI✨
ANNOUNCEMENT

2️⃣

3.9K 489 45
By brilliantmanoban


Saat Lisa kembali dari Starbucks dan membawa sandwich tuna untuk Jungkook dan segelas espresso untuknya sendiri — Lisa sangat butuh asupan kafein untuk membuatnya tetap terjaga — Jungkook sedang "mojok" dengan Eunha sambil tertawa dan menjahili satu sama lain. Lebih tepatnya, Eunha sedang bergelayut manja di lengan Jungkook sambil mencubit-cubit gemas pipi kekasihnya, sementara Jungkook terlihat sibuk bermain game di ponselnya.

Lisa tidak melihat personil BTS yang lain, sepertinya sebagian dari mereka sudah selesai. Hanya ada Taehyung yang tengah diambil gambarnya di set, sementara Jimin tengah merapikan pakaian yang dikenakannya. Para hyung line sudah tidak terlihat batang hidungnya. Karena saat ini adalah sesi pemotretan individu, biasanya, member yang sudah selesai pemotretan kembali ke Dorm atau melanjutkan jadwal kegiatan mereka yang lain.

"Permisi Jungkook-nim, saya membawakan sandwich yang Anda inginkan,"

Jungkook tidak menggubris Lisa karena pemuda itu benar-benar tenggelam dalam game yang sedang asyik dimainkannya, sehingga kemudian Eunha yang menerima sandwich itu dari Lisa.

"Terima kasih, Lisa,"

"Sama-sama, Eunha-ssi. Kalau begitu, saya permisi,"

"Ah, tunggu Lisa! Duduklah disini," Eunha menunjuk kursi di seberangnya duduk.

Lisa menatap sejenak pada kursi itu

'Dan menonton kalian bermesraan? Tidak, terima kasih' ucap Lisa dalam hatinya.

"Tolong temani aku, Kookie-Oppa sebentar lagi harus kembali ke set, dan ..aku sedikit canggung jika menunggu sendirian di sini," pinta Eunha.

"Ah, ne, tapi saya-,"

"Duduk dan temani Eunha, Lisa," sebuah kalimat keluar dari bibir Jungkook. Nadanya datar namun sedikit tajam. Tak ada yang bisa dilakukan Lisa selain mengiyakan perintah Bos-nya.

Eunha tersenyum senang saat Lisa duduk di kursi yang ada di seberangnya, sementara Lisa membalas senyuman Eunha dengan senyum yang sedikit kikuk.

Eunha mulai membuka pembungkus sandwich itu dan menyuapkannya pada Jungkook yang masih fokus pada game. Lisa menggigit bibir bawahnya dan mengalihkan pandangannya dengan cepat, kemudian ia berpura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Jungkook-ssi tolong bersiap! Setelah ini giliranmu!" teriakan dari salah satu staff pemotretan terdengar. Jungkook mem-pause gamenya dan meminum sebotol air mineral yang disodorkan Eunha.

"Aku akan menyelesaikannya dengan cepat," ujar Jungkook sambil mematikan ponselnya dan menyerahkannya pada Eunha.

"Hwaiting!" Eunha mengepalkan kedua tangannya dengan imut dan Jungkook terkekeh.

Jungkook melepaskan tangannya yang dipeluk Eunha lalu mengacak rambut gadis itu sekilas, sebelum akhirnya ia beranjak kembali ke set.

Lisa meminum espressonya tanpa suara dan melirik adegan itu dari balik gelasnya. Lagi-lagi perasaan tidak nyaman berdesir di hatinya tanpa bisa ia cegah.

"Apa menjadi Personal Assistant itu melelahkan, Lisa?" tanya Eunha tiba-tiba.

"Ne, sejujurnya memang sedikit melelahkan, Eunha-ssi," jawab Lisa sambil tersenyum dan sedikit mengangkat gelas kopinya.

Eunha bisa melihat kantung mata Lisa yang tebal. Manik bambinya terlihat sayu. Diam-diam Eunha merasa sedikit iba pada gadis seumurannya itu.

"Apa Kookie-Oppa menyulitkanmu?"

"Aniya.. lagipula ini memang sudah menjadi tugas saya,"

Selanjutnya keduanya terdiam. Eunha terlihat ingin mengatakan sesuatu, namun ragu. Sedangkan Lisa kembali menyesap espressonya dalam diam.

"Lisa.."

"Ne?" Lisa menegakkan punggungnya dan memperhatikan gadis berambut pendek itu tersenyum padanya.

"Apa kau sudah punya kekasih?"

Lisa terdiam beberapa detik setelah mendengar pertanyaan Eunha. Entah kenapa Lisa merasa tidak nyaman dengan pertanyaan bersifat privacy dari gadis berpipi chubby itu padanya.

"Ah, maafkan aku, pertanyaanku pasti mengganggu privacy-mu, aku spontan mengatakannya tanpa berpikir terlebih dahulu," Eunha buru-buru meminta maaf dengan ekspresi penuh rasa bersalah di wajah cantiknya. Sementara Lisa menggelengkan kepalanya dan tersenyum kikuk.

"Tidak masalah, Eunha-ssi," Lisa menjawab sesopan mungkin meski kalimatnya bertentangan dengan hatinya.

"Aku benar-benar tidak enak padamu.. a-aku hanya ingin tahu lebih banyak tentangmu.. yah, sejujurnya aku ingin berteman baik denganmu, Lisa," pipi Eunha terlihat sedikit memerah, dan membuat kesan imut di wajahnya semakin bertambah.

Lisa tersenyum getir. Pantas saja Jungkook jatuh cinta pada gadis Jung ini. Eunha sangat cantik dan rendah hati, bahkan terang-terangan mengatakan ia ingin berteman baik dengan Lisa yang hanya seorang bawahan kekasihnya ini.

"Terima kasih banyak, Eunha-ssi. Saya merasa tersanjung karena Anda memiliki keinginan berteman dengan seseorang seperti saya," Lisa mengusap tengkuknya dengan canggung.

"Aishh, memangnya kau seseorang yang seperti apa Lisa?"

Lisa terdiam dan menggigit bibir bawahnya dengan canggung.

"Yah.. saya.. hanya seorang asisten,"

"Jangan bilang begitu, Lisa. Aku sungguh-sungguh ingin berteman baik denganmu, tolong jangan mengatakan hal seperti itu, kau membuatku merasa ada batasan sosial di antara kita," keluh Lisa. Ekspresinya berubah menjadi sedih dan itu membuat Lisa merasa bersalah.

"Maafkan saya, Eunha-ssi," cicit Lisa.

"Aku akan memaafkanmu kalau kau mau berteman denganku!" sahut Eunha dengan ceria. Gadis itu mengulurkan tangan kanannya pada Lisa, dan Lisa menyambut uluran tangan itu dengan sedikit keraguan.

"Aku senang sekali! Mulai sekarang kita berteman baik ya!" Eunha tersenyum lebar pada Lisa. Manis. Lisa yang seorang perempuan saja kagum melihat wajah cantik nan imut Eunha. Apalagi Jungkook.

Lisa sepenuhnya yakin bahwa Tuhan menciptakan Jung Eunha dengan kesempurnaan pada seluruh aspek dirinya, dan hal itu sedikit membuat Lalisa tertohok karena menyadari bahwa ia sama sekali tak ada apa-apanya dibanding Eunha. Jauh di dalam lubuk hatinya, Lisa merasa semakin kalah telak.

Lisa mengangguk dan membalas senyuman Eunha dengan sedikit terpaksa.

Candaan apa lagi ini, Tuhan? Selain harus menahan perasaan cintanya pada bosnya, sekarang Lisa juga harus berteman baik dengan kekasih atasannya itu?

💜💜💜💜💜

Seakan belum cukup "penderitaan" yang diberikan Jungkook pada Lisa pagi sampai siang tadi, saat ini gadis Park itu kembali dihadapkan dalam situasi yang cukup menyiksa batinnya.

Setelah selesai photoshoot, BTS diizinkan untuk kembali ke Dorm dan beristirahat. Seharusnya Lisa mengantar Jungkook kembali ke Dorm BTS atau ke rumah pemuda itu, dan dia bisa beristirahat sejenak, namun yang terjadi adalah, Jungkook menyuruhnya menunggu di studio pemotretan itu karena dia akan mengantar Eunha pulang ke Dorm GFRIEND.

"Kau tunggu sebentar disini, Lisa. Aku akan mengantar Eunha pulang,"

"Maaf, Jungkook-nim, kenapa tidak sekalian saja kita mengantar Eunha-ssi? Maksud saya, saya saja yang menyetir, dan setelahnya kita bisa langsung menuju ke Dorm BTS atau ke rumah Anda,"

"Ada hal pribadi yang harus kubicarakan dengan Eunha,"

Jungkook memberikan penekanan pada kata pribadi, dan hal itu membuat Lisa tak bisa menjawab.

"Kalau begitu, bolehkah saya kembali lebih dulu ke rumah utama naik taxi?" tanya Lisa kemudian.

Demi Tuhan, Lisa super lelah dan mengantuk sekarang, dan menunggu di studio ini sendirian — karena seluruh staff sudah berkemas dan mulai meninggalkan tempat — bukanlah ide yang bagus.

"Apa kau lupa ayahku di rumah hari ini? Dia bisa membunuhmu kalau kau kembali tanpaku," ketus Jungkook, membuat Lisa seketika teringat akan Tuan Besarnya itu.

Lisa menghela nafas panjang. Benar juga, Tuan Jeon baru saja kembali dari New York hari ini, dan jika Lisa pulang ke rumah mereka tanpa Jungkook, Tuan Jeon bisa menginterogasinya sampai Lisa mati berdiri. Meskipun bukan salah Lisa juga, mana mungkin Lisa berani melarang Jungkook untuk mengantar Euha.

"Ne, Jungkook-nim. Saya akan menunggu di sini," jawab Lisa akhirnya.

Jungkook mengulurkan tangannya meminta kunci mobil, yang langsung diserahkan oleh Lisa. Lisa tidak berniat untuk menyanggah atau mengatakan apapun sekarang. Lebih baik ia menyimpan tenaganya dan beristirahat selagi Jungkook mengantar Eunha nanti.

"Lisa, sampai jumpa~" Eunha melambaikan tangannya pada Lisa, yang dibalas Lisa dengan bow dan senyuman kecil.

Setelah kedua orang itu hilang dari pandangan Lisa, Lisa membuang nafas panjang. Jemari lentiknya menyentuh dada kirinya sebentar, sebelum ia memutuskan untuk berjalan keluar dari studio yang sebentar lagi kosong itu.

Sebenarnya Lisa tidak terlalu keberatan jika ia harus menunggu Jungkook, justru ia sedikit senang karena bisa mencuri sedikit waktu untuk beristirahat, namun yang jadi masalah, tak ada minimarket atau cafe, atau setidaknya kedai dan toko apapun yang bisa Lisa datangi sementara ia menunggu Jungkook, dan itu artinya, Lisa harus menunggu di satua-satunya bangku taman yang ada di depan studio. Untung hari ini matahari tidak terasa terlalu panas, meski cuaca cukup cerah.

Lisa menyandarkan punggungnya di bangku taman dan memejamkan matanya. Sinar matahari terasa sedikit lebih menyengat daripada dugaan Lisa, tapi setidaknya ada semilir angin yang berhembus sejuk dan menetralkan sengatan panas matahari di kulit Lisa.

Pikiran Lisa berkelana, memikirkan banyak hal. Tentang ibunya yang belum sepenuhnya sehat, tentang kerinduannya pada mendiang ayahnya, dan juga tentang Jungkook yang "menyakitinya" setiap saat, tanpa pemuda itu sadari.

Tidak, bukan salah Jungkook kalau Lisa merasa tersakiti karenanya. Jungkook tidak mungkin tahu bahwa selama ini Lisa merasa lelah dan jengah akibat sikapnya pada Lisa. Sejujurnya Lisa sanggup kalau hanya harus melakukan perintah atau permintaan Jungkook meskipun mereka semua seolah tidak ada habisnya. Namun, yang memembuat Lisa tersiksa adalah, perasaannya cintanya pada Jungkook. Perasaan menyakitkan karena perasaan ini hanya dirasakan dan diketahui olehnya sendiri. Semakin terasa menyakitkan ketika Lisa tahu bahwa Jungkook mencintai Eunha, dan kini keduanya menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Perasaan yang tak akan pernah tersampaikan apalagi terbalas.

Lisa tersenyum getir mengingat jalan hidupnya yang cukup pahit. Namun, Lisa bersyukur karena ia masih jauh lebih beruntung dibandingkan ribuah bahkan jutaan orang diluar sana. Lisa pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya, meski ayahnya sudah meninggal, Lisa masih memiliki ibunya. Lisa punya tempat tinggal yang layak dan pekerjaan yang bisa menghidupinya. Meskipun pekerjaan ini harus membuat batinnya tersiksa.

Suara langkah mendekat membuat Lisa langsung membuka matanya. Sepertinya bukan Jungkook, karena Lisa hafal betul suara langkah pemuda itu, dan Jungkook baru pergi sekitar 15 menit yang lalu, jadi tidak mungkin ia sudah kembali.

"Lalisa?"

"Ah, Namjoon-ssi,"

Entah kenapa Lisa langsung berdiri dan membungkukkan badannya. Melihat member BTS disekitarnya membuat Lisa langsung bersikap sopan. Seperti sebuah refleks yang ada dalam dirinya.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Namjoon.

"Saya sedang menunggu Jungkook-nim, beliau sedang mengantar Eunha-ssi ke Dorm GFRIEND" jawab Lisa.

"Kalau Namjoon-ssi, apa yang membuat Anda kembali ke sini? Saya kira photoshootnya sudah selesai sejak tadi," Lisa menoleh sekilas pada bangunan studio di belakangnya dan melihat bahwa di sekitar studio sudah sepi dari staff BigHit.

"Aku kehilangan dompetku dan tak bisa menemukannya di Dorm atau mobil, kupikir aku meninggalkannya di studio, jadi aku hendak mencarinya sekarang," Namjoon tersenyum malu, dan bersikap seperti biasanya pemuda itu bersikap di hadapan Lisa — kikuk dan mengusap tengkuknya tanpa sebab.

Lisa menahan senyumnya untuk supaya ia tidak terlihat 'tidak sopan' pada Namjoon. Menjadi Personal Assistant Jungkook membuat Lisa sedikit banyak memahami karakter dari member BTS yang lain, salah satunya Namjoon. Pemuda clumsy yang memiliki nickname God Of Destruction itu seringkali membuat Lisa geleng-geleng kepala setiap kali ia melihat kecerobohannya.

"Anda butuh bantuan untuk mencarinya?" Lisa menawarkan dengan sopan.

"Kau mau membantuku?" Namjoon spontan membulatkan matanya. Lisa terkikik geli melihatnya.

"Jika Anda berkenan, saya akan membantu," jawab Lisa.

"Tentu saja. Kurasa aku tidak bisa menemukannya dengan cepat jika aku mencarinya sendirian," kata Namjoon sambil menggaruk dahinya.

"Saya khawatir jika Anda malah mengacaukan seisi studio jika Anda mencarinya sendirian," sahut Lisa hati-hati.

Sebenarnya gadis itu hanya bermaksud bercanda untuk mencairkan suasana, namun tiba-tiba ia khawatir jika Namjoon merasa tersinggung atas ucapannya yang lancang. Jadi Lisa buru-buru menoleh dan membungkukkan badannya pada Namjoon untuk meminta maaf.

"Hahaha..kau benar-benar mengenalku dengan baik, Lalisa. Aku jadi malu,"

Keduanya berjalan memasuki studio dengan sedikit mengobrol dan berbasa-basi. Lisa tak banyak bicara setelah ia mengucapkan candaan yang ia sesali pada Namjoon tadi, sedangkan Namjoon sesekali melirik Lisa dengan ekor matanya.

"Bagaimana ciri-ciri dompet Anda, Namjoon-ssi?"

"Bentuknya persegi dan berwarna coklat tua. Ada tulisan visvim di depannya,"

"Saya akan mencari di sofa sebelah sana," Lisa menunjuk ke sayap kiri ruangan ketika mereka sudah sampai di dalam studio yang tadi digunakan BTS untuk melakukan photoshoot.

"Kalau begitu aku akan mencari di sebelah sini. Tolong ya, Lalisa,"

"Ne,"

Keduanya mulai mencari dompet Namjoon. Cukup lama keduanya mencari di sela-sela sofa, meja, dan kursi juga berbagai properti photoshoot yang masih ada disana. Mereka mencari dengan teliti pada setiap sudut dan celah, memastikan tidak ada satu tempat pun yang terlewatkan.

"Namjoon-ssi! Apa ini dompetnya?!" Lisa berseru dengan penuh semangat sambil mengangkat sebuah benda berbentuk persegi di tangannya.

Namjoon yang tengah mencari dengan mengintip ke sela-sela bawah sofa langsung beranjak dan setengah berlari menghampiri Lisa.

Tinggal beberapa langkah lagi hingga ia mencapai Lisa, tiba-tiba Namjoon tersandung kabel tiang lampu yang melintang di depannya.

"Whoaaa!!"

BRUUKK!!!

"Kyaaa!"

Namjoon terjatuh dan menabrak Lisa yang ada di depannya, sehingga kemudian posisinya menjadi menindih tubuh gadis kurus itu. Lisa meringis merasakan bokongnya yang bertubrukan langsung dengan lantai. Ditambah tubuh Namjoon yang terasa sedikit berat berada di atasnya, membuat Lisa tak bergerak selama beberapa detik kemudian.

Lisa perlahan membuka matanya. Di hadapannya, wajah tampan Namjoon hanya berjarak beberapa centimeter dari wajahnya.

Pandangan Namjoon dan Lisa bertemu. Tak ada sepatah kalimat apapun yang terucap dari keduanya, hanya terdengar deru nafas mereka yang sedikit tidak tenang.

Sampai sebuah suara menginterupsi keduanya.

"Lisa? Joonie-hyung?"

Lisa dan Namjoon menoleh bersamaan dan mendapati Jeon Jungkook berjalan tergesa ke arah mereka.

"M-maafkan aku, Lisa!" Namjoon segera mengumpulkan akal sehatnya dan segera berdiri dari tubuh Lisa, kemudian ia mengulurkan tangannya untuk membantu Lisa berdiri. Meski sedikit enggan, Lisa meraih tangan Namjoon dan berdiri dengan cepat.

Wajah Namjoon memerah padam, ia berdehem sembari berusaha menetralkan detak jantungnya yang tidak beraturan. Lisa pun sama, wajahnya sedikit memerah karena canggung, dan ia pura-pura menepuk-nepuk celana bahannya pada bagian belakang untuk membersihkan debu atau kotoran yang menempel disana.

Lisa membungkukkan badannya meski Jungkook belum benar-benar tiba di hadapan mereka, sementara Namjoon berdiri setenang mungkin sambil menatap Jungkook yang semakin mendekat.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Jungkook penasaran. Matanya memicing menatap Lisa. Sedangkan Lisa yang tidak mengerti kenapa Jungkook menatapnya segarang itu, hanya bisa berdiri sambil memainkan jemarinya dengan kikuk.

"Saya membantu Namjoon-ssi mencari dompetnya, Jungkook-nim,"

Tatapan Jungkook belum berubah dan Lisa menunduk. Entah kenapa, sorot mata atasannya itu terasa sedikit mengintimidasi baginya.

"Iya, Kookie, aku meninggalkan dompetku entah di mana, dan aku kembali ke sini untuk mencarinya. Kebetulan aku melihat Lalisa di depan studio, dan ia meminta bantuannya mencari. Lisa menemukannya, dan aku berlari menghampirinya, tapi seperti biasa, aku malah tersandung kabel lampu itu," Namjoon menambahkan sambil menunjuk kabel lampu yang terurai berantakan di belakang Jungkook.

"Benarkah?" Jungkook tak bisa menyembunyikan nada curiga dalam suaranya.

"N-ne, itu benar Jungkook-nim," Lisa mengumpulkan keberaniannya untuk mendukung ucapan Namjoon.

Jungkook diam, dan akhirnya pemuda itu hanya memanggut-manggut saja meskipun tatapan tajamnya masih tertuju pada Lisa yang salah tingkah.

"Kalau begitu, ayo pulang sekarang. Aku sudah lelah!" Jungkook melemparkan kunci mobilnya pada Lisa yang langsung ditangkap dengan buru-buru oleh gadis tinggi itu.

"Hyung kesini naik apa?" Jungkook menoleh pada Namjoon yang tengah memasukkan dompetnya ke dalam kantung belakang celananya.

"Manager-hyung mengantarku. Kau tidak tidur di Dorm, Kook?"

"Ne, Hyung. Ayahku akan pulang malam ini, jadi aku harus kembali ke rumah. Tidak apa-apa ya?" ucap pemuda kelinci itu sambil bergelayut seperti baby monkey pada lengan atletis Namjoon.

"Tak masalah, lagipula kita tak ada jadwal apapun besok. Tapi ingat, lusa kita ada rapat dengan Ssaajangnim untuk kontrak kita dengan FILA, jadi jangan sampai terlambat," jawab Namjoon sambil menepuk kepala pemuda yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri itu.

"Siap, hyung!" jawab Jungkook bersemangat sambil menempelkan tangannya di dahi, memberikan hormat pada Namjoon.

Ketiganya berjalan meninggalkan studio. Namjoon dan Jungkook berjalan lebih dulu, sedangkan Lisa mengekor di belakang mereka tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

💜💜💜💜💜

Lisa menyetir dalam diam. Jungkook juga tidak mengeluarkan suara sedari tadi. Lisa meliriknya dari kaca spion yang ada di atas kepalanya dan melihat Jungkook sedang menyandarkan punggungnya dengan nyaman di jok belakang sambil memejamkan matanya. Airpods terpasang di kedua telinganya.

Sikap Jungkook padanya sangat acuh sepeninggalnya mereka dari studio tadi. Atmosfer di dalam mobil saat ini terasa tidak nyaman bagi Lisa. Meski biasanya Jungkook tidak banyak mengajaknya berbincang, namun sikapnya saat ini jauh lebih 'dingin' dari biasanya.

Lisa berusaha menghela nafas panjang sepelan mungkin. Konsentrasinya kembali ke jalanan yang sedikit padat karena saat ini sudah memasuki jam makan siang.

"Lisa," panggil Jungkook tiba-tiba. Lisa sedikit berjengit karena ia baru saja melamun beberapa detik sebelum Jungkook memanggilnya.

"Ne, Jungkook-nim,"

Lisa menanti dengan sabar apa yang hendak dikatakan Jungkook padanya, namun sampai semenit berlalu, pemuda itu tak kunjung meneruskan kalimatnya.

"Um, Jungkook-nim?" Lisa melirik Jungkook dari kaca spion, dan pemuda itu menatap lurus ke depan dengan sorot mata tajam.

"Tidak jadi," dua kata singkat dari Jungkook langsung membungkam Lisa.

Sementara banyak hal berkelebat dalam pikirannya. Memikirkan apakah yang kira-kira ingin dikatakan Jungkook sebenarnya. Memikirkan tentang kecelakaan kecil yang dialaminya dengan Namjoon di dalam studio tadi. Memikirkan sorot mata tajam Jungkook yang diberikan padanya dari tadi hingga sekarang.

Lalisa kembali menghela nafas.

💜💜💜💜💜

"Kau terlihat senang sejak keluar dari studio tadi, Joonie-ya," Manager-hyung melirik Namjoon sekilas.

Sejak tadi sang leader BTS itu sama sekali tidak menanggalkan senyum dari wajah tampannya. Sesekali ia memejamkan matanya, dan tersenyum semakin lebar, membuat Manager-hyung khawatir kalau Namjoon kesambet sesuatu.

"Aniya, hyungie. Aku hanya senang menemukan dompetku kembali," jawab Namjoon sekenanya.

Meski sedikit mengernyit keheranan, Manager-hyung menerima jawaban Namjoon begitu saja tanpa bertanya lagi.

Namjoon mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil dan mengulum senyum. Wajah boneka Lalisa kembali terlintas dalam pikirannya, lagi dan lagi.

💜💜💜💜💜

Jungkook langsung keluar dari mobil begitu Lisa memarkirkan mobilnya di depan pintu garasi rumah mewah keluarga Jeon. Lisa heran, biasanya Jungkook akan menjahilinya dengan menyuruh Lisa membukakan pintu untuknya. Lisa mengedikkan bahunya, lalu membereskan barang-barang Jungkook — tas dan airpods — yang ditinggalkan begitu saja di jok tengah. Lisa memasukkan airpods Jungkook ke dalam tas itu, setelahnya ia membawanya masuk ke dalam rumah.

Lisa baru akan naik tangga ketika ia melihat Jungkook berdiri seolah menunggunya di ujung atas tangga yang menghubungkan lantai dasar dan lantai pertama tangga itu. Jadi Lisa berhenti melangkah dan memandang ke arah Jungkook dengan tatapan sedikit bertanya.

"Bawakan makan siang ke kamarku," perintah Jungkook.

"Ne, ssajangnim,"

Lisa berbalik dan menuju ke ruang makan. Empat orang maid yang berusia beberapa tahun lebih muda daripada Lisa membungkuk dan menyapanya. Lisa langsung membalas bow mereka dan tersenyum ramah. Biar bagaimanapun, bagi Lisa, kedudukan mereka sama saja di rumah ini — walaupun posisi pekerjaannya sedikit lebih tinggi sebagai Personal Assistant.

"Eonnie, Jungkook-nim menyuruhku membawakan makan siangnya ke kamar, bisakah eonnie menyiapkannya?" pinta Lisa pada salah satu maid bernama Soora yang usianya kurang lebih sama dengan Lisa.

"Tentu, nona Park,"

"Aish, eonnie, panggil saja aku Lisa, kenapa eonnie memanggilku dengan formal seperti itu," Lisa menggembungkan kedua pipinya tanpa sadar. Soora tertawa kecil melihat wajah Lisa yang tampak menggemaskan.

Lisa sebenarnya adalah gadis yang supel dan ceria dengan orang-orang yang dikenalnya dengan baik. Lisa juga suka bercanda dan memberikan lelucon-lelucon untuk menghibur orang di sekitarnya. Hanya saja, Lisa tidak bisa menampilkan sisi dirinya yang seperti itu kepada Jungkook atau pada orang lain yang ada di lingkungan kerja bosnya itu. Selain untuk menjaga sikap dan sopan santunnya, Lisa tidak berani bersikap seperti itu pada Jungkook karena ia merasa segan dan menerapkan batasan atasan - bawahan. Selain itu Jungkook juga tidak pernah mempelakukannya sebaik pemuda itu memperlakukan orang lain, jadi Lisa juga harus menyesuaikan dirinya.

Setelah makan siang yang disiapkan Soora siap, Lisa membawanya ke kamar Jungkook yang ada di lantai dua rumah itu.

Tok..tok..tok..

Lisa mengetuk pintu kamar berwarna putih gading itu perlahan.

"Masuk!"

Lisa membuka pintu dengan sedikit kesulitan karena ia membawa nampan berisi makan siang Jungkook di tangan kanannya, sementara tas Jungkook tergantung di lengan kirinya.

Saat Lisa memasuki kamar yang bernuansa monochrome itu, Jungkook tengah duduk di tengah tempat tidurnya sambil bersandar di kepala ranjang. Tangannya sibuk memainkan iPad. Pemuda itu sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai.

"Makan siang Anda, Jungkook-nim,"

"Taruh saja disana," Jungkook menunjuk meja kerja berukuran sedang yang ada di seberang tempat tidurnya. Lisa mengangguk kecil sebelum kemudian ia meletakkan nampan berisi makan siang Jungkook itu sesuai dengan perintah. Ia juga meletakkan tas Jungkook di sana.

"Tunggu!"

Lisa baru saja akan melangkah keluar setelah ia baru saja membalikkan badannya, namun seruan Jungkook menghentikan niatnya.

"Duduk dan temani aku makan,"

"Eh?"

Lisa bingung karena Jungkook tiba-tiba turun dari tempat tidurnya dan berjalan menghampiri Lisa yang masih berdiri mematung di tempatnya. Kemudian Jungkook menarik — setengah menyeret — tangan Lisa dan mendudukkan gadis itu duduk di tepi tempat tidurnya. Lisa baru akan protes ketika Jungkook langsung menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, mengisyaratkan Lisa untuk duduk diam dan menurut.

"Aku mau makan sambil mengobrol, temani aku ya?" pinta Jungkook sambil mendudukkan dirinya di kursi kerjanya, kemudian mulai menyantap makan siangnya.

Lisa hanya diam sambil memandang lurus pada Jungkook yang tengah menikmati makan siang di hadapannya. Otak Lisa seolah berhenti bekerja dan ia hanya termenung karena ia tak tahu apa yang harus dilakukannya.

Meski pun awalnya tadi Jungkook mengatakan bahwa ia hendak mengajak Lisa mengobrol, nyatanya, sampai makanan siangnya sudah habis hampir setengahnya, pemuda itu sama sekali tak mengucapkan apapun pada Lisa. Lisa mengernyit bingung mengingat sikap Jungkook yang sering tak terduga dan seenaknya sendiri seperti ini.

"Jungkook-nim, Anda bilang ingin mengobrol? Apa ada sesuatu yang ingin Anda tanyakan kepada saya?" tanya Lisa akhirnya. Ia mulai jengah dengan Jungkook yang memperlakukannya seperti seolah Lisa hanyalah sebuah pajangan untuk menemaninya makan, padahal bisanya pemuda itu lebih suka makan sendiri.

Jungkook meminum air putih di gelasnya sampai habis, setelah selesai, ia menjilati bibirnya sendiri. Lisa sedikit menunduk untuk menghalau sebuah perasaan berdesir di hatinya, dan mengalihkan matanya untuk melihat jendela kamar Jungkook yang menyuguhkan pemandangan rumah-rumah mewah lain yang merupakan tetangga mereka, dan siluet perbukitan hijau di kejauhan.

Saking asyiknya memandangi jendela Jungkook, Lisa tidak menyadari ketika Jungkook berjalan mendekatinya dan berdiri di hadapannya.

"Lisa,"

Lisa mengalihkan pandangannya dan sedikit mendongak ketika ia mendapati sosok tinggi Jungkook di hadapannya.

"N-ne?"

"Apa kau menyukai Hyungku?"

"Hyung Anda?" Lisa memiringkan wajahnya dan mengernyit kebingungan.

"Namjoon-hyung,"

"Hah?" tanpa sadar Lisa memekik agak keras. Shock mendengar pertanyaan Jungkook.

Jungkook menatap tajam Lisa, menunggu gadis itu untuk segera menjawab pertanyaannya.

💜💜💜💜💜

Vote dan comment jika berkenan

Brilliant Manoban -

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 62.9K 60
cuma karna melawan orang tua.. aku di jodohkan sama ceo perusahaan terkenal.. tapi umurnya bertaut jauh dengan aku ( maaf story ini akan di perbaiki...
283K 43.7K 52
Tidak ada kata selamanya dalam dunia ini. Baik pertemuan ataupun perpisahan. Karena pada akhirnya, ada saat dimana yang bertemu akan diberpisah dan y...
3.9M 62.1K 32
''Lis Mau Jatah''-Jungkook ''Engga!!Gaada Jatah-Jatah''-Lisa Mengandung Unsur 21++ Yg Polos Balik Dah:V Tapi Kalo Mau Pro Silahkan Baca~
3.9M 90.4K 75
BLΛƆKPIИK IN YOUR AREA ‼️ LIRIK LAGU ✅ BIODATA ✅ FOTO ✅ MV ✅ BLINK AREA