ALKANA [END]

By hafifahdaulay_

1M 46.4K 3.1K

Alkana Lucian Faresta dan pusat kehidupannya Liona Athena. Alkana mengklaim Liona sebagai miliknya tanpa pers... More

PROLOG
CAST
Trailer
CHAPTER 01
CHAPTER 02
CHAPTER 03
CHAPTER 04
CHAPTER 05
CHAPTER 07
CHAPTER 08
CHAPTER 09
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
CHAPTER 35
CHAPTER 36
CHAPTER 37
CHAPTER 38
CHAPTER 39
CHAPTER 40
CHAPTER 41
CHAPTER 42
CHAPTER 43
CHAPTER 44
CHAPTER 45
CHAPTER 46
CHAPTER 47
CHAPTER 48
EPILOG
New Story! (Squel)

CHAPTER 06

27.6K 1.1K 42
By hafifahdaulay_

HAPPY READING:)

"Besok gue pastiin, hubungan yang lo banggain itu bakalan hancur!"

~Alkana Lucian Faresta~

Tidur damai seorang gadis langsung terusik ketika air mengguyur wajahnya dengan tak berperasaan. Air yang memasuki hidungnya membuat dirinya kesakitan hingga duduk terbatuk-batuk.

Sialan! siapa yang berani mengguyur dirinya dan membuat tempat tidurnya basah kuyup. Liona menaikkan tatapannya, tebakannya benar ternyata wanita ular itu yang dengan tak berperasaan telah menyiramnya.

"Apa nggak ada cara yang lebih beretika? Sampai Tante dengan tidak beradabnya mengguyur saya?!"

Miranda terbahak sambil memegang ember di tangannya "Hahaha adab hanya berlaku untuk manusia, sedangkan saya meragukan kamu ini manusia atau bukan? Kamu tidak lebih dari sekedar hama pengganggu Liona!" Miranda terkekeh sambil melipat tangannya di depan dada.

Rahang Liona mengeras menahan amarah, gadis itu hendak menyerang Miranda, namun wanita itu dengan sigap menghentikan pergerakannya, "Eitsss, mau nampar saya? Hahaha Liona Liona, apa kamu tidak merasa tersiksa dengan hukuman Papa kamu kemarin malam? Berani kamu nampar saya? Akan saya adukan sama Mas Arga, dan kamu akan di usir dari rumah ini!" Miranda menghempas kasar tangan Liona.

"Pasti Tante kan yang menghasut papa sampe hajar Liona habis-habisan!" tebak Liona yang tentu saja benar.

Miranda mencengkram dagu Liona, "Tentu saja, dan seterusnya saya akan membuat hari-hari mu seperti di neraka putriku tersayang!!" jawabnya sengit lalu menghempaskan wajah Liona sambil berlalu ke luar kamar, saat Miranda membuka pintu ia bisa melihat Aurel berdiri di ambang pintu lengkap dengan seragam sekolahnya sambil menatap Liona mengejek.

Ibu dan anak sama saja! batin Liona, mencoba bersabar gadis itu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sepuluh menit kemudian gadis itu keluar lengkap dengan seragam sekolahnya, Liona duduk di meja rias untuk menyisir rambut panjangnya lalu menutupi luka di wajahnya dengan bedak.

"Miris banget hidup gue." gumam gadis itu meratapi nasib fisiknya yang penuh luka memar.

Liona mengenakan kaos kakinya yang setinggi bawah lutut untuk menutupi memar di betisnya. Selesai memakai sepatu, gadis itu meraih tas sekolahnya yang sudah lengkap dengan buku pelajarannya hari ini, karena biasanya Liona melihat jadwal mata pelajaran pada malam hari, agar paginya ia tidak kerepotan terlebih lagi ketika ada PR.

Liona turun ke bawah untuk sarapan, gadis itu merasa lapar karena dari kemarin malam belum makan apapun. Tiga manusia itu sudah duduk di sana, Liona menarik kursi ujung untuk duduk. Posisinya berhadapan langsung dengan sang Papa, dengan Aurel dan Miranda di samping kiri dan kanan Arga tentunya. Meja yang panjang membuat jarak mereka jauh, baru saja ingin mengoleskan selai pada rotinya suara Arga menghentikan pergerakannya.

"Bangun telat, sarapan telat, dan langsung duduk tanpa mengucapkan apapun, di mana sopan santun mu Liona?!" Arga menatapnya tajam.

"Lihat Aurel, dia selalu bangun tepat waktu, sarapan tanpa membuat orang lain menunggu, dan punya tata krama yang bagus!" lanjut Arga.

Liona menghela nafas lelah, dia tetap memilih bungkam lagipula tidak akan ada pengaruhnya dia menjawab, yang ada dia akan semakin di sudutkan.

"Liona!!" teriak Arga berapi-api karena kesal merasa di abaikan, "Kamu denger kan apa yang Papa bilang?!"

Liona memutar bola matanya malas, nyatanya hal itu semakin membuat Arga naik darah. Dia merasa Liona sudah tidak menghargai dirinya lagi sekarang.

"Liona! Jaga sikap kamu, saya ini Papa kamu!" bentak Arga.

Liona menyelesaikan sarapannya, ia lantas berdiri lalu berlalu dari sana. Saat Arga ingin menyusulnya Miranda lantas menahannya dan menenangkan amarah suaminya itu.

"Sabar Mas, mungkin Liona masih marah sama kamu setelah kejadian kemarin, seharusnya kamu tidak perlu sekeras itu pada Liona Mas, ingat dia anak perempuan." ucap Miranda bak seorang ibu yang peduli pada anaknya.

"Benar Pa, kasian Kak Liona." tambah Aurel membuat Arga menatap mereka kagum. Istri dan anaknya begitu baik, kenapa Liona sangat tidak menyukai mereka? batin Arga berteriak frustasi.

"Seandainya Liona mengerti kalian tulus dan peduli padanya, pasti dia akan menerima kehadiran kalian di rumah ini. Namun hatinya seolah tertutup entah karena apa?." heran Arga, ia sebenarnya bertanya-tanya mengenai sikap Liona yang seketika berubah ketika ia menikah dengan Miranda. Padahal selama ini gadis itu adalah tipikal anak yang baik, penurut, dan selalu ceria.

Miranda adalah wanita yang baik menurut Arga, jiwa keibuannya membuat Arga kagum dan berfikir jika Miranda akan cocok menjadi ibu sambung bagi Liona, terlebih lagi Aurel, dia gadis yang baik dan berpikiran dewasa. Namun kenapa Liona nampak sangat membenci mereka berdua? Batin Arga.

Namun Arga hanya berfikir bahwa Liona masih belum bisa menerima posisi ibunya Nilam tergantikan oleh Miranda. Sayang sekali Arga tidak tau jika Miranda adalah perempuan jahat yang hanya mengincar hartanya, dan Aurel adalah gadis munafik yang mengincar apapun yang Liona miliki.

"Udah selesai kan sarapannya? Ayo Papa antar."

Aurel mengangguk semangat, seperti biasanya Aurel akan berangkat sekolah di antar oleh Arga. Selama ini Arga menawarkan Liona untuk berangkat bersama, namun gadis itu menolak mentah-mentah dengan kasar. Katanya ia jijik bila berdekatan dengan Aurel, tentu saja itu menyulut emosi Arga, hingga akhirnya mereka akan berakhir bertengkar.

******

Mobil yang mereka kendarai kini telah tiba di SMA Venus, Aurel yang hendak turun dari mobil melihat siluet Liona turun dari angkot, Aurel tersenyum miring. Bermain-main sedikit sepertinya tidak masalah, hitung-hitung untuk menaikkan mood nya di pagi hari. Karena penderitaan Liona adalah kesenangan baginya.

"Aurel sekolah dulu ya Pa." pamitnya mencium tangan ayah tirinya itu. Arga mengangguk lalu tersenyum menatap anak tirinya itu. Aurel keluar dari mobil lalu menutup pintu, dari kaca mobil yang terbuka Arga berujar.

"Hati-hati, dan semangat belajarnya anak Papa!" Arga menyemangati Aurel membuat gadis itu mengembangkan senyumnya. Tepat saat itu Liona lewat tepat di depan mobil Arga, jadi mustahil jika Liona tidak mendengar ucapan Papa nya, rasa sesak mulai menggerogoti dadanya. Liona menatap nanar pada Arga, lalu menoleh ke arah Aurel yang kini tengah menatapnya mengejek.

Arga melihat Liona di depan mobilnya, ada rasa bersalah melihat putri kandungnya itu turun dari angkutan umum, namun itu salah Liona sendiri karena tidak pernah mau berangkat bersama mereka.

"Hati-hati Pa." peringat Aurel saat Arga melajukan mobilnya,

Tanpa memperdulikannya mereka Liona berjalan masuk, namun seseorang nampak seperti sedang menunggunya di area parkir membuat Liona urung melanjutkan langkahnya.

Liona menatapnya tanpa ekspresi, berniat melanjutkan langkahnya yang tertunda lelaki itu dengan gesit menahan pergerakannya. Liona menatap tangan yang sedang menggenggam tangannya lalu menatap wajah si pemilik tangan, Malvin.

"Lepas!" ucap Liona penuh penekanan.

Cowok itu menggeleng cepat, "Nggak Li, kita perlu bicara sayang." ucapnya penuh permohonan. Liona memejamkan matanya sejenak menahan amarah.

"Lepas brengsek!" bentaknya lalu menghempaskan tangan Malvin.

Namun Malvin kembali ingin menahan tangannya, namun usahanya gagal karena seseorang datang tepat di belakang Liona dan mencengkram erat tangan Malvin.

Malvin menatap nyalang Alkana yang sepertinya akhir-akhir selalu menjadi pengganggu antara dirinya dan Liona, Malvin yang tidak suka Alkana sedari awal karena sikap brandal mereka dengan teman geng nya, menjadi lebih tidak menyukai cowok itu karena telah mengusik pacarnya.

"Lepas! ini bukan urusan orang asing kayak lo!" tekan Malvin tajam, Alkana bukan siapa-siapa di sini, suka atau tidak suka namun nyatanya perkataan Malvin itu benar, ego Alkana sedikit terusik mendengar ucapannya. Namun itu hanya berlaku untuk sekarang karena sebentar lagi ia akan segera memperjelas statusnya dengan Liona.

Sebentar lagi.

Alkana tetaplah Alkana, lelaki keras kepala yang tidak akan pernah menerima kekalahan.

"Jangan sentuh cewek gue Brengsek!" sarkas Alkana sambil meremas tangan Malvin kuat. Tatapannya begitu tajam dan menusuk ke arah Malvin seperti monster.

Ketiga antek Alkana yang melihat itu hanya mampu bergidik ngeri melihatnya, Alkana seperti ingin menelan Malvin hidup-hidup.

"Alkana kalo marah serem banget ya nggak?" celetuk Bintang yang di angguki keduanya.

"Dia gak pernah main-main sama omongannya." sahut Kenzo memasukkan tangannya ke dalam saku celana sekolahnya.

Langit meringis melihat wajah kesakitan Malvin, "Ngeri Anjing! Bisa remuk tangan anak orang!" heboh Langit. "Tapi gue seneng kalo orangnya si Malvinjing." ralatnya kemudian.

Liona mendongak untuk melihat wajah Alkana yang lebih tinggi darinya, merasakan tatapan itu, Alkana menunduk untuk menatapnya balik. Tatapan mereka bertemu, Liona menggeleng pelan pada Alkana.

Alkana memejamkan matanya kesal, ia paham maksud Liona, tak ingin memperkeruh suasana hati gadisnya Alkana menghempaskan tangan Malvin dengan kasar.

"Urat malu lo udah putus?" tanya Malvin emosi.

"Liona pacar gue! Semua orang tau itu, kenapa lo ngejar-ngejar cewek gue bangsat!" suara Malvin yang meninggi membentuk kerumunan di sana, Liona menunduk, ini yang paling tidak ia sukai, menjadi pusat perhatian.

"Dan bukan rahasia umum lagi, kalo lo selingkuh sama adik pacar lo sendiri!" Alkana tersenyum miring, Ia memindahkan posisi Liona menjadi di belakang tubuhnya, kemudian mendekat dan berbisik pada Malvin.

Aurel yang juga berada di sana langsung mendapatkan tatapan sinis dan mencemooh dari orang-orang di sekitarnya. Karena akhir-akhir ini selain Liona yang di gosipkan, kedekatan Aurel dan Malvin tentu tidak lepas dari sorotan mereka.

"Untuk saat ini Athena masih pacar lo, besok gue pastiin hubungan yang lo banggain itu bakalan hancur!"

"Dan dia sendiri yang bakalan mutusin lo!" lanjut Alkana lalu berlalu dari sana sambil menyeret Liona.

Malvin mengepalkan tangannya erat, ia tidak akan membiarkan Alkana merebut Liona dari dirinya, tidak akan pernah. Lagipula mustahil jika Liona meminta putus, karena Malvin tau Liona cinta mati padanya. Mungkin karena alasan itu juga Malvin berani main gila dengan Aurel di belakang Liona.

Dan panggilan apa itu tadi? Athena? rupanya si brengsek Alkana itu sudah memiliki panggilan khusus untuk pacarnya, jika Malvin kerap memanggil Liona 'Lili' maka Alkana memanggil Liona dengan nama belakangnya.

Langit melangkah pelan begitu juga dengan Bintang dan Kenzo, lelaki itu menghentikan langkahnya sejenak saat berada tepat di samping Malvin.

"Nantangin Bos gue, sama aja lo cari mati!" ucap Langit dengan nada rendah.

"Dimana pun lo berada, tatap waspada." lanjutnya tersenyum miring.

"Hati-hati!" Bintang ikut menakut-nakuti Malvin, Kenzo tersenyum miring melihat wajah pucat Malvin.

******

Alkana membawa Liona ke arah rooftop, sejuknya angin pagi menyambut mereka. Tidak ada siapapun di sana, hanya mereka berdua saja.

"Lepas Alkana!" ronta gadis itu. Alkana menurut, namun diganti dengan cengkraman di bahu Liona.

"Putusin dia Athena!" bukan permintaan, nada perintah lebih mendominasi dalam ucapan Alkana.

Liona menahan nafas, lalu kemudian gadis itu menggeleng cepat, ia akui ia kecewa pada Malvin, namun untuk mengakhiri hubungannya yang sudah terjalin dua tahun lamanya, rasanya Liona tidak sanggup.

"Nggak bisa!" bantahnya cepat.

"Apa yang lo harapkan dari hubungan toxic itu! Dia jelas-jelas udah--"

"Gue tau, Malvin emang udah ngelakuin kesalahan sama Aurel, tapi untuk ngelepas dia? Jujur gue gak sanggup. Hubungan yang kami jalanin bukan sebulan dua bulan Alkana, tapi dua tahun. Gue gak bisa buang kenangan dua tahun itu gitu aja!"

Rahang Alkana mengeras menahan emosi, sialan! Kenapa untuk menyingkirkan hama seperti Malvin begitu sulit. Jika tidak bisa dengan cara halus, baiklah Alkana akan bertindak sesuai caranya sendiri.

Alkana melepas cengkraman dari Liona, seragam gadis itu sedikit kusut bekas tangan Alkana, menandakan betapa kuatnya cengkraman itu.

"Fine.... kayaknya gue terlalu lembut sampe lo berani nolak, gue gak suka di bantah! Putusin Malvin atau...."

Liona menatap tajam pada Alkana, untuk menyembunyikan ketakutan pada dirinya, "Atau apa?" Liona dengan berani menantangnya.

"Sama seperti sebelumnya Alkana, lo bukan siapa-siapa gue, stop! ngatur-ngatur gue!" tegas Liona dengan suara tercekat.

Emosi Alkana langsung terpancing ia menyudutkan Liona ke tembok lalu mencengkram rahang gadis itu.
"Lo yang maksa gue bertindak kasar Athena!"

"Lepas!" air mata gadis itu mulai mengalir, jujur Liona sangat takut sekarang. Alkana menarik tengkuk gadis itu lalu menciumnya dengan kasar. Liona memberontak, Alkana tidak memberi jeda bagi gadis itu untuk mengambil nafas, kaki Liona lemas seperti jelly. Alkana menahan pinggang itu dengan tangannya.

Merasakan gadis itu mulai melemah Alkana baru melepaskannya, ia tersenyum puas melihat Liona yang sibuk mengatur nafasnya dengan penampilan berantakan, pipinya basah, bibirnya bengkak serta hidungnya yang memerah. Alkana tersenyum gemas dalam hati.

Alkana menarik Liona kedalam pelukannya, kali ini gadis itu tidak berontak, Alkana membingkai wajah Liona dengan tangannya lalu menghapus jejak air mata di pipi gadis itu. Alkana menempelkan kening mereka, kedua mata Alkana terpejam, berada di dekat Liona selalu membuat dirinya merasa nyaman.

"Lepas..." lirih Liona setelah beberapa lama mereka di posisi seperti itu. Kali ini Alkana membiarkan gadis itu pergi. Setelah gadis itu menghilang dari pintu Alkana mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Jangan terlalu maksain diri Bos, gue takut Liona benci sama lo." tegur Langit di pintu rooftop, mereka jelas melihat Liona menangis saat melewati mereka tadi. Alkana menghela nafas panjang.

Kenzo menepuk pundaknya sebagai penyemangat, "Cepat atau lambat gue yakin, Liona pasti bakalan cinta sama lo."

Cinta? Entahlah, sepertinya Alkana meragukan hal itu, melihat banyaknya penolakan yang Liona berikan membuat dirinya frustasi. Sepertinya Alkana harus sedikit mengancam gadis itu agar menurut.

"Rencana yang pernah gue omongin kemarin, gue mau kita lakuin itu besok!" Alkana menatap mereka satu persatu. Langit, Bintang, dan Kenzo saling melirik lalu mengangguk mantap.

"Untuk detailnya, nanti malam kita kumpul di Markas. Ada hal lain juga yang mau gue omongin."

"Siap bos! Anak-anak yang lain perlu di ajak? Biar gue umumin di grup." Langit mengeluarkan ponselnya, anggukan dari Alkana membuat Langit langsung menggerakkan jemarinya di atas benda pipih itu.

"Gue ke kelas, ada yang mau ikut?" celetuk Kenzo.

"Perasaan gue akhir-akhir ini lo rajin belajar," tuding Bintang menaikkan sebelah alisnya heran. Pasalnya mereka seringkali kali bolos mata pelajaran karena malas.

"Apa yang lo kejar?" tanya Alkana juga. Alkana tau betul jika Kenzo tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa alasan dan tujuan yang jelas.

Kenzo langsung salah tingkah, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ketiganya semakin heran, "Gak papa sih, gue cuma pengen berubah aja. Ingat, nakal boleh bego jangan!" Kenzo membuang pandangannya ke arah lain karena ngeri melihat ekspresi sahabatnya.

Langit menatap Kenzo sinis, "Maksud lo kita bego gitu? Heh! Asal lo tau ya, kita itu emang pinter dari sononya, liat nih si Bos, jarang masuk kelas tapi tetap pinter tuh! Juara umum lagi!"

Alkana tersenyum miring pada Kenzo, "Bolos satu mata pelajaran gak bikin gue bego!" Kenzo menghela nafas berat mendengar ucapan Alkana.

Bintang tertawa terbahak-bahak, "Kalo Alkana pinter gue percaya, tapi kalo lo Ngit? Aduh kayaknya perlu di ragukan hahaha!" mendengar itu Langit langsung memukul kepala Bintang.

"Diem lo anjing! Lo juga Ken, gue gak percaya lo mau berubah tiba-tiba, atau jangan-jangan ini permintaan cewek lo ya?!" Langit menatap Kenzo mengintimidasi. Wajah Kenzo memerah hingga ke telinga.

"What the fuck? Lo salting Ken?!" heboh Langit mendekati Kenzo lalu membingkai wajah itu dengan tangannya. Alkana menatap penasaran pada Kenzo, jujur ia mulai tertarik dengan perdebatan mereka.

Kenzo diam tak menjawab. Itu dapat di artikan sebagai 'iya' bagi mereka.

"Awalnya gue gak percaya pas pertama kali lo bilang kalo lo punya cewek, tapi waktu kacungnya si River bilang dia liat lo sama cewek kemarin, gue langsung percaya." terang Bintang tiba-tiba.

"Se spesial apa sih tuh cewek, sampe bisa bikin kulkas kayak lo tunduk! Lama-lama lo bucin juga ya Ken sama kayak si bos." sinis Langit.

Alkana dengan tak berperasaan menendang pantat Langit yang berdiri membelakangi dirinya hingga membuat cowok itu tersungkur.


"Aduh pantat bohai dan wajah bak dewa Yunani gue!! Huaaa tega banget lo Bos!!"

Bintang semakin tertawa terbahak-bahak jarang-jarang ia melihat Langit teraniaya seperti ini.

"Iri bilang babu!" hina Alkana berjalan pergi dari sana, melihat kesempatan itu Kenzo langsung menyusul Alkana, dari pada dirinya tetap di sana, bisa di pastikan Langit akan terus menerus bertanya tentang gadisnya. Ahh memikirkan gadis itu membuat mood Kenzo naik.

Langit berdiri dengan bantuan Bintang, "Tega banget si bos nendang pantat montok gue, aduhh!" Langit mengelus pantatnya mencoba menghilangkan rasa sakitnya.

"Lagian elo sih! Kalo ngomong itu di saring dulu, atau lo cari cewek gih!, kayaknya hidup lo yang suram itu butuh penerangan!" Langit mendelik sinis mendengar ucapan Bintang.

"Kayak udah punya cewek aja lo Babi!" teriaknya menggebu-gebu. Bintang memegang telinganya meringis.

******

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring Alkana sudah berada di parkiran sambil duduk di atas motornya nampak menatap ke arah gerbang di mana para siswa siswi Venus sedang beradu untuk pulang.

Alkana menunggu Liona tentunya, namun gadis itu tidak muncul sejak tadi. Ponsel Alkana berbunyi, tanpa melihat nama yang tertera di sana Alkana langsung menerima panggilan tersebut.

"Selamat siang Tuan muda."

"Kenapa?" desaknya dengan mata terus tertuju ke arah gerbang.

"Saya sudah meretas cctv di kediaman kekasih anda, ternyata dugaan anda benar Tuan muda, Nona mengalami tindakan kekerasan fisik. Untuk rekamannya akan segera saya kirim."

Alkana mengepalkan tangannya erat mendengar itu, pantas saja gadisnya meringis kesakitan kemarin malam. Semenjak Liona berada di rumah sakit kemarin, Alkana sudah merasa ada yang tidak beres dengan keluarga gadis itu.

"Tuan besar sudah pulang Tuan muda, beliau meminta anda untuk segera pulang untuk bertemu, ada yang ingin beliau bicarakan."

"Kapan?" tanya Alkana.

"Hari ini tuan."

"Shit!" umpat Alkana dalam hati.

Alkana terdiam, bukan karena ucapan tangan kanan ayahnya, melainkan karena pemandangan di depannya, Liona memasuki mobil rongsokan Malvin. Lalu melaju melewatinya begitu saja. Mereka sempat bertatapan beberapa saat, Malvin tersenyum remeh padanya, dan Liona langsung membuang muka.

Alkana mengepalkan tangannya, double shit! Apa mau gadis itu sebenarnya?! Alkana memejamkan matanya sejenak mengatur emosinya. Panggilan tersebut masih terhubung.

"Gue kesana nanti, masih ada yang harus gue urus!" ucap Alkana sambil memperhatikannya mobil Malvin yang mulai menjauh.

"Baik Tuan muda."

Panggilan tersebut berakhir, Alkana langsung melacak posisi Liona dari ponselnya, tanpa gadis itu ketahui Alkana sudah menghubungkan ponsel keduanya saat gadis itu di rumah sakit. Jadi kemanapun Liona pergi, Alkana akan langsung mengetahuinya.

Titik merah pada layar ponsel terus bergerak menuju sebuah kafe di ujung jalan. Alkana tersenyum miring. Ia langsung memasang helmnya dan menyalakan mesin motor sport nya.

"Langsung balik?" tanya Kenzo yang baru datang bersama Langit dan Bintang, mereka hendak mengambil motornya yang selalu terparkir bersama motor Alkana dan anggota Xanderoz lainnya di sekolah ini. Siswa-siswi Venus seolah menyediakan tempat khusus untuk mereka. Alasannya karena tidak ada yang ingin berurusan dengan Xanderoz yang berbahaya itu.

"Hm, gue ada urusan." ucap Alkana lalu menjalankan motornya menjauh dari sana.

Continue Reading

You'll Also Like

AREKSA By Itakrn

Teen Fiction

34M 3.3M 64
"Perasaan kita sama, tapi sayang Tuhan kita beda." ****** Areksa suka Ilona Ilona juga suka Areksa Tapi mereka sadar... kalau mereka berbeda keyakina...
56.2M 5.6M 51
"πš‚πšŽπš™πšŠπšœπšŠπš—πš πš•πšžπš”πšŠ πš’πšŠπš—πš πš‹πšŽπš›πšŠπš”πš‘πš’πš› πšπšžπš”πšŠ." -π’œπ“‚π‘’π“Žπ“ˆπ’Ύπ’Άπ’Ά, 𝟒𝟒.𝟒𝟒 "Tolong jemput gue, Ka," pinta gadis itu. "Gak bisa, gue...
10.6M 1.7M 71
Cakrawala Agnibrata, dia selalu menebar senyum ke semua orang meskipun dunianya sedang hancur berantakan. Sampai pada akhirnya kepura-puraannya untuk...
SAMUEL By Itakrn

Teen Fiction

20.2M 2.4M 38
[Sudah Terbit + Part Masih Lengkap] Baby El, panggilan kesayangan dari Azura untuk Samuel. Namanya Samuel Erlangga. Laki-laki tampan dengan segala ke...