Australia - Buku 1

By blast_pool007

27 0 0

1 tahun berlalu sejak perang biokimia, aku Andrean Julianto, bersama 25 rekanku akan menyelamatkan sisa dunia... More

Roma - Buku 2

Australia - Buku 1

19 0 0
By blast_pool007


Sydney, musim panas. Waktunya untuk berburu, sebelum perburuan dimulai perkenalkan namaku Andrean Julianto, aku dilahirkan di Syney, Australia. Awalnya kota ini sangat makmur, dan merupakan salah satu kota besar Australia. Semuanya berubah saat pecah perang biokimia diseluruh dunia. Tiga perempat negara di dunia mengalami kehancuran, dua pertiga nya bahkan pecah menjadi beberapa negara kecil. Termasuk Australia. Kini Australia lenyap dari peta dunia, pecah menjadi beberapa negara, salah satunya tanah kelahiranku yang kini menjadi Sydney Democratic.

Perang tersebut juga mengubah segalanya, aku yang dulunya hanya bisa menempati ranking akhir kelas, tiba-tiba perang tersebut mengubahku, meskipun perubahan itu membutuhkan waktu 1 tahun lamanya aku dalam keadaan koma.

Gen darahku yang unik membuat radiasi kimia yang menghancurkan kotaku mengubah strukturnya, kini tak ada hal yang tak bisa ku hitung, dan tak ada sesuatu apapun yang luput dari mataku. Mataku kini laksana setajam mata elang. Benda apapun yang kulemparkan akan selalu dapat mengenai tepat di sasaran, berapa jauhpun sasaran itu berada.

Aku ditemukan dalam keadaan koma, oleh seorang Profesor jenius, yang bernama Bryan Lukastia. Dia berhasil mempertahankan tubuhku tetap normal dalam keadaan koma, selama 1 tahun.

"Dimanakah aku ?" pertanyaan tersebut terlontarkan saat pertama kalinya aku membuka mata di Rumah Sakit.

"Tenanglah, kau belum terlalu pulih. Saat ini kau berada di tangan ilmuwan terbaik dunia. Kau di rawat di Batavia Hospital, Javanese Republic." jawab seorang gadis berusia sepantar denganku.

"Oh," aku memegang kepalaku, masih terasa sangat sakit.

"Efek obat masih bekerja, kamu telah koma selama 1 tahun." seorang pemuda yang juga sepantar denganku dan berkacamata aneh kini yang berbicara.

"Obat ? 1 tahun koma ?" aku masih belum mengerti apa yang terjadi.

"Ya, tahun lalu. Kau ditemukan dalam keadaan sangat parah. Saat sekolahmu terkena serangan udara entah dari negara mana. Dan hal itu terjadi saat pecah perang biokimia." kini giliran seseorang yang sudah berusia sekitar 60 tahun yang bicara.

"Tenanglah, kawan. Semua yang tergabung disini memiliki nasib yang sama. Bisa dikatakan beruntung, bisa juga tidak." seorang gadis dengan wajah manis tersenyum kepadaku.

"Tunggu 2 jam lagi, kau baru bisa bangun dari tempat tidur." laki-laki tua itu berkata kembali. "Ayo, anak-anak. Saatnya kita kembali ke ruang simulasi." laki-laki itu kemudian mengajak 3 remaja lain yang bersamanya untuk mengikutinya.

Ruang Simulasi ? Aku masih bingung dengan keadaan semua, tetapi hatiku memintaku agar aku bersabar selama 2 jam.

***

Dengan membawa papan seluncur berteknologi tinggi, aku mengintai jantung kota Sydney. Inilah yang aku sebut berburu. Bukan berburu hewan, tidak karena aku sangat menyayangi hewan. Namun yang aku buru adalah para penjahat. Sejak perang biokimia pecah, banyak penjahat yang berkeliaran, ditambah lagi banyak ilmuwan yang mendadak menjadi gila dan terobsesi menguasai dunia.

***

2 jam telah usai, aku bangkit dari tempat tidur ruang perawatan. Sebuah drone kecil datang sebelum aku sempat berdiri.

"Tunggu sebentar Tuan Andre, saya scan dulu kondisi anda." dari drone tersebut keluar cahaya merah dan men-scan seluruh tubuhku. "Ok, anda telah fit 100%. Silahkan bergabung ke ruang simulasi, ikut bagian lantai berwarna kuning." drone tersebut kembali berbicara setelah sekitar 2 menit men-scan tubuhku.

Aku hanya mengangguk, aku berjalan mengikuti arahan drone tersebut, menuju ruang simulasi.

Ternyata ruang simulasi merupakan sebuah ruangan khusus untuk remaja-remaja sepertiku, yaitu remaja yang selamat dari korban perang biokimia dan berubah kode genetiknya,

Pemuda berkacamata aneh yang aku lihat tadi sedang menghancurkan berbagai patung boneka gips dengan sinar dari matanya. Aku terpana, mengingat hal itu kupikir hanya dalam kisah superhero. Gadis yang tersenyum padaku ternyata bisa mengeluarkan energi listrik dari tangannya, wow keren sekali. Dan gadis yang pertama kali berbincang denganku seram melihatnya karena tubuhnya sedang membesar dan diselimuti oleh duri tajam.

Sementara di sudut ruangan aku melihat laki-laki tua itu sedang memperhatikan ke semua remaja yang sedang berlatih tersebut. Aku menghitung mereka berjumah 25 orang. Eh, berarti aku ke 26 ?

Laki-laki itu seperti bisa merasakan kehadiranku, aku terkejut saat ada suaranya datang, padahal dia jauh di ujung sana.

"Andre, kemari." itulah kata-katanya.

Meskipun terkejut dan agak heran, aku tetap datang menghampirinya.

"Perkenalkan, nama saya Profesor Bryan Lukastia." laki-laki itu memperkenalkan dirinya.

Aku hanya bisa mengangguk, agak canggung.

"Mungkin terasa aneh bagimu ya ? Ok, ini gunakan gadget ini di lenganmu." Prof. Lukastia memberikan sebuah gadget berbentuk jam tangan. Aku semakin terkejut ketika gadget tersebut aku gunakan, terasa menyatu di dalam lenganku.

"Saya menggunakan teknologi nano untuk menyembuhkanmu. Gadget ini bagian dari teknologi tersebut. Nah sekarang ketuk simbol bumerang di tengah gadget tersebut." Prof. Lukastia menjelaskan hal yang membuatku bingung. Aku hanya bisa mengikuti perintahnya.

Seketika baju yang aku gunakan berubah, menjadi warna hijau daun dengan logo bumerang ditengahnya. Dan juga otomatis sebuah topeng kacamata terpasang dimataku. Meskipun awalnya aku risih dengan kacamata tersebut. Namun setelah mengetahui fungsinya, aku sangat senang.

***

Kembali ke masa kini, aku mengintai dari gedung tertinggi di Sydney. Telingaku yang juga menjadi sangat peka mendengar sebuah alarm berbunyi, ya bunyi alarm di Sdyney Central Bank. Aku segera menuju ke sana menggunakan papan seluncur yang otomatis muncul saat aku ketuk tombol di gadget lenganku.

Saat aku tiba 4 mobil patroli telah mengepung bank sentral tersebut. Aku mendarat tepat di depan salah satu opsir yang aku kenal.

"Apa yang terjadi Letnan ?" tanyaku.

"Boom, senang melihatmu Nak." Letnan tersebut menepuk bahuku. "Biasa, 13 Pasukan Besi Hitam berusaha merampok Bank Sentral."

"Hanya 13 ?" aku agak terkejut, karena biasanya Pasukan Besi Hitam bereaksi dengan jumlah yang banyak.

Saat itu juga sebelum aku beraksi, sahabat baikku yang kebetulan juga lagi berada di Sydney muncul mendadak seperti kebiasaannya.

"Bagaimana situasinya Lyon ?" gadis itu yang selalu sering membuatku terpesona bertanya.

"13 Pasukan Besi Hitam, Monique." jawabku. Ya, gadis itu bernama Monica Emanuella Deschamps. Gadis manis berasal dari kota teromantis dunia, Paris. Gadis itu juga merupakan bagian dari 26 Pasukan Perdamaian Dunia yang bernama Shadow Alphabets. Keahliannya menghilang dan menembus berbagai macam benda saat dia menghilang. Kostumnya putih cemerlang dan kami memberi nama untuknya, White Ghost.

"Ok, aku pantau dulu kondisi di dalam." Monique langsung menekan tombol gadgetnya dan menghilang.

"Tahan anggotamu Letnan, biarkan temanku bekerja memantau situasi di dalam." aku berbisik pada Letnan di sebelahku.

"Kalian adalah anak-anak yang beruntung. Bisa melewati perang biokimia dan sekaligus mendapatkan anugerah kekuatan unik. Dari banyak anak remaja dan orang yang mendapat anugerah tersebut, aku tau hanya 26 saja yang menggunakan kekuatan itu untuk kebaikan." Letnan tersebut tersenyum menatapku, aku hanya bisa mengangguk menunggu informasi dari Monique.

"Ghost to Boom," gadget ku berkedip. Monique menghubungiku.

"Ya Ghost, lanjut."

"Kau yakin hanya 13 ? Karena sensorku membaca lima puluh anggota Pasukan Besi Hitam disini dan ada 1 diantaranya memiliki kekuatan ..." tiba-tiba saja komunikasi terputus, hal ini jelas tidak pernah terjadi. Aku langsung melompat ke papan seluncur. Dengan cepat aku melesat menuju Bank Sentral, Monica dalam bahaya.

Setibaku di pintu depan 2 anggota Besi Hitam menghadang, namun dengan mudah kutaklukkan, aku hanya perlu menggunakan 2 shuriken perak ke mereka, dan mereka terkapar.

Aku langsung terus menerobos ke dalam Bank Sentral, dan disana 11 anggota menungguku. Tetapi aneh, mereka tidak menyerangku.

Tiba-tiba sepuluh meter di depanku, muncul 37 anggota lainnya, satu diantara mereka memegang erat Monica.

"Well, well. Akhirnya kau datang juga Lyon." aku seperti mengenal orang tersebut, tetapi koma 1 tahun membuatku agak lupa siapa dia.

"Lepaskan temanku," aku berteriak dan langsung mengambil posisi siap tempur, 4 drone ku aktifkan untuk membantuku,

"Kau tidak memiliki sensor membaca teknologi menghilang kawan, kau tidak akan menang melawanku." laki-laki yang memegang Monica berkata santai.

"Dia mungkin tidak bisa membaca teknologimu. Tapi aku bisa memastikan, dia akan melihatmu." tiba-tiba 4 sahabatku muncul dibelakangku. Mereka adalah, Brezachi Lazzarini, pemuda berkacamata aneh. Elvira Berliana si gadis berduri, Dianeira Fernandes si gadis listrik dan satu lagi I Made Hidayat, seorang seniman dari Balinese Republic.

"Apa kami terlambat ?" Vira bertanya.

"Kalian tepat waktu," aku tersenyum dan yakin dengan kami berlima pasti bisa mengalahkan Pasukan Besi Hitam.

Laki-laki yang memegang Monica terkejut, dia agak kendur dalam memegang sehingga Monica bisa dengan mudah mengirimkan serangan listrik kepadanya.

Laki-laki itu hanya terkejut namun cukup untuk membuat Monica melesat dan bergabung bersama kami. Karena memang sengatan listrik bukan keahlian dari Monica.

"Baiklah, mari kita tangkap mereka semua." aku langsung mengerahkan 4 drone ku dan juga melemparkan 4 butir kelereng ke empat anggota Besi Hitam. Lazza mengeluarkan sinar pembeku, 3 anggota mematung menjadi es. Dian berhasil menyetrum 6 diantaranya. Sisanya yang belum diserang mengaktifkan mode menghilang. Namun hal tersebut hanya bertahan sepuluh detik, karena Made menyemburkan tinta biru ke seluruh ruangan.

Vira dengan cekatan melepaskan 10 duri tajam terarah kepada 10 anggota yang langsung tak berdaya terkena serangannya. Lazza kembali menyerang, 4 anggota menjadi beku. Dian menumbangkan 7 orang hanya dengan tangan kosong, dia menggunakan kecepatan lari kilat untuk menghadapi mereka. Sisanya berusaha kabur, namun Made telah menggunakan teknologi serat cat kuning miliknya.

Tersisa tinggal satu diantara mereka. Sosok yang agak berbeda, sosok itu sedang dilawan oleh Monica. Namun aku yakin Monica bukan tandingannya. Aku melemparkan dua bumerang andalanku, namun dengan mudah laki-laki itu menepisnya. Aku terkejut baru kali ini aku meleset.

Lazza melepas beruntun sinar pembeku, dan berhasil. Namun hanya 2 detik saja, es yang dibuat Lazza mencair. Dalam keadaan basah karena es, Dian segera menyerang dengan listrik merah. Namun laki-laki itu hanya mundur dua langkah merasa geli atas serangan tersebut. Vira melepaskan 5 duri besar beracun miliknya. Dengan mudah laki-laki itu menangkap serangan Vira.

Kini gantian laki-laki itu yang menyerang, dengan mudah bumerang milikku diangkat olehnya menggunakan energi kinetik dan melempar ke arahku. Satu berhasil aku hindari, yang kedua persis memukul bahuku, aku terpelanting dari papan seluncurku.

Laki-laki itu menggenggam kedua tangannya, dan keluar energi dingin yang dimiliki Lazza dan membuat Lazza membeku seketika. Listrik merah serangan Dian juga digunakan laki-laki tersebut, dua buah cambuk dengan merah membara keluar dari tangannya dan dihajarkan ke Dian. Dalam keadaan genting tersebut, laki-laki itu tertangkap oleh lilitan rantai baja yang dilepaskan oleh Chantika Rahmania yang baru saja tiba di Bank Sentral. Laki-laki itu cukup terkejut dan tak menyangka serangan dari Chantique. Ia berusaha berontak, namun rantai baja itu bukan lah teknologi, sehingga tidak akan bisa diserap oleh laki-laki tersebut, rantai baja biasa dengan teknik mekanis tinggi, semakin berontak, semakin terikat.

"Untunglah aku datang tepat waktu." Chantique tersenyum lembut.

"Chan, apakah kau datang bersama Lee ?" Lazza yang telah berhasil mencairkan dirinya menuju ke arah Dian.

Tanpa dijawab Chantika, Lee Shiao Chi melesat masuk dengan teknik teleportasi. Dia segera mengeluarkan dua buah jarum berteknologi nano. Dan segera menyuntikkan ke tubuh Dian. Hampir saja terlambat, serangan balik listrik merah Dian menghabisi dirinya sendiri.

"Yang lain, apakah ada yang terluka parah ?" Lee menatap kami satu persatu.

"Hanya luka ringan Lee, yang terparah adalah Dian."

Kami semua kemudian pergi ke markas besar dengan pesawat Red Falcon yang dibawa oleh Hans Schumbarg. Seorang pilot berpengalaman, mantan angkatan udara Jerman.

***

Tiga jam perjalanan, kami semua tiba di markas besar. Nina Lestari telah menyiapkan hidangan untuk kami.

"Kalian pasti lapar, mari silahkan di santap." Nina mengatakannya setelah kami semua turun dari Red Falcon.

"Thanks, Nin. Kamu memang yang terbaik. Entah apa jadinya kami jika kamu tidak mengurus semua." Lazza mengangguk dan tersenyum.

"Oh, Dian. Ada apa dengannya ?" Nina terkejut karena melihat Dian di gotong masuk oleh aku dan Hans.

"Terkena listrik merah miliknya." jawab Hans pendek.

"Kok bisa ?" Nina terkejut, karena hal ini hampir bisa dikatakan tidak mungkin.

"Laki-laki itu yang melakukannya." aku menunjuk sosok laki-laki yang tengah digiring oleh Chantika dan Made.

"David ?" Nina terkejut melihat laki-laki yang berada dalam ikatan rantai baja Chantika.

"Eh, kamu kenal ?" Monica heran melihat Nina mengenal laki-laki itu.

"Ya, David adalah pamanku. Apa yang dia perbuat ? Aku mengira tragedi tsunami yang diakibatkan ledakan rudal perang biokimia membuatnya meninggal." Nina agak gemetar mengingat kejadian setahun silam.

"Tidak Nin, dia bahkan memiliki kekuatan yang amat dahsyat. Semua nano teknologi dan mutasi genetik kalian dapat diserap dengan mudah olehnya." tiba-tiba saja muncul Prof. Lukastia di depan kami.

"Prof," aku terkejut. Meski sering Prof. Lukastia tiba-tiba hadir aku masih sering terkejut.

"Ya, itu sebabnya aku mengirim Chantika, Lee dan Hans menyusul kalian ke Sydney, tepat setelah Frank dan Gregory menemukan jejak lelaki ini." jelas Prof. Lukastia. "Untunglah tidak terlambat, jika saja terlambat kita bisa kehilangan Dian." lanjut Prof. Lukastia.

"Eh, ayo kita makan saja. Nanti keburu tidak enak masakanku." Nina memotong pembicaraan dan menyuruh kami ke ruang makan.

Tanpa disuruh dua kali kami menuju ruang makan. Di sana Frank dan Gregory sudah menanti.

"Yang lain dimana ?" tanyaku.

"Jessica dan Kintan saat ini berada di Ibukota Borneo Republic, disana terjadi demo besar-besaran yang ingin menurunkan pemerintahan yang sah. Omar, ditemani Xavier dan Quincy menangani masalah di Timur Tengah. Prisillia saat ini di kerajaan Aceh dia sedang membantu pemulihan suasana pasca tsunami setahun lalu. Rhandita, Sherly, Teddy, dan Umairah saat ini sedang membantu pengungsi Timur Tengah menuju India. Via, William, Yamamoto, dan Zhevanka saat ini berada di London, masih berkecamuk perang saudara disana berusaha merebut tahta kerajaan." Prof. Lukastia menjelaskan panjang lebar.

Aku hanya bisa mengangguk dan kemudian menduduki kursiku dan kami semua memulai makan malam ini.

***

Usai makan malam, kami memasuki ruang kamar masing-masing dan beristirahat. Karena kapanpun ada bahaya, alarm akan membangunkan kami dan dalam sekejap kami akan tiba ditujuan.


Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 28K 60
I ran downstairs in the living room to see all my brothers circling Nefeli who was looking for me desperately, in panic. Ah, I knew the scream could...
3.8M 113K 64
‼️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ‼️ Sesama anak tunggal kaya raya yang di satukan dalam sebuah ikatan sakral? *** "Lo nyuruh gue buat berhenti ngerokok...
194K 5.3K 98
not you're average mafia brothers and sister story.. This is the story of Natasha Clark, an assassin, mafia boss, and most of all the long lost siste...
MIRACLE By Ara

Teen Fiction

324K 11.8K 45
"My mother named me Miracle, but I am anything but a miracle in her and our family's life. I am a mistake. I am a product of a heinous crime." Miracl...