Air Mata Anne

By RonaBukit17

2.8K 112 17

Kekuatan hati yang dimiliki Anne tidak melepaskan dirinya dari keterpurukan. Anne, seorang anak yang tidak p... More

Prolog
Pillihan
Bersemayam dibalik senyum
Pemilik kekuatan
Walaikumsayang
TTM
Danau Saksi Bisu
Balasan berbuat baik
Kesurupan
Hati yang terciduk
Pengakuan
Terkuaknya Kebenaran
Pedih
Dibalik Cinta Pak Indra

Persimpangan

79 4 0
By RonaBukit17

Tiada yang abadi di dunia ini. seperti hujan yang berakhir dengan sebuah pelangi yang indah, begitu pula kesedihan yang akan berganti menjadi sebuah kebahagiaan.

Anne sampai di persimpangan jalan raya, siapa yang tau kita akan bertemu siapa dan di waktu yang seperti apa. Siluet Mayda sudah ada di warung kecil tepat di persimpangan.

"Kau kenapa si Butet? Kok tiba-tiba kali kau pulangnya?"

Hati Anne sedikit terobati dengan kemunculan Mayda yang tidak disangkanya.

"Lari berapa kau kesini? Kok cepat kali?" tanya Anne.

Mayda nyengir membalasnya.

Satu kepiawaian seorang Mayda, dia sangat bisa membuat suasana menjadi penuh tawa meski hati teriris. Sepanjang perjalanan, seperti tidak kehabisan amunisi, Mayda selalu berhasil membuat sudut bibir Anne terangkat naik.

"Eh nek, aku haus, kita berenti di SPBU ya? Ucap Mayda memelankan kereta.

"Anne menatap bingung, Kau mau minum bensin?" canda Anne.

"Paokmu kelewatan lo nek! nanti kalok aku mati, yang sukak sama kau siapa lagi?"

Anne tertawa terbahak "Ada Pak Indra!" refleks Anne.

Satu nama yang berhasil membuat Mayda terdiam.

Anne merasa bersalah karena itu, hingga sampai di pom bensin, Mayda lebih banyak diam dan hanya menjawab iya dan enggak ketika Anne bertanya.

"Makan bakso di situ yok beib?" Anne ingin membayar kesalahannya dengan menunjuk seubah warung bakso dekat dengan pom bensin.

"Nebus dosa ya ma?" goda Mayda.

"Mau gak?" Ucap Anne manja.

"Oke sayang, kau duluan ya!"

"Lah, kau mau kemana?"

"Kencing! Ikut?" balas Mayda.

Anne tertawa terbahak. "Nanti lah kalok kita dah nikah!"

"Kau mau nikah samaku?" Tanya mayda penasaran dengan jawaban Anne.

"Ya kalok jodoh kenapa enggak!"

"gak mungkin lah nek! awak apalah, udah bejad, remahan rengginang lah untuk keluarga kau!"

"Aaaaaamiiiiiinnnnn! kuaminkan mampos kau kan!"

"Iss kok kejam kali kau nek!"

Anne hanya membalasnya dengan juluran lidah.

***

Anne memilih meja lesehan di dalam ruangan warung bambu. Tempat yang bebas dari debu dan kebisingan mobil tengki minyak. dan tempat yang disukai oleh Mayda yang katanya lebih romantis.

Sambil menunggu Mayda, Anne mengamati dekorasi warung bambu yang unik. Dan betapa terkejutnya Anne melihat sosok Pak Indra hanya berjarak dua meja di hadapannya, yang juga sedang menatapnya.

Jantung Anne berdegup kencang. Hanya menyebut namanya saja sudah bisa membuat dunia Mayda menjadi diam, bagaimana kalau dia tau Pak Indra ada di ruangan yang sama dengannya.

Benar saja, Mayda pun tiba di tempat dimana Anne dan pak Indra saling melempar pandangan.

Anne langsung tersadar dan melihat raut wajah Mayda yang berkerut. Sementara pak Indra berdiri dan menghampiri Anne.

"Eh bu Anne, kebetulan ya! Kita jodoh mungkin ya? Saya boleh gabung ya?"

Anne merasa sangat canggung dalam situasi ini.

Mayda pun duduk dengan muka masam.

Hampir setengah jam obrolan yang di dominasi oleh pak Indra dan hanya memberikan sedikit kesempatan untuk Mayda angkat bicara.

Anne? Dia hanya bisa menjawab seadanya dan terkadang mengajak Mayda masuk kedalam obrolan mereka yang berakhir dengan ucapan Pak Indra yang berhasil mematahkan hatinya.

"Bu Anne kan baik, pasti jodohnya juga orang baik lah!"

Entah apa maksud perkataan itu, seolah Pak Indra tau siapa sebenarnya seorang Mayda.

"Pak Indra maaf nih, aku mau ngambel kelapa pulak tadi di suruh mamak, kami pulang duluan lah ya pak ya?" kesal melihat kedekatan Pak Indra dan Anne.

"Loh, kok buru-buru kali? Yaudah pulang duluan aja, nanti Anne saya yang antar pulang!"

Mata Mayda mau keluar mendengar Pak Indra mengucap nama Ibu Anne menjadi Anne. Kekesalannya pun semakin menjadi dengan menatap Anne sinis.

"Boleh kan saya panggilnya Anne aja!" lanjut Pak Indra.

Anne hanya tersenyum kecut.

"Gak usah pak! Saya naik kereta sama Mayda." Refleks Anne.

Pak Indra tidak bisa mencegah Anne.

***

Brakkk...

Lubang besar menyambut Anne dengan terbuka lebar. Anne terjatuh kekiri diikuti oleh kereta hitamnya. Suara klakson berbunyi panjang mengisi jalanan. pengemudi kereta dan mobil berhenti dan menonton kejadian itu. tidak sedikit juga yang membantu memapah tubuh Anne yang sudah terkulai lemah di pekatnya aspal. Soerang lelaki paruh baya membawa kereta Anne ke tepi jalan. Seorang Ibu muda meminumkan air mineral ke bibir Anne. Sesaat setelah itu, Anne tersadar apa yang terjadi, tubuhnya terasa sakit. Anne merintih kesakitan. Bajunya robek hingga memperlihatkan luka menganga di bagian siku tangan dan lututnya, ditambah dengan kepalanya yang seperti kena hantaman.

"Ada sodara kak yang mau di telpon biar jemput kakak kesini?" seorang lelaki muda menanyainya.

"Ma-" suara Anne tercekat. Ia baru menyadari ini semua terjadi karena dia berkecepatan tinggi untuk mengejar Mayda yang kesal kepadanya.

"Gak-gak, aku gak pa-pa kok!" jawab Anne langsung.

Berselang lima belas menit, keadaan kembali seperti semula, tidak ada lagi kerumunan. Hanya tersisa Ibu muda yang rela menunggu Anne dan memberikan tawaran untuk mengantarnya pulang. Anne menolaknya dengan halus.

"Aku bisa sendiri kok kak, paling bentar udah baek lagi nya!"

Tidak tega melihat Anne, wanita itu menunggu hingga Anne benar-benar sudah bisa mengemudikan kereta dengan baik.

Air mata Anne hampir saja terjatuh mengingat kejadian hari ini, perjalanan pulangnya diisi dengan dada yang sesak hingga tidak bisa bernafas dengan sempurna. Perlahan tapi pasti, akhirnya kereta sampai di halaman rumah, perlengkapan yang dititip kepada Mayda sudah ada di teras rumah. Anne menelan ludah. Sesalah itu kah aku? tanyanya dalam hati. . Lagi, dan lagi, Anne hanya bisa beristighfar kepada maha pemberi rasa, maha pemberi kekuatan.

Keadaan rumah yang sepi tak berpenghuni sedikit membuat Anne lega, dia bisa membersihkan sekujur tubuhnya tanpa harus diketahui oleh lika dan yang lainnya.

Anne membaringkan tubuhnya yang terasa remuk di atas ranjang yang berlapiskan tikar tipis.

Terngiang semua kejadian yang menimpanya dari awal dia menginjakkan kaki di tempat itu hingga detik dimana dia terhempas dari kereta hingga meremukkan sekujur tubuhnya. Mengingat lagi orang-orang yang ditemuinya satu persatu hingga saat ini. Hingga ia terlelap dan terbangun mendekati adzan maghrib.

Matahari sudah hampir tertutup oleh awan kelabu, ada yang aneh, hingga terbangun Anne tidak melihat sosok Lika dirumah.

Dengan meringis sakit, Anne mencoba berdiri dan menunaikan kewajiban sebagai seorang muslimah. Hingga selesai maghrib pun Lika masih belum terlihat, Anne melanjutkan dengan membaca ayat-ayat suci Alqur'an sambil menunggu waktu isya.

Suara kereta semakin mendekat kearah rumah Anne dan Lika dan tepat berhenti di depan pintu rumah. Anne menghentikan bacaannya, mendongak kearah pintu. Anne mengerutkan dahi melihat dua orang yang ada di atas kereta, siapa lagi kalau bukan Lika dan Rey. Wajah Lika dan Rey pun berubah pucat pasi melihat Anne.

"a-e-ka-kau kok udah pulang Nek?" tanya Lika dengan terbata.

"Kok kau sama Rey lagi?" tanya Anne dengan tatapan sinis kearah Rey.

"Ya-ya-a-aku minta maaf ya nek! kami udah saling maaf-maafan kok!" tambah Rey.

Anne mengangkat bahunya.

"Kak Anne...." suara Urak melengking memenuhi ruangan.

"Kakak gak usah pergi kenapa? Aku kan gak punya kawan kalok pulang sekolah!" kesal Urak

"Ah kau perlunya sama kakak kalok gak ada kawan aja! Kalok ada kawan kau kakak gak diingat!" canda Anne.

"Ih gak kek gitu kak- eh ada bang Rey, abang mau tidur disini lagi?" kalimat yang menambah keterkejutan Anne.

Sama terkejutnya dengan Lika yang langsung menarik tangan Urak hingga ia kesakitan.

"Apa katamu?" bentak Lika.

Anne balik membentak Lika, "Apanya kau bo? Dia anak kecil kau kek gitukan!" Anne menarik tangan Urak dan Urak memeluk pinggang Anne.

Aliran darah Rey seolah tidak sampai di wajahnya. Dia hanya terdiam mematung dengan bibir menganga.

"Mulutnya kadang belebih kali Urak ini, gak sukak aku nengoknya! Manalah mungkin Rey tidur disini, maulah aku di belah sama Paman Musa." Balas Lika dengan nada yang cemas.

Anne berlutut hingga sejajar dengan Urak.

"Kau nengok bang Rey tidur disini?" tanya Anne lembut dan membelai pucuk kepala Urak.

Urak menganggukkan kepalanya tanpa berani melihat Anne. Dia masih takut dengan Lika.

"Heh, kapan kau tengok aku tidur sama Rey? Hah?" Lika mendorong keras bahu Urak.

"Lika! Diam kau!" teriak Anne.

"Dah tau aku jawabannya ya! Gak perlu kau jelaskan lagi!"

"Maksudmu nek? kau percaya sama dia?" Lika menunjuk Urak kasar.

"Kutanyak sama kau Rey, ada kau tidur disini semalam?" Anne beralih menatap Rey.

"Kan dah kubilang gak ada, ya gak ada nek!" Lika kembali membentak Anne.

"Urak, kakak boleh nanyak?" Anne membelai halus punggung tangan Urak. Urak hanya mengangguk.

"Kau udah ada bilang nampak bang Rey tidur disini sama siapa aja?"

Urak menggelengkan kepalanya.

"Sayang, jangan kasi tau sama siapa-siapa ya, terutama bapak sama mamak! kakak boleh mintak tolong kan?" Anne tersenyum untuk Urak. Urak membalas senyuman itu sembari memeluk kakak kesayangannya.

"Kek mana kalok dia bohong nek? kan kau pun belom nanyak dimana dia nengok Rey?" bentak Lika.

"Iya nek! kau bisa nyimpulkan kalok aku tidur sama Lika?"

Anne mencoba berdiri dengan menahan rasa sakit di lututnya.

Anne memejamkan matanya beberapa detik dan menarik nafas.

"Aku tanyak sama kalian, kalian disini ngelakuin kek gitu?" tanya Anne datar.

"Maksudnya?" Lika dan rey serentak.

"Udahlah, kita dah dewasa! Jawab aja sekarang!" tambah Anne.

"Gak ada loh nek Rey tidur samaku!" bentak Lika.

"Kau masih gak ngaku? Hah? Kutanyak sama kau, ada rupanya tadi Urak bilang kalok kau tidur sama Rey, Rey tidur sama kau? Hah? Cobak klen jawab?" Anne membentak Lika dan Rey.

Sangat mudah bagi Anne untuk mengetahui seseorang berbohong atau tidak.

"Dia yang goda aku nek! dia yang nyuruh aku tidur disini!" sela Rey ketakutan.

"Apa kau bilang?" Lika meronta.

"Kau yang duluan megang megang aku!" bentak Lika.

"Kecilkan suara kau, kalok gak mau semua orang tau bejat kau!" gondok Anne dengan nada kasar.

"Okey dah tau aku kelakuan kau kau ya bo! Aku gak sanggup bekawan sama kau! Apalagi serumah sama kau! Besok pagi aku pulang! Gak mau aku hidup dekat sama orang bejat kayak kau itu! ngerti kau?!" racau Anne dengan sesak di dada yang mengalahkan rasa sakit yang menjalari tubuhnya.

"Ne-nek-ne..." Brakkk.... Lika terjatuh tak sadarkan diri.

"Bo-bo-bo...." Anne kaget. Rey pun begitu terkejut dengan wajah yang pucat. Urak ketakutan memeluk Anne.

Rey memangku kepala Lika dan mencoba membangunkan, sama halnya dengan Anne yang menepuk pelan pipi Lika dan memanggil-manggil namanya.

Perlahan mata Lika terbuka. Anne dan Rey merasa lega.

Tapi kelegaan mereka ternyata hanya sesaat.

Lika langsung berdiri secapat kilat dan menarik tubuh kecil Urak dan langsung melingkarkan jarinya di leher Urak.

Urak menjerit dan menangis ketakutan. Anne dan Rey apalagi.

Anne kalab dan langsung berteriak "Paman.....paman...paman..."

Semua anggota keluarga Paman Musa dan Paman Kadir pun berlarian menuju teras rumah.

Sorotan mata Lika tajam, dengan air liur yang keluar dari sudut bibirnya membuat dia lebih menyeramkan dari biasanya.

Lika berteriak dan tertawa terbahak seperti biasanya saat dia kesurupan. "hahahaha...hahahaha... enak nian darahmu, lezat nan nikmat..."

Entah apa yang dikatakan Lika, Urak sudah membiru di genggamannya.

Bibi Sena menjerit dan berteriak "Jangannn...". Sari menangis sejadi jadinya.

Paman Musa dan Paman Kadir menarik tubuh Lika. tapi ternyata kekuatan Lika jauh lebih besar dari mereka berdua. Hingga mereka pun terjatuh tersungkur di lantai.

Suasana semakin mencekam saat Urak tak lagi mampu menangis ataupun bersuara.

Bibi Sena histeris dan terjatuh tak sadarkan diri. Istri Paman Kadir dan anak-anak memboyong Bibi Sena masuk ke rumah dengan tangisan.

Anne tidak tau harus berbuat apa. Dia hanya mampu berdzikir di dalam hati dan membacakan ayat kursi dengan pelan.

Tangan kiri Lika tiba-tiba terlepas dari leher Urak.

"Jangan kau baca tu! Aku tak suka dengar bacaan tu!" mata Lika melotot menunjuk Anne. Nada bicara Lika dengan khas Melayu asli.

Paman Musa dengan sigap menarik tubuh kecil Urak. Dan Alhamdulillah Urak dengan nafas terengah kembali menangis ketakutan, dia berlari kehalaman dan memuntahkan isi perutnya.

Anne terkejut takut melihat sorotan mata Lika yang mengerikan dengan tatapan dan telunjuk yang mengarah kepadanya.

Anne menenggelamkan kepalanya di pundak Rey. "Aku takut Rey..." ucap Anne gemetaran. "Aku jugak nek!" Rey pun dengan nada ketakutan.

Paman Musa memeluk tubuh Lika dari depan, Paman Kadir menarik kedua tangan Lika kebelakang. Paman Musa memukul keras dahi Lika dan Paman kadir menekan ibu jari Lika dengan sangat keras hingga tubuh Lika melemas, kembali tak sadarkan diri dan jatuh kedalam pelukan Paman Kadir.

"Dari mana kau?" Paman Musa menatap seng rumah. Paman Kadir pun dengan tatapan yang sama.

Anne dan Rey saling beradu pandang sebelum beralih menuju pandangan Paman Musa dan Paman Kadir.

"Kalau kau ndak disuruh urang mangganggu kaluarga saya, kenapa kau kemari?" Paman Musa masih melihat tempat yang sama.

Anne sangat-sangat ketakutan, hal yang sangat aneh baginya. Tidak ada dalam logikanya. Dalam hatinya bertanya "Tempat apa ini? Tempat apa yang didatanginya? Kenapa dia harus terjerumus dan kenal dengan orang-orang ini?"

"Pigi kau! Kalau kuliat kau kemari lagi, kukasi kau ini!" Paman Musa mengeluarkan sebuah buntalan kain dari saku celananya.

Dia kemudian membukanya dan melemparkannya kearah atap rumah.

Paman Musa dan Paman Kadir bertatapan seolah semua sudah selesai.

Paman Musa berlari menggendong Urak. Paman Kadir dan Rey menggotong tubuh Lika.

Lika di geletakkan diatas tikar di ruang tamu. Bibi Sena masih lemas tak berdaya.

Anne mangambilkan air hangat untuk Bibi Sena dan yang lainnya.

"Anne, ayok ikut Paman bentar!" Paman Musa mengajak Anne ke teras depan.

Paman Kadir dan Rey mengikuti dari belakang.

Paman Musa menyruhnya duduk di bangku teras.

"Kayak mana tadi kejadiannya?" tanya Paman Musa.

Anne terdiam menelan ludah. Matanya perlahan menuju wajah Rey yang seperti melihat hantu.

"Kok kau dah pulang? Bukannya katamu kau pulang minggu sore?"

Anne menarik nafas dalam. "Aku pun gak terlalu tau Paman, abis maghrib Urak tadi datang karna nampak aku dah dirumah, nah pas itu orang Lika sama Rey pun sampek, gak lama Lika jadi kayak gitu." Jelas Anne.

Wajah Rey perlahaan memerah lega karena Anne tidak menceritakan kebenarannya.

"Kau Rey, kemana rupanya kau tadi sama Lika? pacaran kau sama dia?" Paman Musa mengintrogasi Rey.

Rey tersedak dan menelan ludah.

"a-e-a-e.."

"a-e-a-e kau... jawab kau!" bentak Paman Kadir.

Anne menunduk ingin tertawa melihat ekspresi Rey.

"I-iya Pak! Aku pacaran sama Lika!" Rey memberanikan diri angkat bicara.

"Nah kek gitu lah! Jawab yang tegas kalok jadi laki-laki!" tegas Paman Musa.

Rey tersenyum kecut.

"Dah, pulang kau sana! Dah malam, lain kali jangan keluar maghrib-maghrib sama Lika, datang kerumah boleh, tapi jangan keluar abis maghrib, siang boleh! Gak pa-pa lah kalok kau pacaran sama Lika, setuju aku, kau anak baek, keluargamu pun keluarga baek-baek gak kayak Mayda!" ketus Paman Musa.

Anne menghela nafas kasar. "Aku gak pacaran sama dia Paman!" kesal Anne.

"Gak tau aja kalok si Rey itu bejat, penjahat kelamin, orang baik? Orang baik dari mana? keluarga baik? Huff, dasar gak bisa nilai orang!" batin Anne dalam kekesalan.

Rey mencium punggung tangan Paman Musa dan Paman Kadir sebagai tanda pamit pulang. Rey menarik tangan Anne untuk mengantarkan kepulangannya. Anne sontak menghempasnya tetapi tetap mengantarnya hingga keluar dari halaman rumah.

"Makasi ya nek! betul kata Mayda kau itu orangnya baek kali!"

Anne hanya melirik sinis sebagai tanggapan kalimat Rey.

"Cobak aja kau gak sukak duluan sama Mayda, aku jugak pasti sukak sama kau!"

Anne melotot semakin sisnis. Rey tersenyum melihatnya.

"Terus kau mau niduri aku jugak gitu? Hah? Cobak kau jawab?"

"Nek, kami gak ngapa-ngapain! Betol lah! Kau gak percaya kali samaku! Aku pun masik ingat adekku, mamakku!"

"Obagus kalok gitu! Sanalah kau pigi! Muak aku nengok mukak kau pun!"

"Ih ngeri kali kau nek! seram kali!"

"Baguslah kalok kau rasa aku seram! Gak kutelan pun kau sukur! Gak pigi kau sekarang? Hah?"

"Iya nek-iya, Makasi ya cantik!" goda Rey.

"Pigi kau PK! Penjahat kelamin!"

"Ya Allah nek, segitunya aku dimatamu?"

Anne tidak memberikan kesempatan lagi untuk Rey. Dia membalikkan punggung menuju rumah.

Semua anggota keluarga tidur dirumah Lika dan Anne. Takut kalau-kalau Lika kambuh lagi.

Perasaan cemas dan ngeri melintasi pikiran Anne dengan detail kejadian yang terpapar hari ini. Matanya menutup tapi pikirannya teringat akan kampung halamannya, rindu akan kedua orangtuanya. Ingin rasanya ia memeluk tubuh yang disebut sebagai bidadari tak bersayap. Ia hanya mampu membawanya dan menyebut namanya dalam doa malamnya. Berharap agar Allah sangan pemilik waktu segera memberikan waktu untuknya keluar dari tempat yang sangat menguji adrenalim itu.

Update kelamaan....

Maklumlah laptop masih kongsian sama yang lagi diuber deadline wisuda...

Masih banyak yang harus di koreksi, Happy reading, like n comment yah sist bro...

Continue Reading

You'll Also Like

343K 7.5K 93
Sebastian is a daddy that has been looking for his perfect little boy. He eventually meets Oliver who is two years old and most importantly, the perf...
26K 2.1K 28
In a distant corner of the world, young Azaina Aazi resides in opulence, yet her heart aches from neglect by her mother, who shields her from the tru...
105K 6K 145
𝐭𝐡𝐞 𝟐𝐧𝐝 𝐛𝐨𝐨𝐤 𝐨𝐟 𝐬𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐨𝐥𝐢𝐯𝐢𝐚 𝐫𝐨𝐝𝐫𝐢𝐠𝐨 𝐚𝐧𝐝 𝐲/𝐧'𝐬 𝐦𝐞𝐞𝐭-𝐜𝐮𝐭𝐞𝐬/𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢�...
270K 1K 30
Just some AO3 shots not mine credit to owner ❤️