I'm Fine || Kim Seokjin ✓

By kimjinieya__

138K 9.1K 531

[COMPLETE] Seokjin adalah namja berbahu lebar seluas samudera pasifik yang memiliki sifat pendiam, dingin dan... More

1
2
3
Perkenalan tokoh
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Promot
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45 (End)
Cuma Mampir...

35

1.7K 162 5
By kimjinieya__

Sebelumnya~~

"Uljimmayo. Jangan membuat Eonni panik seperti ini" lirih Eunha.

"Aku merindukan Seokjin Oppa, Eonni" lirihnya.

💜
💜
💜
💜
💜
💜
💜

"Seonji-ya" panggil Jungkook lembut.

Kedua yeoja ini langsung melepas pelukan mereka. Mendengar Jungkook memanggil namanya, Seonji memandang lesu ke arah Jungkook.

"Uljimma"

"Kook-a, aku sungguh sangat merindukan Oppaku yang dingin itu hiks... aku ingin tahu kabarnya bagaimana sekarang ini hiks..." ujar Seonji sesegukan.

Melihatnya menangis membuat hati Jungkook merasa sakit. Entah kenapa dia merasa bersalah saat dia harus membohonginya. Dia membawa kekasihnha ke dalam dekapannya. Wajahnya ia sembunyikan di bahu kecil milik Jungkook. Usapan yang di berikan okeh Jungkook bukannya menenangkan justru membuat Seonji menangis semakin menjadi.

"Seonji-ya, jebalyo... Uljimma, eoh..." ujar Jimin berusaha menenangkannya.

'Mianhae Seonji-ya, aku harus berbohong denganmu. Ini bukan keinginanku, tapi Jin hyung sendiri yang meminta kami untuk tidak mengatakannya padamu, Seonji-ya. Mianhae' lirih Jungkook dalam hati.

Rasa bersalah di hatinya semakin besar dikala Seonji menangis tak henti-hentinya. Mereka bingung harus bagaimana agar Seonji berhenti menangis. Chani merogoh saku celananya mengambil benda pipih yang disebut ponsel itu. Mengirim pesan pada Seokjin hyungnya.

Chani

Hyung, Seonji menangis.
Dia merindukanmu, aku harus bagaimana?

Send

Menunggu hyungnya membalas, dia berusaha menenangkan adik bungsunya.

"Seonji-ya, kamu ingat tidak? Dulu Seokjin hyung pernah bilang apa padamu?" tanya Chani lembut.

Tidak ada jawaban dari sang adik. Justru adik bungsunya ini masih sesegukan di pelukan Jungkook.

"Seokjin hyung bilang jangan pernah kau menangis, kalau kau menangis Seokjin hyung akan marah padamu. Masih ingat?"

Pertanyaan Chani membuat adiknya mengangguk menanggapinya. Membuat senyuman terukir di bibir Jungkook, Chani dan Eunha.

Drt~

Chani melihat notifikasi pesan masuk dari hyungnya.

~1 new massage from Seokjin hyungie~

Seokjin hyungie

Tenang kan dia.
Bukankah besok kamis sekolah kalian diliburkan?

Chani

Ne hyung.
Kami libur.

Read

Seokjin hyungie

Hyung akan ke rumah besok pagi.

Chani

Arraseo hyung

Read


Pesan yang di kirimkan olehnya hanya di baca Seokjin. Dia menghela nafas pasrah saat melihat Seonji masih sesegukan. Saat Chani ingin mengatakan sesuatu pada Seonji, bel masuk berbunyi.

Kriiiiinggggg~~

"Seonji-ya, berhentilah menangis. Kita masuk kelas sekarang" ujar Chani lembut.

Seonji mengangguk mengiyakan. Tangannya megusap kasar pipinya menghapus jejak air mata di pipinya. Setelah itu mereka bangkit beranjak dari lapangan menuju kelas mereka masing-masing.

💜
💜
💜

Setelah kembali dari rumah sakit, Dahyun tidak langsung pulang ke rumahnya melainkan ke kampus. Padahal dia tidak ada jadwal kuliah siang hari ini. Justru dia hanya melamun sendirian di taman kampus. Penjelasan yang di berikan pada Seora tadi pagi membuatnya tidak bisa fokus melakukan apa saja. Tatapannya begitu kosong. Fikirannya selalu tertuju pada Seokjin kekasihnya. Selama dia tidak ada di sini sungguh membuat orang-orang yang ia tinggalkan merindukannya. Tapi setelah ia kembali dari Canada justru membuat mereka khawatir. Beluk semua. Hanya Dahyun yang baru mengetahui tentang keadaan Seokjin saat ini.

Karena terlalu sibuk melamunkan Seokjin, ia tak menyadari jika ada seorang namja yang mendekatinya dengan perlahan. Namun anehnya kedua tangannya ia sembunyikan seperti tengah membawa sesuatu di balik punggungnya. Namja ini tersenyum senang di saat melihat mata Dahyun tengah tak fokus. Dia terus mendekatinya.

"BOOM!!"

"Kkamjjagiya!" kaget Dahyun.

Dahyun tersentak kaget saat dikejutkan secara tiba-tiba oleh namja itu. Bahkan tangannya reflek mengusap-usap dadanya yang berdetak dengan sangat cepatnya. Ia menoleh menatap tajam ke arahnya.

"Inseong! Bisa tidak jangan mengagetkanku?!" kesal Dahyun.

"Hahahaaa... Arraseo, mian"

Dahyun mendengus. Belum juga ia menghadap lurus ke depan kembali tiba-tiba Inseong mengeluarkan setangkai bunga dari balik tubuhnya. Betapa terkejutnya ia saat mendapatkan bunga mawar merah secara tiba-tiba dari Inseong.

"Apa ini?"

"Untukmu"

"Buat apa?"

"Eobseo. Aku hanya ingin memberikanmu bunga"

'Karena aku akan menyatakan cintaku padamu. Semoga saja kau mengambilnya chagi-ya' batin Inseong senang.

"Gomawo, tapi kau tak perlu melakukan hal yang seperti ini"

Dahyun membalikkan tubuhnya ke depan fokus dengan banyaknya mahasiswa/i yang berjalan di depan sana. Taman kampus memang dekat dengan jalan untuk masuk ke gedung kampus.

'Kau tidak bisa membodohiku Inseong-a. Aku tahu jika aku mengambil bunga ini, itu artinya aku resmi menjadi kekasihmu. Mian, aku tidak bisa melakukannya' batin Dahyun kesal.

"Eeyyy... Ayolah... Ini hanya bunga, khusus untukmu Dahyun-a"

"Aku pergi dulu" dingin Dahyun.

Dengan cepat ia segera pergi dari hadapan Inseong tanpa memandangnya. Melihat kepergian Dahyun, ia meremat bunga itu dan membuangnya kasar.

"Sial!"

Iapun juga melangkahkan kakinya pergi meninggalkan taman dengan perasaan kesal karena gagal. Sedangkan Dahyun berjalan menuju gerbang kampus. Namun dia dikejutkan kembali dengan suara klakson dari belakang.

Tin

"Kkamjjagiya! Aissshh! Jinjja! Kenapa hari ini aku selalu sial! Menyebalkan!" kesal Dahyun.

Ia membalikkan tubuhnya dengan malas. Dapat terlihat sebuah mobil berhenti di sampingnya. Kaca mobil turun. Lagi. Dahyun mendengus kesal.

"Wae?" tanya Dahyun kesal.

"Kenapa wajahmu musam seperti itu?"

"Karena aku kesal denganmu"

"Na? Wae naya?"

"Geurae, neo! Kau sudah mengagetkanku Min Yoongi-ssi!" tegasnya.

"Aaahhh.... Mian"

"Sudah? Hanya itu saja?"

"Hm. Terus maumu seperti apa?"

"Aaiisshhh!"

Dia melenggang pergi begitu saja dengan perasaan kesal. Sangat kesal. Bahkan dia berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil.

"Yak! Dahyun-a! Kau mau ke mana?!" teriak Yoongi.

"Pulang!!" balas Dahyun teriak.

Yoongi melajukan mobilnya perlahan. Mensejajarkannya dengan langkah cepat dari Song Dahyun.

"Yak! Aku mau ke Apartementnya Hanseol hyung! Kau mau ikut tidak?!"

Langkah Dahyun seketika terhenti. Begitu juga Yoongi. Yeoja ini terlihat seperti tengah berfikir. Selang beberapa detik Dahyun menatap si namja es ini.

"Baiklah. Aku ikut" finalnya.

"Masuklah"

Tanpa sepatah kata Dahyun masuk ke mobil sport milik Yoongi. Setelah itu Yoongi melajukan mobilnya menuju Apartement Hanseol.

Sepanjang perjalanan menuju Apartement mobil Yoongi begitu sangat hening. Yoongi fokus menyetir dan Dahyun melamunkan sesuatu menatap keluar jendela mobil. Tanpa Dahyun ketahui, sedari tadi mata Yoongi terus melirik menatapnya.

"Apa yang sedang kamu fikirkan?"

"Eobseo" jawab Dahyun pelan.

"Kau yakin?"

"Hm"

'Apa dia memikirkan obat yang jatuh kemarin?' batin Yoongi.

Ternyata selain Dahyun, namja es ini juga tahu bahwa pik yang di ambil oleh Dahyun kemarin malam.

Flashback on~

Saat Yoongi ingin mengambil minum di dispenser dapur, ia mendengar apa yang tengah di bicarakan oleh kedua sepasang kekasih itu.

"Oppa"

"Hm?" kejut Seokjin.

Karena saking kagetnya, tanpa sengaja Seokjin menjatuhkan dua butir obat berwarna orange dan kuning ke lantai tersebut. Yoongi memutar tubuhnya ke arah di mana sahabatnya masih berkumpul. Sembari meminum air mineral yang dia ambil tadi.

"Oppa--- sedang apa?"

"Eobseo. Oppa sedang menunggumu di sini" gugup Seokjin.

"Kau yakin Oppa?"

"Hm"

"Ooo... Baiklah"

Setelah itu Dahyun kembali melanjutkan mencuci piringnya yang tertunda. Ia melihat dua benda kecil yang jatuh ke lantai. Beruntung benda itu jatuh tepat di sisi kanan kakinya. Begitu juga dengan Yoongi. Ia melihat apa yang baru saja jatuh ke lantai. Ia mengernyit. Memfokuskan penglihatannya.

'Itukan pil obat? Apa Jin hyung sakit? Kenapa obat itu terlihat berbeda dengan pil obat lainnya?' penasaran Yoongi dalam hati.

"Dahyun-a, Oppa bergabung dengan yang lainnya ne?"

"Eoh? Geurae, bergabunglah dengan mereka Oppa"

Seokjin mengangguk dan melenggang pergi dari dapur. Sepeninggal Seokjin, ia menunduk mengambil benda yang baru saja jatuh ke lantai. Setelah memungutnya, Dahyun memasukkan dua butir obat itu ke sakunya. Yoongi menaruh gelasnya perlahan.

'Andwae! Aku harus berfikir positif dengan keadaan Jin hyung' batin Yoongi.

Ia meyakinkan dirinya sendiri berfikir yang tidak-tidak. Setelah itu dia pergi bergabung dengan yang lainnya.

Flashback off~

Yoongi menghela nafas frustasi di kala ia mengingat yang kemarin. Tapi entah kenapa sekarang justru kembali kefikiran hyungnya lagi saat ini.

'Apa aku tanya padanya soal yang kemarin?' batin Yoongi.

"Yoon, kapan kita akan sampai?" tanya Dahyun tanpa mengalihkan pandangannya dari luar jendela mobil.

"Sebentar lagi"

Seketika suasana hening kembali. Mereka kembali sibuk dengan fikiran keduanya masing-masing.

"Dahyun-a"

"Hm?"

"Apa yang kemarin kau ambil di dapur?"

Seketika tubuh Dahyun menegang. Kedua matanya terbelalak. Pertanyaan yang Yoongi lontarkan baru saja membuat bibir Dahyun bungkam.

"Apa benda kecil itu adalah pil obat milik Jin hyung?"

"Ba-bagai-mana kau-- ta-hu Yoon?" tanya Dahyun terbata.

"Aku melihatnya kemarin"

Diam.

Dahyun diam membisu. Kepalanya tertunduk dalam. Bingung apa yang harus ia katakan pada Yoongi.

"Kenapa diam?"

Mobilnya ia hentikan di pinggir jalan. Dia beralih menatap Dahyun yang tertunduk.

"Song Dahyun" panggil Yoongi dingin.

"Kau benar Yoon. Itu pil obat milik Seokjin Oppa" jawabnya sembari menatap Yoongi.

"Lalu apa kau tahu itu obat apa?"

"Awalnya aku tidak tahu, tapi aku coba bertanya pada sahabat Hyunsoo Eonni yang bekerja sebagai dokter"

"Apa jawabannya?"

"Dia belum bisa menjawabnya dengan pasti. Obat itu harus di masukkan ke laboratorium untuk di tes"

"Aishh! Aku kira kau sudah tahu itu obat apa" kesal Yoongi memukul kemudinya.

"Tapi dia mengatakan bahwa obat itu untuk mengobati pasien yang mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh yang menjadi lemah dan pasien akan ketergantungan dengan obat itu hingga Tuhan memanggilnya"

"Mwo?! Jadi..."

"Aku tidak tahu pasti Yoon, tapi yang pasti tubuh Seokjin Oppa tidak sekuat dulu. Dia juga tidak boleh banyak fikiran. Jika Seokjin Oppa banyak fikiran, dia akan pusing dan mual. Sahabat Eonniku juga bertanya denganku, apa dulu Seokjin Oppa mati otak atau tidak. Tapi aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di Canada"

Yoongi menyandarkan punggungnya di punggung kursi kemudi. Tatapannya begitu kosong. Sangat kosong. Ia terus menatap kosong kemudi mobilnya. Raut wajah tekejut sangat terlihat jelas di wajahnya.

"Yoongi-ya... Gwaenchanayo?" tanya Dahyun cemas.

Tak ada respon dari Yoongi. Ia seakan menulikan indera pendengarannya. Tidak ingin mendengarkan apa yang akan di katakan oleh Dahyun. Tangan Dahyun terulur menepuk bahunya pelan.

"Yoon?" panggil Dahyun.

Terbuyarlah lamunan itu. Yoongi mengerjap-ngerjapkan matanya pelan.

"Apa kau baik-baik saja?"

"An gwaenchana"

Astaga! Kenapa jujur sekali Yoongi ini? Sebenarnya apa yang tengah di fikirkan oleh Yoongi sekarang? Apa masalah Seokjin?

Dahyun tahu bahwa Yoongi adalah sahabat kecil namja yang baru saja mereka bahas. Tapi dia ingin Yoongi kuat untuk menghadapi semuanya.

"Yoon, aku mohon. Jika kita bertemu dengan Seokjin Oppa, jangan tunjukkan wajah sedihmu. Arrachi?"

Helaan nafas keluar dari bibirnya. "Baiklah, aku akan berusaha tidak menunjukkan kesedihanku" janjinya.

"Ya sudah. Kita pergi sekarang" titah Dahyun di angguki Yoongi.

Setelahnya Yoongi melajukan mobilnya menuju Apartement Hanseol.

💜
💜
💜

"Jin!" teriak Hanseol.

Hanseol memanggil namja berbahu lebar itu dari ruang tamu Apartement. Sedangkan namja yang di panggil tengah sibuk di kamarnya.

"Wae?!" balas Seokjin berteriak.

Ceklek

Hanseol masuk ke kamar namja yang baru ia ajak bicara. Dia menyandarkan lengannya di tembok ambang pintu.

"Hyung akan ke rumah, kau tidak ingin ikut?"

"Aniyo" jawabnya yang masih fokus dengan laptopnya.

"Oh ya, kapan kau akan memutuskan untuk bertemu dengan keluargamu?"

"Mollayo"

"Baiklah. Terserah kau saja. Hyung berangkat sekarang. Kemungkinan besar hyung akan pulang malam. Kalau terjadi sesuatu telfon hyung"

"Hm" dehemnya singkat.

"Ingat! Obatnya jangan lupa di minum, arrachi?" ingat Hanseol.

"Hm"

"Jangan sampai kau kambuh lagi!"

Seokjin mendengus, ia menatap sang hyung. "Sejak kapan hyung menjadi cerewet seperti ini?" kesalnya.

"Sejak kau di nyatakan koma"

Tatapan Seokjin seketika datar. Sangat datar. Bahkan tak ada ekspresi sama sekali di wajahnya. Lalu dia kembali menatap laptopnya.

"Sana pergi kalau hyung mau pergi"

"Kau mengusirku?"

"Aku tidak bicara seperti itu"

"Tapi itu kau seperti sedang mengusirku, Jin-a"

Mendengar omelan Hanseol membuat telinga Seokjin seakan tuli. Dia paling malas jika harus berhadapan dengan orang yang cerewetnya melebihi ibunya. Dia hanya tetap diam membisu.

"Yak! Kenapa kau diam saja eoh? Kau dengar hyung atau tidak sih?"

Bukannya menjawab justru ia menyumpal telinganya dengan earphone. Membuat Hanseol kesal dengan tingkah dinginnya Seokjin.

"Aisshh! Jinjja! Hyung pergi dulu!"

Blam

Pintu tertutup dengan tidak elitnya. Hanseol menutupnya dengan sedikit kencang. Sontak mengejutkan sang pemilik kamar.

Bagaimana bisa Seokjin terkejut? Padahal dia menggunakan earphone di telinganya. Jawabanya adalah earphone itu tidak tersambung ke ponsel atau laptopnya. Tidak ada lagu yang terputar di sana. Jadi dia masih bisa mendengar segala omelan yang Hanseol berikan.

"Aissh! Hanseol hyung ini memang..."

Dia mendengus sebelum mengerjakan kembali apa yang ia kerjakan di laptopnya.

Saat lagi sibuk-sibuknya mengerjakan pekerjaan selama 30 menit, terdengarlah sebuah bel pertanda datangnya tamu berbunyi.

Ting nong

Seokjin menghentikan aktivitasnya. Dia beranjak bangkit dari ranjangnya, lalu keluar dari kamarnya. Sebelum membukakan pintunya, ia melihat siapa yang datang dari intercom. Ia terkejut dengan kedatangan kedua orang yang selalu hadir di kehidupannya. Yeoja yang baru saja datang melambaikan tangannya ke layar intercom. Tidak mau berlama-lama lagi, Seokjin segera menekan tombol untuk membukakan pintu.

Ceklek

"Annyeong Seokjin Oppa" sapa Dahyun girang.

Seokjin tersenyum tipis. "Annyeong" balasnya.

Keduanya masuk lebih dalam lagi ke Apartement milik Hanseol.

"Hyung, kenapa sepi sekali?" tanyanya saat menyelusuri Apartement ini.

"Hanseol Hyung pergi ke perusahaan Abeoji. Duduklah"

"Tanpa di suruhpun kami akan duduk" ujar Yoongi malas.

Seokjin memutar matanya malas. "Kalian mau minum apa?"

"Oppa, biar aku saja yang membuatnya"

"Andwae. Kau ini tamu, jadi duduk dengan nyaman di sini" tolak Seokjin.

"Aku akan tetap melakukannya"

Setelah mengatakannya ia langsung melenggang pergi begitu saja. Melihat kekeras kepalaan kekasihnya membuat dia mendengus pasrah.

"Yoon, hyung ke kamar dulu sebentar"

"Aku ikut hyung"

"Hm"

Sang hyung beranjak dari ruang tengah menuju kamarnya diikuti Yoongi di belakang. Saat mereka memasuki kamar Seokjin, namja berkulit pucat itu menyelusuri seisi kamar tersebut. Sedangkan Seokjin berdiri di sisi ranjang king sizenya. Mengambil laptopnya dan beberapa kertas di sana. Dia ingin membawa barang-barang itu ke ruang tengah. Yoongi yang melihat itu semua berinisiatif ingin membantunya.

"Perlu aku bantu hyung?"

"Tidak perlu. Kita keluar sekarang"

Seokjin langsung melenggang pergi keluar. Di susul oleh Yoongi yang menatap datar punggung hyungnya. Begitu sampai di luar, keduanya mendapati presensi seorang yeoja yang duduk di sofa.

"Kau bawa apa Oppa?"

"Tidak bisakah kau melihat sendiri, Dahyunie?" tanya Seokjin dingin sembari mendudukkan dirinya di lantai bawah depan Dahyun.

Sedangkan Dahyun merengut kesal dengan dinginnya perkataan kekasihnya ini. Bahkan ia mempoutkan bibirnya gemas.

"Tidak perlu cemberut begitu" ujarnya tanpa menatap Dahyun.

"Bagaimana bisa hyung tahu kalau Dahyun cemberut? Padahal hyung menatap laptopmu terus"

"Hyung hanya menebak"

Lagi. Mendengar perkataan Seokjin bibir itu semakin maju. Wajahnya sangat tidak enak di lihat saat ini.

"Tidak perlu merajuk seperti itu"

"Isshh!"

"Kenapa marah?"

"Biarkan saja. Oppa sangat dingin padaku"

"Benarkah?"

"Aisshh! Jinjja! Oppa!"

Helaan nafas gusar terdengar dari bibir Seokjin. Ia menoleh ke belakang. Lebih tepatnya mendongak. Tangan kanannya meraih tangan Dahyun yang terlipat di dadanya.

"Mian kalau Oppa berkata dingin padamu. Maafkan Oppa ne?"

"Sireo!"

"Waeyo?"

"Oppa saja sering bersikap dingin dengan semua orang"

"Mianhaeyo"

Dahyun membuang muka ke arah lain. Kedua tangan Dahyun di genggam erat oleh kekasihnya. Melupakan adanya presensi sang manusia es di samping mereka. Tatapannya begitu datar saat menatap keduanya.

"Chagi-ya, mianhaeyo hm?"

"Aku akan memaafkan Oppa jika Oppa mau menjelaskan ini"









































****

Eaaaakkk..

Sepertinya Seokjin harus berkata jujur sama Dahyun.
Jika tidak mungkin dia bakal di benci sama kedua orang itu....

Kira-kira bagaimana tanggapan Seokjin kali ini?

Ikuti terus ya ceritanya...

****

Huaaaa Seokjin up di twitter 😍😍😍
Tampannya!!

Tp kali ini aku masih bernafas...

Jidatnya tak terekspos dgn mudahnya.


Annyeongggg...

Jangan lupa voment ya gaes!
Gomawo 😘

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 168K 34
18+ Tergiur dengan kartu platinum yang di sodorkan Yoongi padanya, Rachel sampai tak mengecek apa isi surat perjanjian yang ia tanda tangani. Hingga...
408K 16.6K 45
Warning mengandung unsur dewasa 21++ dan tindak kekerasan mohon untuk bijak dalam membacanya. Terpaksa menikah dengan seorang iblis yang sangat keja...
943K 58.6K 29
Jika kalian berfikir semua berakhir bahagia, kalian salah.. Justru badai yang paling besar datang setelah Seokjin meninggalkan Bangtan.. Jungkook...
296K 29.4K 27
❝Di kehidupan selanjutnya, aku berjanji untuk membuatmu tak pergi.❞ Kim Nathan (18 tahun) akhirnya kembali ke tanah kelahiran setelah ayahnya...