Di dedikasikan untuk IdaAndreas
~~~
LENUM DOUBLE UPDATE!
Happy reading:)
***
"Aku tak, 'kan pernah mempermasalahkan wanita yang di bawa oleh suamiku. Karena di hadapan alam semesta---akulah isteri sah Pangeran Mahkota. Hanya aku~"
- Carrissa De Zeuss
•
•
•
Flowers Garden---Alaska's Castle
"Bunga-bunga di sini sangat cantik. Benar, 'kan, Saba?"
"Tetapi tak secantik dirimu, Tuan Putri,"
Putri Carrissa yang tengah berbaring di kursi panjang dengan Saba duduk di bawah---di dekat kakinya tergelak anggun mendengar ucapan Pelayan pribadinya itu.
"Kau benar, Saba," gumam Putri Carrissa menatap puas Pelayan pribadinya yang tengah menuangkan teh di cangkir untuknya. "Di Alaska ini---tak ada wanita yang secantik diriku," tambahnya angkuh.
Saba tersenyum kecil lalu mengangguk membenarkan. "Ini teh mu, Tuan Putri," ucapnya sembari memberikan teh untuk Putri Carrisa.
Putri Carrissa menerimanya lalu meminumnya perlahan. Gerakannya anggun---menunjukan bahwa ia berasal dari kalangan bangsawan.
"Anda memang sangat cantik, Tuan Putri. Para Selir yang di bawa Pangeran Mahkota saja---tak ada yang secantik Anda,"
Putri Carrissa tersenyum puas. "Kau selalu tahu cara untuk membuatku senang, Saba," ucapnya puas sembari melepaskan gelang di tangannya---memberikannya pada Saba.
Saba menerimanya dengan senang hati. "Itulah kenyataannya, Tuan Putri." balasnya seolah menegaskan jika junjungannya itu memang sangat cantik.
Putri Carrissa tergelak pelan lalu mengangguk membenarkan.
"Kau salah, Saba,"
Putri Carrissa dan Saba menoleh bersamaan. Mereka menatap tak suka Selir Maham dan Selir Sita yang berdiri tak jauh dari mereka dengan beberapa Pelayan yang menunduk hormat di belakang mereka.
"Salam pada Tuan Putri Carrissa," ucap mereka bersamaan dengan mengayunkan tangan mereka di wajah sembari menundukan wajahnya---tanda hormat.
"Salam," jawab Putri Carrissa dengan gerakan serupa. "Silahkan duduk," tambahnya mempersilahkan mereka duduk di kursi panjang yang berhadapan dengannya hanya terhalang oleh meja saja.
Saba dengan sigap menuangkan teh ke dalam dua cangkir untuk kedua Selir Pangeran Mahkota itu.
"Silahkan di minum, Selir," titah Putri Carrissa ramah.
Namun jika di perhatikan, manik hijau itu berkilat sinis pada kedua Selir Pangeran Mahkota yang sering membuatnya emosi itu.
Mereka meminumnya perlahan lalu meletakan kembali cangkir teh itu ke meja di hadapan mereka.
"Jadi ... Apa yang salah dari perkataan Pelayan pribadiku, para Selir?" tanya Putri Carrissa sopan.
"Kami akui---Anda memang cantik." ucap Selir Sita. Putri Carrissa tersenyum puas. "Tapi tak secantik Putri Anye," tambahnya membuat senyum di wajah Putri Carrissa hilang entah kemana.
"Selain cantik---perangai Putri Anye juga sangat baik," timpal Selir Maham memprovokasi.
"Tentu. Wajar saja jika Pangeran Mahkota begitu menyukai Putri Anye," balas Selir Sita seolah Putri Carrissa tidak ada.
"Ya. Yang aku dengar---Pangeran Mahkota sering menghabiskan malam bersama Selir Anye," tambah Selir Maham sembari memegang selendangnya dengan gerakan menggoda.
Putri Carrissa mengepalkan tangannya emosi di samping tubuhnya. Sedangkan Saba menatap sinis kedua Selir itu.
"Kau tahu, Selir Maham?" tanya Selir Sita. Selir Maham menggeleng. "Aku sering melihat banyak tanda di tubuh Selir Anye," tambahnya sembari melirik Putri Carrissa sekilas.
"Kau benar, Selir Sita. Mungkin karena tubuh Selir Anye lebih nikmat daripada tubuh isterinya---sehingga Pangeran Mahkota menjadikan Selir Anye sebagai Selir kesayangannya,"
"Hahaha..."
Kedua Selir itu menoleh cepat---menatap bingung Putri Carrissa yang tengah tergelak pelan.
Menyudahi tawa anggunnya, Putri Carrissa duduk dengan menumpukan satu kakinya di atas kakinya---duduk anggun sembari balas menatap kedua Selir itu secara bergantian dengan tatapan merendahkan yang terlihat jelas dari manik hijaunya.
"Aku setuju---jika Selir Anye menjadi Selir kesayangan suamiku," ucap Putri Carrissa menekankan kata 'Selir' sembari tersenyum mengejek.
Selir Maham dan Selir Sita menatapnya tak suka.
"Tetapi ... Di hadapan alam semesta---akulah isteri sah Pangeran Mahkota. Hanya aku," ucap Putri Carrissa angkuh.
Kedua Selir itu berdiri sembari balas menyorot Putri Carrissa dengan sorot mengejek.
"Masamu sebagai isteri sah Pangeran Mahkota akan berakhir saat Pangeran Mahkota menemukan Permaisurinya, Putri Carrissa," balas Selir Sita penuh penekanan.
Kemudian mereka berlalu---tanpa mengucapkan salam atau penghormatan.
Putri Carrissa mengepalkan kedua tangannya sembari menatap marah kedua punggung Selir yang telah menjauh itu.
Lihat saja, begitu Leon kembali---akan ku jadikan kalian dan Selir Anye kebanggaan kalian itu sebagai budakku!
"Rasanya ... Aku ingin sekali mencakar wajah jelek para Selir itu!" sungut Putri Carrissa kesal.
"Tuan Putri, bolehkah hamba bertanya?" tanya Saba ragu.
"Hm," balas Putri Carrissa datar.
"Maaf jika pertanyaan hamba ini akan menyinggung hati, Tuan Putri,"
Putri Carrissa menggeleng. "Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan, Saba,"
"Apa Anda tidak merasa cemburu dan sakit hati setiap Pangeran Mahkota membawa Selirnya ke Kerajaan ini?" tanya Saba hati-hati.
Putri Carrissa bergeming sesaat.
Aku tak cemburu dan juga tak sakit hati dengan kedatangan para Selir itu, Saba. Yang membuatku cemburu dan sakit hati---ketika membayangkan tubuh Leon menyatu dengan wanita lain.
Putri Carrissa mendengus sebal.
Tetapi mau bagaimana lagi? Gairah pria itu sangat besar---melebihi Ayahandanya.
Merasa tidak ada jawaban dari Tuan Putrinya---Saba menunduk sesal. "Maafkan atas kelancangan hamba, Tuan Putri,"
"Tidak, Saba. Kau tak bersalah," elak Putri Carrissa sembari menggeleng cepat. "Aku tak cemburu---tak juga sakit hati, karena Leon memberiku hak untuk memperlakukan para Selir itu sesuai kehendakku,"
"Mereka harus di beri pelajaran agar tak berani untuk menghina Anda lagi, Tuan Putri," timpal Saba membenarkan tindakan Putri Carrissa.
"Segera, Saba," sahut Putri Carrissa cepat dengan senyum jahat di bibirnya membuat Saba tersenyum kecil.
Putri Carrissa menutup mata. Ucapan Selir Sita terngiang jelas di telinganya bagai boomerang yang mengguncang hatinya.
"Masamu sebagai isteri sah Pangeran Mahkota akan berakhir saat Pangeran Mahkota menemukan Permaisurinya, Putri Carrissa,"
Dalam hati, Putri Carrissa membenarkan perkataan Selir Sita. Ia membuka mata---menatap ke depan kosong dan perasaan sedih yang bercampur.
Oh Dewa...
Kumohon...
Jangan pernah pertemukan Leon dengan Permaisurinya itu...
🖤🖤
West Forest---Alaska
"AAARRRRGGGHH!!!"
Lathan mengerang kesakitan karena kekuatan yang di kerahkan oleh Pangeran Mahkota. Seluruh tubuhnya terasa kaku---mati rasa dan sakit luar biasa.
Beberapa saat yang lalu, ia datang dengan membawa pesan dari Raja Alardo. Belum saja bicara---Pangeran Mahkota langsung menyerangnya tanpa ampun.
"A---amp---pun, Pangeran..."
Pangeran Leonard berjalan---mendekati Jenderal Lathan dengan rahang mengeras. Wajahnya dingin---tak tersentuh dan manik biru itu menatap pria yang terjatuh di tanah dengan sorot murka.
"Aku paling tak suka di ganggu saat berada di sini." ucap Pangeran Leonard dingin---tak ingin di bantah. "Kau jelas mengetahui itu, 'kan, Jenderal?" tambahnya ketus.
Lathan mengerang pelan. "Maafkan hamba, Pangeran," sesalnya sembari menunduk.
Ini yang ia takutkan saat Raja Alardo memintanya menemui Pangeran Leonard. Emosi pria itu cepat meledak jika siapa saja mengganggu waktu kebebasannya.
Tetapi harus bagaimana lagi?
Ia harus melaksanakan tugas dari Rajanya, bukan?
Pangeran Leonard menenggelamkan kedua tangannya ke dalam saku celana biasanya sembari menyorot pengawal setia nya tajam. "Jadi ... Apa yang membawamu kemari dan menggangguku, Jenderal?" tanyanya datar.
Ia menyakini, jika alasan yang membuat pria itu kemari---pasti sangat penting. Sehingga untuk pertama kalinya---pengawal setia nya itu membuatnya murka.
Jenderal Lathan mencoba berdiri dengan sisa kekuatan yang di milikinya dan---berhasil. Kini, ia berdiri di hadapan Pangeran Leonard---sedikit membungkuk karena ia harus memegangi perutnya yang terasa sakit.
Sangat sakit.
"Hamba membawa perintah dari Yang Mulia Raja, Pangeran," ucap Jenderal Lathan di sela ringisan nyerinya.
"Perintah?" tanya Pangeran Leonard tak suka. Jenderal Lathan mengangguk. "Perintah apa?" tambahnya ketus.
"Anda harus kembali ke Istana secepatnya,"
"Mengapa?"
"Anda di perintahkan untuk memimpin Kerajaan Bringtham yang akan berperang dengan Kerajaan Kashi," jelas Jenderal Lathan.
"Jenderal, kau tahu jawabanku, 'kan?" tanya Pangeran Leonard rendah.
Jenderal Lathan bergidik ngeri namun tetap mengangguk. "Hamba sudah mengatakannya pada, Yang Mulia Raja. Tetapi---"
"Pria itu terlalu gila pada kekuasaan---sehingga dengan seenaknya melanggar perjanjian!" potong Pangeran Leonard penuh emosi.
Jenderal Lathan mengangguk.
Pangeran Leonard bergeming---menciptakan keheningan yang mencekam. Ia menyorot ke depan kosong.
Sesaat kemudian, ia bergumam dingin membuat Jenderal Lathan gemetar ketakutan.
"Sepertinya ... Aku memang harus menyingkirkan pria itu dari jalanku~"
🖤🖤
Seukieu heula nyaakk😋
JANGAN LUPA VOTE, KRISAN + KOMEN YANG BANYAAKKKKKK😉
Emoticon kalian buat bab ini?
Tiga kata yang menggambarkan sifat Pangeran Leonard?
Btw, mampir yuk ke ceritaku yang lain😉
Cukup search; BeautifulSea25😉
See you soon😘