Malam itu, Arsen tak bisa tidur nyenyak. Yang ia rasakan adalah seperti ada yang mengganjal dihatinya. Laki-laki itu membuka ponselnya, menatap akun instagram Lova.
"Terakhir aktif, 7 jam yang lalu." gumamnya, ia mengalihkan matanya kearah jam dinding dikamarnya, "Sekarang jam 5, berarti dia on jam 10 tadi."
Arsen terdiam sesaat, "Tapi kan dia minta ijin tidur jam 9."
Raut wajahnya berubah, ia segera membuka aplikasi Whatsapp dan menanyakan hal itu pada Lova. Namun Lova belum bangun.
Laki-laki itu bangkit dari ranjangnya, ia harus bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Ya, 19 September 2019. Tahun ini, Arsen sudah lulus dan ia bekerja disebuah perusahaan milik temannya Razel. Arsen tak terlalu peduli bagaimana pekerjaannya berlangsung.
Lagipula ia tak pernah mendapatkan apa yang ia inginkan.
Laki-laki itu duduk diatas ranjangnya, dengan pakaiannya yang sudah lengkap dan rapih.
Lova
Haii~
Aku ga buka ig
Aku langsung tidur
Itu emang suka on sendiri kalo ada yang dm, semalem temenku ngedm
Me
Bagi pw akunmu
Lova
Yeu
Jujur ya, aku gamau berantem cuma gara-gara ig apalagi ini masih pagi:"
Me
Aku kan cuma minta
Kenapa harus berantem
Janji aja
Ga ada yang kamu hapus
Lova
********
Me
Mana sumpahnya
Lova
Sumpah
Me
Sumpah apa?
Yang jelas
Lova
Ga ada yang diapus
Apaan lg si?
Itu udah jelas
Me
Ga
Lova
Ga usah mancing emosi deh...
Heran
Me
Aku santai tuh
Ayo
Yang jelas
Bukan kayak gitu
Dalam satu bubble, ga usah kepotong-potong
Lova
Sumpah demi Allah ga ada yang aku apus
Udah sana buka-buka, cek sampe puas
Mau mkn dl
Me
Hm
*Mengirim foto*
Laki-laki itu membuka isntagram Lova, dan menemukan deretan chat gadis itu dengan temannya. Ia mengajak temannya untuk mengambil ijazah bersama dengan seorang teman laki-lakinya yang bernama Hilal.
Laki-laki itu adalah teman Lova, teman yang waktu itu juga pergi menonton bioskop bersama dengan Lova. Laki-laki yang sama, dengan yang hampir membuat hubungan Arsen dan Lova hancur.
Lova
Astaga
Itu udah lama kali
Itu juga ga jadi sama Hilal
Aku kesana sendirian
Me
:)
Lova
Apa
Me
Pacaran aja sama dia
Lova
Apaan sih?
Me
Biar ga usah boong sama aku lagi
Lova
Ogah lagi
Me
Biar ga usah diem-diem kalo kamu jalan berdua
Lova
Aku sama dia cuma temenan dan gbkln pacaran
Me
Orang lain juga sebelum pacaran pasti temenan
Lova
Yaela
Me
Ga mungkin langsung pacaran kan
Lova
Aku sm dia udah prinsip gbkln pacaran
Gush sotoy.
Me
Tapi deketnya melebihi pacaran
Sampe nonton berdua
Lova
Engga tuh
Yauda sih, lagian itu udah lama
Ngapain diungkit lagi
Lagian juga otwnya sendiri
Me
Kamu kayaknya
Apa-apa, Hilal mulu
Hilal hilal dan Hilal
Lova
Ck
Me
Kita udahan aja biar kamu ga usah diem-diem kalo mau jalan berdua sama dia:)
Lova
Itu tahun lalu.
Me
Sampe bohong demi jalan sama dia
Kasar sama aku demi ngebelain dia
Kamu pernah mikirin aku ga?
Lova
Pernah
Me
:)
Udahan aja...
Kamu bisa jalan sama siapapun yang kamu mau
Tanpa takut aku marah
Aku ga akan marah
Ga akan gapa-ngapain
Lova
Ga ada yang ngajak aku jalan lagi juga
Udahan?
Lalu mau pergi gitu?
Huft..
Ok, aku minta maaf tp yang bulan agustus itu udah tahun lalu
Hm
Yaudah kalo emang itu maumu
Me
Kamu bikin aku benci sama semua temenmu
Dan sekarang
Aku lagi berusaha buat benci sama kamu juga:)
Lama-lama nanti pasti kamu terbiasa hidup tanpa sapaan aku dan deretan spam dari aku
Lova
Iya
Gapapa
Me
Aku ga peduli kamu suka atau nggak tapi semoga cepet jadian sama Hilal ya^^
Lova
Ga bakalan jadian sampe kapanpun
Arsen meletakkan ponselnya diatas nakas, tatapannya lurus kedepan. Dirinya hampir dikuasai lamunan karena rasa sedih namun sebelum hal itu terjadi, lamunannya sudah lebih dulu buyar karena Razel mengetuk pintu kamar putranya itu.
"Rega? Kamu ga kerja? Ini udah jam berapa?" tanya pria itu dari luar sana.
Arsen menyeka air matanya yang hampir jatuh. Tidak mungkin ia tak menangis, jika ia bilang ia tidak menangis, itu adalah kebohongan terbesar yang ia ucapkan.
"Papa tolong bilangin ke managernya Rega, Rega ga kerja dulu. Ga enak badan.." sahutnya dari dalam kamar. Ia sama sekali tak tertarik untuk bangkit dan membukakan pintu.
Razel hanya terdiam, kemudian melangkah pergi menjauhi kamar Arsen.
Laki-laki itu bangkit, ia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Laki-laki itu linglung, ekspresinya kalut dan tak terbaca.
~~~
Arsen berdiri ditepi sebuah jembatan kota jakarta. Ia menatap mobil dan motor yang berlalu lalang dengan cepat. Semua benda itu tampak kecil jika dilihat dari atas jembatan.
Pikirannya yang kacau sempat membuatnya berkeinginan untuk meloncat dan mengakhiri hidupnya tapi ia mengurungkan niat bodohnya itu.
Setelah berkali-kali putus dan berakhir balikan, ia harap kali ini akhirnya berbeda. Sekarang, Arsen harus menghadapi kenyataan dunia.
Didunia yang besar ini, bukan hanya laki-laki yang bisa bersikap brengsek. Perempuan juga bisa. Tergantung bagaimana sikapnya pada seseorang yang ia sayangi.
Jika ia berani menyakiti orang yang ia cintai, berarti dia tak sungguh-sungguh mencintaimu. Dia hanya takut kehilanganmu dan belum siap hidup kesepian tanpa dirimu.
Selama ini, Arsen selalu bersikap seolah-olah ia baik-baik saja disaat nyatanya ia sangat terluka. Tak ada yang bisa memahami kondisi laki-laki itu.
Karena tak seorangpun tau bagaimana perasaan laki-laki itu. Arsen membutuhkan seseorang yang bersedia memberikannya sebuah pelukan hangat, dan ucapan "Aku gatau apa yang kamu rasain tapi kalau kamu butuh teman cerita, hubungi aku." bukankah itu yang dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki penyakit mental atau depresi?
Sayangnya, tak banyak orang memahami apa yang benar-benar mereka butuhkan. Yang mereka tau, orang seperti Arsen hanyalah orang gila. Atau banyak juga yang menganggap penderita bipolar hanyalah orang yang suka mencari perhatian.
Mereka bicara begitu karena mereka tidak tau apa yang penderita rasakan. Saat mereka sendiri yang merasakannya, mereka baru akan memahami rasa sakit yang tak akan pernah orang-orang rasakan.
Orang-orang yang mentalnya terganggu sama sekali tak membutuhkan ceramahmu, ia membutuhkan pelukan hangat darimu dan tunjukan sedikit sikapmu agar ia merasa bahwa ada yang menyayanginya dan peduli padanya.
Karena pada umumnya, mereka berpikir bahwa semua orang membencinya, tak ada yang membutuhkan dirinya, tak ada yang menyukainya, tak ada yang peduli padanya, dan ia berpikir bahwa dirinya hanyalah manusia yang tak dianggap didunia sebesar ini.
Arsen kembali kerumahnya, tak ada yang memahami perasannya. Laki-laki itu berbaring diatas kasurnya kemudian menelan semua obat yang tersisa dilaci nakasnya. Ia harap, ia akan tertidur dan tak bangun lagi.
Ia memejamkan matanya tanpa minat membukanya kembali. Ia harap semua obat yang ia telan, berhasil membuatnya mati seketika.
Karena ia terlalu takut untuk bermain pisau. Lebih baik meninggal karena overdosis. Laki-laki itu menghembuskan nafas terakhirnya tanpa ada seorangpun yang tau.
Terkadang orang-orang berpenyakit mental yang berusaha bunuh diri itu tidak benar-benar ingin mati. Mereka hanya ingin mengakhiri penderitaan yang mereka rasakan.
~~~
For info, guys!
Arsen Raditya Arkharega dikehidupan nyata masih menjalani hidup dengan baik. Dan kematiannya dinovel ini adalah atas permintaannya sendiri. Sekarang dia masih menjalani hidup dengan baik kok. Jadi, jangan khawatir^^
Love from us-!