UPROAR | SINB | SKZ

By ParkSeRyung

25K 4K 865

"Hyunjin, katakan padaku siapa yang memukulimu?" Bentak Sinb saat melihat sekujur tubuh dongsaengnya ini penu... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40

Chapter 6

725 118 19
By ParkSeRyung

🎶Playlist🎶

Everglow - Bon Bon Chocolat
.
.
.
.
Hi...Aku balik dengan ff ini 😂
.
.
Kemarin ada yg nanyai kan?
.
.
Vote x Komen
Jangan pernah lupa
😉😉
.
.
.
Happy reading
📖📖📖
.
.
.

Petir masih mengamuk, hujan semakin semena-mena memuntahkan air disana-sini. Dingin, bahkan semakin menggila. Namun, tak membuat gadis ini kedinginan, Sinb masih saja memakai piama tengkorak milik Soyeon.

Rasa dinginnya terabaikan, terbakar oleh amarah dan rasa keterhinaan karena namja brengsek yang dengan beraninya mencium dirinya.

Benar-benar biadab! Licik dan tercela! Sinb tiada hentinya menggerutu dalam hatinya.

Mereka pergi dari rumah Soyeon lewat tengah malam. Hujan masih terus mengguyur, sehingga mereka harus menggunakan payung, "Ini pakai..." Minho menawarkan hoodie hitamnya kepada Sinb. Tentunya, tanpa protes gadis ini langsung menerimanya meskipun saat ini juga, Sinb ingin menghajarnya habis-habisan. Bahkan, ia sampai merencanakan untuk mendorongnya dari tangga yang lumayan tinggi barusan. Untung saja, ia masih memiliki amal yang baik sehingga Tuhan memberikan peringatan keras pada pikirannya yang kotor ini.

Entah sampak kapan? Ia harus mematuhi peraturan mutlak nan bedebah ini. Apapun yang Minho katakan, Sinb harus menurutinya! Menolak? Sesuatu mengerikan akan ia dapatkan. Terhina adalah satu hal yang paling Sinb benci.

Mungkin, Sinb mulai memahaminya sekarang. Minho itu adalah sosok pria yang terlihat sempurna namun kenyataannya ia memiliki seribu wajah dan kebanyakan wajah yang ia tutupi adalah bajingan, sampah dan Sinb sepertinya harus mulai siap dari sekarang menghadapi ledakan sampah dari orang-orang disekelilingnya, termasuk juga Hyunjin, dongsaeng  kesayangannya.

Saat ini mereka berjalan melewati gang kecil, hanya Sinb, Hyunjin dan Minho. Sementara Changbin yang masih kesal dengan ucapan Sinb, memilih untuk tetap dirumah Soyeon.

"Kau masih belum mengatakannya, kenapa ada memar diwajahmu," tuntut Hyunjin yang nampaknya tak mau menyerah.

Sinb menghela napas, cukup merasa muak dengan situasi ini. "Memar atau tidak, itu urusanku! Kenapa kau cerewet sekali seperti ajumma!" cibir Sinb.

"Kau..."

"Kenapa kalian berdua berisik sekali? Apa kalian melupakanku?" potong Minho yang seketika membuat Hyunjin terdiam dan Sinb jengkel setengah mati.

Bagaimana Sinb tidak jengkel? Hanya dengan ucapan Minho yang seperti itu saja Hyunjin langsung diam, sementara dengan dirinya? Hyunjin terus saja mengabaikannya seperti sampah.

"Yak! Bagaimana kau akan mengatasi appa dan pamanku?" desak Sinb tiba-tiba. Ini semua karena ia tidak dapat menahan kekesalannya pada Minho yang terus-terusan mengontrol Hyunjin.

Namja itu tersenyum, sementara Hyunjin melotot, memerintahkan noonanya untuk bersikap lebih sopan lagi dan itu benar-benar membuat Sinb sangat marah.

"Itu perkara mudah," ucap Minho sambil terus berjalan.

"Awas saja kalau sampai kau tak bisa mengatasinya! Aku akan membunuhmu, bedebah!" makinya yang tentu saja membuat Hyunjin harus membekap mulut kasar noonanya itu.

"Dasar yeoja gila! Diamlah!" sentak Hyunjin yang terus menyeret Sinb.

Minho? Dia tetap berjalan dan hanya tersenyum mendengarkan makian Sinb. Sungguh, ia adalah sosok gadis yang tak mudah diatur dan perdebatan dua saudara itu adalah sesuatu yang begitu ia rindukan. Wajah Minho pun berganti sedih saat memorinya terbang ke masa lalu. Masa dimana ia harus melihat seseorang yang begitu ia sayangi terluka.

Perjalanan dari kediaman Soyeon hingga rumah keluarga Kang, memakan waktu 30 menit lebih. Selama di perjalanan, kedua namja itu lebih banyak berbicara dibandingkan Sinb yang sudah sangat mengantuk, apa lagi selepas hujan. Bahkan kini, gadis ceroboh itu mulai terlelap dengan santainya.

Minho melihatnya dari kaca spion, "Dia yeoja yang sangat merepotkan," ucap Minho dan Hyunjin mengangguk membenarkan.

"Dia sama cerobohnya seperti appa," kata Hyunjin.

"Bukankah itu lebih baik? Kau tidak menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan eommamu, kan?" tanya Minho.

Hyunjin pun mendesah, "Aku pikir begitu, tapi dia sangat sok perfectionis sama seperti eomma dan lagi, dia juga suka mengabaikan ku sama seperti eomma," keluh Hyunjin yang tentu saja membuat Minho tertawa.

"Setidaknya ia sekarang berusaha untuk memperbaikinya, kan?" Ucapan Minho ini benar-benar tepat, membuat Hyunjin terdiam memandangi Sinb lagi.

"Tapi, kenapa Gunsan menguncarnya? Apa mereka tau jika noona adalah saudariku?" Seketika Hyunjin mengingat hal itu.

Minho diam, nampak berpikir. "Aku yang akan mengurusnya, jadi kau tak perlu khawatir," kata Minho yang sangat tau, apa yang tengah terjadi dan Hyunjin pun mengangguk, mempercayakan semuanya pada Minho.

Setelah itu, tidak ada percakapan lagi diantara mereka. Hanya suara deras hujan dan mesin yang memecah keheningan malam. Tanpa mereka sadar dengan adanya Sinb, jarak diantara mereka semakin menyempit.

---***---

Pagi di kediaman keluarga Kang. Seperti biasa, Dongho dan Kangin memasak seperti seorang eomma pada umumnya. Hyunjin duduk, memainkan handphonenya.

"Apa dia belum bangun?" tanya Kangin yang sepertinya akan memulai petuahnya.

"Dia hanya merasa tidak di inginkan dirumah ini, jadi jangan membuatnya tertekan hyung," nasehat Dongho sambil mengedipkan matanya pada Hyunjin.

Persekongkolan yang hebat. Mereka berhak mendapatkan penghargaan sebagai actor terbaik tahun ini.

"Hoh, kemarin saja. Dia berhasil menendangku dan Minho hyung. Aku harus mengerahkan seluruh teman-temanku untuk membawanya pulang. Appa, ini benar-benar sangat memalukan!" ucap Hyunjin mendramatisir.

Kangin menghela napas, ia benar-benar tak mengerti kenapa putrinya yang satu ini harus bertingkah seperti ini dan pria tua ini mudah sekali dibodohi.

Kejadian semalam, Sinb benar-benar tidur seperti mayat hingga Minho dengan sialnya harus menggendongnya sampai ruang tamu dan Dongho pun mengambil alih gadis mungil itu untuk mengantarkannya ke tempat tidur yang sesungguhnya.

Dilanjut dengan intrograsi oleh seorang pria tua yang memiliki anak gadis. Ini pekerjaan cukup mudah, untuk mengelabuhinya. Minho sudah sering kali datang kemari dan dengan lihainya ia menyiapkan skenario, Hyunjin pun hanya mengikutinya dengan mudah.

Skenario yang cukup masuk akal. Sinb mendapat hukuman beberapa kali hingga songsaenim akan menelepon appanya. Lalu Sinb merasa takut akan di kirim ke Amerika, jadi ia takut sekali untuk pulang dan memilih untuk tidur dirumah temannya beberapa hari.

Sebelum itu, Hyunjin sudah menelepon Dongho untuk mengatakan jika appanya bertanya, apakah songsaenim meneleponnya dan mereka harus mengatakan ya dan Dongho adalah paman terbaik yang selalu mengiyakan semua keinginan keponakannya.

Seharusnya, Sinb memberikan sanjungan untuk keberhasilan mereka mengelabuhi appanya bukan?

"Siapa yang memalukan?" sahut Sinb yang kini duduk dengan santainya. Sudah rapi dengan memakai seragam sekolah, namun ia belum sepenuhnya tau apa yang tengah terjadi karena itu, ia penasaran dengan bagaimana dirinya bisa sampai ditempat tidur.

"Kau? Siapa lagi? Yang ceroboh dan tidak tau malu," cibir Hyunjin yang lagi-lagi menyalakan api yang belum padam.

Seribu macam praduga buruk tentang semalam, telah bersarang di otaknya dan Hyunjin membuat api di dalam tubuhnya semakin meluap.

"Kau!" Seketika Sinb menjambak rambut Hyunjin, kekesalannya telah menumpuk hingga menjadi gunung dengan magma yang penuh dan siap untuk memuntahkan lahar.

"Yak! Lepaskan aku!" Hyunjin berusaha melepaskan tangan Sinb.

"Bedebah sialan kau!" umpat Sinb dengan segala kekesalannya yang mengakar.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganmu dari kepala Hyunjin!" bentak Kangin dan Dongho pun mencoba melerai keduanya.

Pagi yang cukup mendramatisir di rumah keluarga Kang.

"Kau ini kenapa? Benar-benar tak terkendali!" Kangin tersa menegur Sinb yang masih tersungut-sungut.

"Dia terus membual!" belanya.

"Sudahlah, kalau kau terus bertingkah seperti ini. Paman, akan benar-benar mengirimmu ke Amerika," bahkan Dongho pun memojokkannya.

Sinb yang sudah sangat kesal semenjak kemarin tak dapat mengatakan apapun dan lebih memilih untuk pergi begitu saja. Ia berusaha menahan umpatannya agar tak meledak.

"Yak! Kemana kau!" teriak Kangin dan Sinb tak menggubrisnya.

Dongho terlihat mengkhawatirkannya. Sungguh, ini pertama kalinya ia membentak Sinb seperti itu. Sementara Hyunjin hanya diam, sambil berpikir.

Kini, Sinb berjalan cepat. Jika perlu ia ingin berlari sejauh mungkin. Perasaannya sungguh buruk, melebihi perasaan ketika eommanya memaksanya berlatih ballet.

"Aish, kenapa semua orang menyebalkan!" gumamnya dan sempat terlintas dalam benaknya, jika keputusannya kembali ke korea, bukanlah keputusan yang terbaik.

Saat ini, ia duduk di halte sendiri karena saat ini masih terlalu pagi. Menatap layar handphonenya dan disana ia melihat eommanya memanggil.

Sinb menghela napas, sebelum akhirnya mengangkatnya, "Wae?" tanyanya.

"KAU! KENAPA KAU TAK PERNAH MENGANGKAT TELPON DARI EOMMA?"

sentak Tiffany yang tentu tak membuat Sinb terkejut.

"Untuk apa? Kembali ke Amerika? Etitude? Nilai? Keanggunan? Aku sangat muak dengan itu," lirih Sinb yang sepertinya sudah sangat malas, mengulang kata-kata ini.

"KAU? BAGAIMANA BISA KAU MENGATAKAN ITU? KAU ADALAH ANAK KESAYANGAN EOMMA, BAGAIMANA KAU BISA MENINGGALKAN EOMMA SENDIRI? KEMBALILAH, SEBELUM AKU MENJEMPUTMU!"

Perintahnya dengan sangat egois, membuat Sinb yang sangat kesal langsung membanting handphonenya.

Brak

Batrai dan handphonenya terlepas dan Sinb membiarkannya begitu saja sampai seseorang memungutnya. Sinb diam, mengamati sosok yang masih membungkuk untuk memunguti handphonenya itu. Ia merasa cukup familiar dengan seragamnya.

"Apa kau punya tempramen yang mudah berubah-ubah?" tanyanya sambil mendongak dan barulah Sinb mengenali siapa pria ini.

"Kau? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Sinb, menatap namja dihadapannya ini heran.

Namja itu pun tersenyum, "Tentu saja menemuimu," balasnya yang kini mencoba menyalakan handphone Sinb dan duduk disamping gadis ini.

Seketika tubuh Sinb menegang dan terlihat sekali mencoba menyamarkan kegugupannya.

"Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan keberanian kosong.

Namja ini tersenyum, mengabaikan ketakutan dan ketidak nyamanan Sinb. Ia mengembalikan handphonenya dan mengatakan sesuatu.

"Aku belum berkenalan secara resmi denganmu kan? Perkenalkan, namaku Bang Chan. Kau bisa memanggilku Bang atau Chan," terangnya yang menarik tangan Sinb untuk berjabat tangan dengannya.

Amarah Sinb masih sangat membara dan kehadiran Bang Chan sungguh membuatnya tak nyaman.

"Kau? Apa yang kau inginkan? Bukankah, kemarin kau menyuruh teman-temanmu, mengikutiku?" tuntun Sinb yang seketika membuat Bang Chan tertawa.

"Memang benar, aku menyuruh mereka untuk mengikutimu agar kau pulang dengan selamat," ucapnya yang lebih terlihat seperti kebohongan yang dibuat-buat.

Sinb mendesis, ia bukan gadis yang bodoh yang dengan mudahnya akan mempercayai omong kosong si brengsek seperti dia.

"Kau tau jika aku saudarinya Hyunjin kan? Kau juga masih berpikir kalau aku memata-matai kalian? Kalau kau cukup bisa memperoleh infoku dengan menguntit, lalu kenapa kau tidak bisa menebak tujuanku datang?" tanya Sinb yang cukup di buat kesal, hingga melupakan ketakutannya dan Bang Chan masih tersenyum.

"Baiklah, aku akan selalu kalah berbicara denganmu. Sekarang, aku akan menebak tujuanmu. Kau mau kan mendengarnya?" tawarnya dan Sinb mengangguk, ada sedikit ketertarikan dari sorot matanya.

"Silahkan..." jawabnya sembari menggendikkan bahunya.

"Kau persekutu dengan mereka untuk mengawasi kami?" Tebakan Bang Chan yang pertama dan Sinb langsung menggeleng.

"Ani!"

"Kau menyukai salah satu diantara mereka?" Tebakan kedua.

"WHAT?"

Sinb terkejut dengan dugaan yang amat konyol ini dan Bang Chan hanya tertawa misterius.

"Yang terakhir, kau hanya ingin mengetahui kegiatan saudaramu?" Tebakan ketiga.

"Hoh, ini baru tepat," Sinb mengangguk untuk tebakan ketiga Bang Chan dan pria ini lagi-lagi tersenyum.

"Apa yang ingin kau ketahui tentang dongsaeng mu?" tanya Bang Chan yang membuat antusiame Sinb meningkat.

"Kau tau banyak tentang Hyunjin?" Sinb balik bertanya dan Bang Chan pun mengangguk.

"Kau bisa menceritakan kepadaku sekarang?" Lagi-lagi ia menunjukkan antusias berlebihan. Keinginan menjadi seorang kakak yang baik, semakin berkobar dalam dirinya.

"Bukankah kau ingin pergi kesekolah?" kata Bang Chan dan Sinb pun baru mengingat itu tapi ia sedang tak mood bertemu dengan Hyunjin, apa lagi Minho, si brengsek sialan itu!

Kali ini, keinginan untuk mengetahui kegiatan Hyunjin lebih besar dari keinginannya masuk sekolah.

"Kata siapa aku akan pergi kesekolah? Aku akan ikut denganmu sekarang dan kau harus menceritakan semuanya!" tekan Sinb yang membuat Bang Chan nampak terkejut. Yeoja ini sangat tak terduga dan Chan sangat menghargai keberaniannya.

"Ingat, kalau sampai kau merencanakan sesuatu yang sangat busuk, aku tidak akan tinggal diam. Jika bahkan kau ingin membunuhku setelah ini, aku akan benar-benar menghantuimu seumur hidupmu!" ancam Sinb yang tentu membuat Bang Chan tertawa keras.

Bukankah yeoja ini cukup lucu dan menggemaskan?

"Kau pikir, aku pembunuh bayaran atau psikopat? Aku juga ingin sedikit bersantai dengan hidup," akui Chan yang entah mengapa membuat Sinb tersenyum.

"Kajja!" Sinb pun mengajak Chan menaiki bus.

"Yeoja yang penuh kejutan," guman Chan sambil mengikuti langkah Sinb.

---***---

Gimje High School

Bel telah berbunyi beberapa menit lalu, beberapa siswa nampak tergesah untuk memasuki kelas. Namun, Soyeon nampak berdiri di depan kelas, mondar-mandir tepatnya. Raut wajahnya menunjukkan kebingungan serta khawatir sampai geng Minho berjalan melewatinya.

"Kenapa kau masih disini?" tegur Changbin.

"Anu..." Seperti mendapatkan serangan gagap secara tiba-tiba. Soyeon terlihat gugup dan kehabisan kata-kata.

Minho dan yang lain masih memperhatikannya. Sepertinya namja ini menemukan sesuatu yang tidak beres.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Minho.

"Itu...Sinb, apa baik-baik saja?" tanyanya dengan takut-takut.

Minho pun melirih Hyunji  disampingnya yang terlihat tak memahami ucapan Soyeon.

"Kau bisa menanyakan langsung kepadanya kan? Bukannya dia masuk hari ini," ucap Hyunjin dan Soyeon menggeleng cepat.

"Tidak, ia tidak masuk hari ini," balas Soyeon yang tentu membuat semuanya terkejut.

"Yeoja kasar itu cukup merepotkan saja," kesal Changbin.

"Dia membolos?" Minho bertanya pada Hyunjin dan Hyunjin diam, masih tak percaya jika noonanya  itu membolos karena bertengkar dengannya.

"Aku tidak percaya, ia bisa membolos. Selama ini ia tak suka membolos untuk alasan apapun!" tekan Hyunjin yang tentu membuat dahi Minho mengkirut. Namja ini segera berbalik.

"Hyung, kau mau kemana?" Felix yang barusan bergabung, bertanya.

"Kalian kembali saja ke kelas, aku akan mengurus sesuatu," ucapnya tanpa mengatakan apapun lagi.

Mereka pun pergi ke kelas masing-masing, kecuali Hyunjin yang masih nampak bingun, mengkhawatirkan saudarinya itu.

-Tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

270K 11.4K 95
"Aku sayang Eshal sehingga hujung nyawa. Tapi, aku sayang kau buat selamanya" FAREL GIBRAN "The mark of a true crush... is that you fall in love firs...
302K 12.1K 81
| 1st H I G H S C H O O L S E R I E S | 🚫CRINGE ALERT🚫 Tengku Haikal Benjamin tidak pernah menyangka yang dia akan menyukai seorang gadis yan...
790K 41.3K 79
TENGKU AREENA ARISYA seorang gadis yang mempunyai rupa paras wanita arab. Hanya melihat rupa paras sahaja sudah dapat membuat jejaka di luar sana tid...
217K 11.8K 63
Dia kasar.. Dia ganas.. Dia misteri.. Aku benci dia! Tapi.. Dia baik.. Dia lembut.. Dia romantik.. Yang paling penting.. dia hero aku.. "By hook or b...