"Lo gapapa?"
Kata Hamam mengusap pucuk kepala Lena
"Hm,but it hurts"
Kata Lena diranjang UKS memegang kepala belakangnya
"Siapa?"
Tanya Hamam to the point
"Cowo,hoodie item and run"
Kata Alicia
Hamam mengangguk membalas jawaban Alicia
Mereka disana dibuat kebingungan dengan orang berpakaian hoodie berjenis kelamin laki laki itu. Kenapa bisa,Milena dijadikan sasaran untuk pelampiasannya?
Sial,waktu pertandingan di lapangan sekolah belum terlalu ramai karna belum waktunya istirahat. Alicia yang melihat wajah laki laki pelempar bola basket pun dengan samar samar. Yang Alicia lihat jelas,laki laki itu hanya berpakaian Hoodie hitam menutupi seluruh bagian wajahnya. Sepertinya ia emang punya niat untuk mencelakakan Milena
Hamam tinggal diam?
Jawabannya adalah jelas Tidak. Suami mana yang mau istrinya dicelakai oleh orang tidak dikenal? Tidak ada bukan?
Hamam terus memikirkan bagaimana caranya identitas pencelaka itu terbongkat dengan mata kepalanya sendiri. Hamam juga tidak bisa melakukan pekerjaan itu sendirian kan? Banyak sekali geng Hamam disana maupun Disini
Hei kamu! Si manusia berhoodie hitam! Tekutuk lah kamu telah berani mencelakai seorang Istri dari bos geng di kota Jakarta! Hahaha
Jibran,Teman teman osis lainnya segera datang ketika mengetahui kabar Milena sedang di UKS
"Hei! Lo gapapa? Yaelah ngapa sih tiap olahraga kalo sama lo gaada yang berjalan bener"
Kata Jibran memegang lengan Milena dingin didepan Hamam
"Ah?...Bran?"
Milena kebingungan menatap lengan Jibran yang berada dilengannya dan menatap kearah Hamam dengan sekilas
Hamam menatap Jibran dengan sinis
"Kenapa? Gue cuma khawatir pas denger lo di UKS"
Kata Jibran dingin menatap Milena
"Emm..Mam"
Milena menatap Hamam takut karna Hamam sudah menimbulkan urat urat dikedua lengannya
"Gue ngerti"
Jibran melepaskan lengannya
"Dimohon tidak ada perdebatan di ruang UKS"
Kata Alicia melerai mereka berdua
Terlihat sekali Wajah Jibran yang panik akan keadaan Milena,seakan dirinya adalah Hamam kedua bagi Milena
Tunggu,kenapa Jibran memperlakukan Milena seperti ini?
"Apa? Gue salah?"
Tanya Jibran ketika melihat bola mata Hamam yang mendelik ke arahnya
Hamam tidak menjawab,ia memalingkan wajahnya kembali ke tatapan pucuk kepala Milena
"Gimana? Masih sakit len?"
Tanya Rani
"Oh,emm engga sih cuma ada benjolam aja hehe"
Milena mengusap kepala belakangnya
Mereka (OSIS) menghabiskan waktu istirahat mereka di ruang UKS untuk mengunjungi Milena,tidak terasa waktu istirahat mulai habis bel pun telah berbunyi dengan otomatis. Milena kembali bangkit dari ranjang dibantu beberapa rekan termasuk Hamam dan bersiap mengganti pakaian
"Jangan lupa kumpulan rutin yo!"
Teriak Caroline si wakil ketua osis dari pintu UKS
"Len,gue cabut ya. Cepet sembuh bye"
Jibran mengacungkan ke 5 jarinya
"Bye len"
"Hamam,ayo buruan masuk!"
"Tiati ya jangan kepentol bola lagi"
"Lenaa jangan lupa absen osis!"
"Semangat terus Lenaa!"
"Gue dukung MILENA"
Sungguh ribut keadaan waktu itu,keadaan saat mereka mau meninggalkan Milena dari ruangan UKS,padahal Milena hanya kepentol bola basket bukan kepentol bola boling hahaha
"Masih bisa jalan?"
Tanya Hamam membantu Milena
"Ya bisa lah,yang sakit pala gue bukan kaki gue"
Hamam tersenyum manis
•••
15.30
Bel pulang berbunyi
Waktunya semua pelajar pergi dari kehidupan di sekolah dan kembali ketempat tinggalnya masing masing mengistirahatkan otak mereka yang selama ini dilanda pikiran
Tidak untuk sebagian murid yang mengikuti organisasi intra sekolah itu,mereka masih harus bekerja sebagai tangan kanan kedua dari sekolah
Mereka sudah berkumpul diruangan khusus osis di ujung lorong sekolahnya,Hamam dan Milena juga bersandengan duduknya. Yah meskipun beberapa osis tidak mengetahui ada hubungan apa diantaranya,tapi siapa yang berani bertanya kepada preman dari kelas ips?
"Okey pembahasan kali ini adalah LDKS calon osis baru"
Jibran menulis dipapan tulis
Semua osis siap dengan bukunya masing masing untuk mencatat hal hal penting begitupun dengan Milena sang sekertaris osis inti
Entah kenapa Milena merasa bersalah saat Jibran mengucapkan 'LDKS' karna yah... kemarin akibat Milena sakit,LDKS terpaksa diundur
Jibran melirik Milena dan memberikan senyum
"Gimana bran?"
Tanya salah satu rekan osisnya
"Ah...em okey okey,jadi gini minggu depan untuk hari jum'at kita bakal adain LDKS. Calon osis diwajibkan ikut,rencananya sepulang sekolah hari Jumat sampai sabtu siang"
Jibran menjelaskan didepan
"Ada pertanyaan?"
Tanya Caroline,si wakil ketua
"Car! Tugas panitia semua gimana?"
Tanya salah satu rekannya
"Oke,sebenernya gini,Tugas panitia udah beres dari kemarin. Kalian yang dapet tugas dari saya dimohon bekerja dengan keras sesuai pekerjaan masing masing"
"Oh,rencananya masih kaya kemarin? gaada perubahan waktu?"
Tanya rekannya lagi yang duduk dibangku belakang
"Ya masih sama, tidak ada perubahan waktu maupun perubahan panitia. Oiya untuk para penjaga pos diharapkan bisa bekerja se detail mungkin dalam memberi pertanyaan"
"SIAP"
kata mereka serentak
.
.
.
.
.
Adzan magrib berkumandang untuk hari ini,waktunya langit berubah menjadi warna ke hitaman ditandai dengan muculnya beberapa bintang yang menerangi malam ini
Mushola disekolah sedang dipenuhi oleh orang yang masih berada dilingkungan sekolah. Khususnya Milena dan Hamam,Milena sedang melipat mukena yang dipakainya karna sudah habis pakai
"Len.."
"Hm?"
"Gimana Hamam?"
"Gatau dari siang ga ngomong ngomong sama gue"
"Teror lo gimana?"
"Stttt!"
Milena menempelkan jari telunjuknya dibibir
"ups"
"Gue ngerasa kaya perasaan ga enak gitu al,kenapa ya?"
"Haha,itu perasaan lo aja maybe. Selagi ada Hamam disamping lo,percaya sama gue. Semuanya gaakan terjadi apa apa"
Alicia menyimpan mukena di lemari belakang mushola
•••
Diperjalanan pulang menuju apartemen,Milena dan Hamam hanya ditemani keheningan. Tidak ada yang memulai perbincangan ataupun obrolan. Hanya ada suara angin yang menemani malam bersama kendaraan roda 2 itu
Entahlah,Hamam pun bersikap jutek sejak kejadian di UKS tadi. Mungkin karna cemburunya kepada Jibran?
Ah author pun pusing sejak kejadian rapat tadi,Jika boleh jujur Jibran sedari kemarin selalu menghubungi author hanya untuk menanyakan kabar. Pendamping hidup author yang biasa disebut Hamam pun mengetahui kabar ini,dan yah semenjak itu author bingung dengan sifat suami sendiri
"Turun"
kata Hamam yang sudah menempati motor pada tempatnya
Milena mengangguk dan turun dari kendaraan beroda 2 itu
Hamam segera melepas helm yang ia pakai dan membawanya pergi meninggalkan Milena yang masih mematung disebelah motor. Entahlah Hamam merasa bahwa dirinya sedang berjalan seorang diri
Milena pun masih mematung menatap punggung Hamam yang sudah menjauh dari dirinya,Milena diam mematung seribu bahasa tidak mengerti kelakuan suaminya sendiri
"Hamam! Gue ga ngerti"
Teriak Milena
Nihil,Hamam tidak menjawab ia malah melanjutkan jalannya dan sibuk memainkan ponsel dengan satu tangannya
"Mam!"
Teriak Milena lagi
Hamam diam ditempat
Suasana di parkiran malam itu mulai mencengkam karna pasangan suami istri yang memakai baju khas SMA akan memulai perdebatan yang akan melibatkan orang orang disekitarnya. Untungnya, parkiran apartemen saat itu sedang kosong tidak ada satupun mahluk hidup disana yang terlihat oleh kedua pandang mata
"Gue...ga ngerti"
lirih Milena
Tidak ada jawaban,Hamam masih fokus kepada ponselnya
"Gue mau minta penjelasan"
Milena tidak menjawab,ia masih bingung
"Jibran."
lanjut Hamam melirik Milena dibelakangnya dengan sekilas
"Gue..gaada.."
"Gue udah tau jawaban lo. Maaf len,gue cape dengan sandiwara lo"
Milena bingung seribu bahasa. Ia hanya bisa mencerna perkataan dari Hamam
'Sandiwara?'
Kalian harus tau,sewaktu Hamam mengucapkan sandiwara. Diriku benar benar tidak mengerti kenapa berani beraninya Hamam berkata seperti itu dan menyangkut paut tentang Jibran? Mungkin saat itu perasaan ku benar benar tidak bisa diungkapkan melalui kata kata, Hamam memanng tempramen. Ketika menghadapi sesuatu,tapi entah kenapa semenjak menyangkut paut tentang Jibran. Hamam lebih sering diam tidak berbicara apapun
1 tetes
2 tetes
3 tetes
4 tetes
Tetesan air bening mulai berjatuhan dari pelupuk mata Milena saat itu,ia benar benar tidak menginginkan saat saat seperti ini. Perasaannya benar benar tertusuk oleh kata 'Sandiwara' yang Hamam lontarkan. Apakah Milena sejahat ini sampai sampai Hamam berani berkata seperti itu?
Hamam tidak memerdulikannya,Ia melajutkan perjalanannya menuju lobi apartemen sembari menenteng Helm yang ia bawa dan ponsel yang ia mainkan dengan jari jemarinya
Milena?
Ia melangkahkan kakinya keluar dari gedung apartemen itu,tidak tau kemana arah yang ia tuju. Ia terus berjalan mengitari jalanan Jakarta yang sepi dimalam hari sembari meneteskan air dari pelupuk matanya
Beberapa preman yang sering muncul pada malam hari mulai berdatangan siap dengan mangsa mangsa yang mereka tuju
Tentu saja mangsa mereka adalah anak SMA yang pulang malam seperti ini
Milena? Jelas!