You Know We Can't Go Back (A...

By real__minra

72.6K 6.9K 934

Kau tahu, kita tidak bisa kembali untuk menarik kata-kata itu, kan? -PCY More

0 0 0
0 0 1
0 0 2
0 0 3
0 0 4
0 0 5
0 0 6
0 0 7
0 0 8
0 0 9
0 1 0
0 1 1
0 1 2
0 1 3
0 1 4
G a l l e r y
0 1 5
0 1 6
0 1 7
0 1 8
0 1 9
0 2 1
0 2 2
0 2 3
0 2 4
0 2 5
0 2 6
0 2 7
0 2 8
0 2 9
0 3 0 ( l a s t c h a p t e r )
s i d e s t o r y: 0 0 1

0 2 0

1.5K 185 46
By real__minra

"Hyung, kenapa kau harus minta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan apapun!" Seru Sehun panik. Ia membalikkan tubuhnya, lalu menatap Chanyeol yang kini sedang mengusap airmatanya. Bahu lebarnya bergerak naik turun, seiring dengan suara tarikan ingus yang menyebalkan itu. Sehun benci melihat orang yang disayanginya menangis, terlebih ia tidak tahu mengapa Chanyeol bisa menangis secara tiba-tiba seperti itu.

"Hyung, berhentilah menangis." Kata Sehun lembut sambil mengelus pundak Chanyeol.

"Hyuung, kumohon berhentilah menangis!" Rengek Sehun. Chanyeol mendongakkan kepalanya lalu ia menatap Sehun dengan matanya yang memerah.

"Apa yang kau pikirkan, Hyung? Kenapa kau menangis seperti itu?" Tanya Sehun sambil memiringkan kepalanya. Jika tidak dalam perasaan bersalah, Chanyeol pasti akan mencubit gemas pipi tembam kekasihnya itu karena tingkah menggemaskannya.

"Hyung ha-hanya," Chanyeol merasakan sesuatu mencekiknya. Sudah berapa banyak kata-kata kebohongan yang ia lontarkan?

"Hyung hanya merasa ingin meminta maaf kepadamu. Selama ini Hyung tidak banyak bersifat layaknya kekasihmu, Hyung tidak baik untukmu." Bohong. Bukan itu yang ingin Chanyeol sampaikan.

"Apa yang kau katakan, kau yang terbaik, Hyung! Bagiku kau adalah satu-satunya yang bisa membuatku bahagia, kau yang mencintaiku lebih dari siapapun!" Sanggah Sehun sambil menatap tajam mata Chanyeol. Chanyeol tahu Sehun akan mengatakan itu, tetapi ia tetap tidak pantas mendengarnya. Faktanya memang dirinya tidak baik untuk Sehun. Ia hanyalah manusia bodoh yang terjebak semakin dalam kepada dua pilihannya.

"Hyung, bukankah kau mencintaiku? Katakan kalau kau mencintaiku, Hyung! Aku benci mendengarkan omong kosong seperti tadi."

Chanyeol hanya menatap mata Sehun. Tangannya terasa kaku, ia tidak bisa menggapai wajah cantik kekasihnya itu untuk sekedar mengelusnya pelan.

"Hyung mencintaimu, Sehun-ah."

Sehun tersenyum bangga. Ia menarik handuk yang tergantung, melilitnya dibagian privatenya, lalu berkedip manja kepada Chanyeol.

"Aku akan menunggumu di ranjang, Hyung."

Chanyeol tersenyum lemah sebagai balasannya. Setelah apa yang terjadi, seks menjadi hal terakhir yang ada dikepalanya.

*

Jaemin berlari tersengal-sengal, lalu ia mendorong pintu café sedikit lebih keras. Semua pengunjung menolehkan kepala mereka kearahnya, tetapi ia tidak memiliki waktu untuk peduli.

"Hyung!" Jaemin melipat kedua tangannya. Kesal, ia menatap tajam kedua manik hitam yang melihatnya penuh harap itu.

"Aku sudah tidak ingin berurusan denganmu dan Sehun Hyung, kenapa kau masih saja mencariku? Bisakah kau anggap aku tidak mendengar apapun malam itu?" Semprot Jaemin kesal.

"Nana, setidaknya duduklah dulu. Bukankah kau suka espresso? Aku sudah memesankan satu untukmu. Extra shot."

Jaemin menarik kursi, tepat didepan kursi Chanyeol, merebut plastic cup berisi kopi kesukaannya, lalu meminumnya dengan rakus. Setelah tenaganya yang habis secara paksa, kopi menyegarkan kembali tubuhnya.

"Pelan-pelan, kita masih memiliki banyak waktu." Sahut Chanyeol sambil menyodorkan tissue kepada Jaemin.

"Oh, berhentilah bersikap sok manis didepanku, Hyung. Itu sangat menjijikkan." Ucap Jaemin sambil mengambil selembar tissue.

"Maafkan Hyung, Nana-ya. Selama ini Hyung bersikap tidak baik kepadamu, maka dari itu Hyung ingin memperbaiki semua itu." Jelas Chanyeol.

Jaemin menatap sedih kepada pria dewasa didepannya itu. Chanyeol dan Jeno memang lahir ditahun yang sama, tetapi mereka sangatlah berbeda. Jeno selalu memiliki aura muda yang menyenangkan, sedangkan Chanyeol selalu terlihat lelah sepanjang waktu, yang menyebabkannya terlihat jauh lebih tua dari usianya. Hitam disekitar mata dan garis halus dibeberapa bagian pada wajahnya jelas terlihat sangat mengganggu apalagi ia masih berumur dua puluhan. Jaemin mengernyitkan dahinya, kenapa Sehun Hyung tidak memberikan perawatan mahal kepada pria dihadapannya ini?

"Hyung semakin stress. Hyung tidak bisa pulang ke apartment Sehun ataupun ke apartment milik Hyung dan Seungwan. Terlalu menyakitkan untuk melihat wajah gembira mereka berdua." Kata Chanyeol sambil tersenyum lemah.

Jaemin sekarang sudah tahu, jelas Chanyeol memanggilnya untuk menemaninya, untuk menjadi telinga yang siap untuk menampung segala macam curahan hatinya. Jaemin berpikir, jika Chanyeol tidak memiliki orang sepertinya, apakah pria dewasa itu akan lompat dari lantai teratas apartmentnya? Jaemin menggelengkan kepalanya keras. Ia tidak boleh membiarkan Chanyeol bertindak gila. Ia harus menjadi teman curhat pria dewasa itu, jika dengan begitu membuatnya merasa jauh lebih baik.

"Seungwan setiap hari selalu menceritakan tentang bayi kami didalamnya perutnya, ini dan itu, yang bahkan aku sendiri tidak sanggup untuk mendengarnya. Sedangkan Sehun, tiap hari ia akan naik keatas pangkuanku, memberikan kecupan, lalu memaksaku untuk meninggalkan Seungwan, dan menikahinya." Cerita Chanyeol sambil mengecap kopinya.

"Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku berada diposisi dimana aku tidak bisa meninggalkan keduanya!" Chanyeol mencengkram gagang cangkir kopinya. Airmata mulai membasahi pipinya.

"Hyung, apapun yang kukatakan, suara hatimu jauh lebih baik. Pahamilah dirimu sendiri, maka kau bisa memilih satu diantara mereka. Kau tidak bisa memiliki keduanya, kau tahu itu, Hyung." Jelas Jaemin dengan sabar.

Chanyeol menatap kosong keluar jendela. Hujan yang dari tadi mengguyur Seoul sudah berhenti, menyisakan jalanan kota yang becek. Chanyeol mengendus aroma kopi yang terbawa angin, menenangkan pikirannya. Seingin apapun ia untuk mendebatkan apa kata Jaemin barusan, ia merasa sangat lelah bahkan untuk sekedar membuka mulutnya. Ia pikir ia bisa memiliki Sehun dan Seungwan bersamaan, tetapi nyatanya apa yang Jaemin ucapkan, bocah universitas itu, benar adanya. Seorang pria tidak boleh egois, jauh lebih penting, seorang pria tidak boleh menjadi seorang pengecut.

"Hyung, hari sudah mulai gelap. Bukankah kau harus pulang? Aku juga ingin pulang, banyak pekerjaan rumah yang harus aku kerjakan." Seru Jaemin sambil memakai kembali coat panjangnya.

Chanyeol menatap lelaki yang lebih muda itu yang tengah sibuk memakai coatnya, membenarkan tatanan rambutnya, lalu menyedot habis kopinya.

"Hyung, aku pulang. Kau juga, pulanglah. Ini sudah malam." Kata Jaemin.

"Tu-tunggu, Nana," Sahut Chanyeol sambil beranjak dari kursinya.

"Terima kasih banyak." Ujar Chanyeol sambil tersenyum. Jaemin menganggukan kepalanya, lalu ia buru-buru meninggalkan café.

*

Chanyeol bangun pagi-pagi sekali. Sudah sebulan lamanya ia mengambil alih sebagai koki untuk sarapan, karena menurutnya Seungwan membutuhkan banyak istirahat. Chanyeol menghiasi toast ke piring, lalu meletakkannya diatas meja.

"Selamat pagi, Oppa." Sapa Seungwan sambil melingkarkan tangannya kesekitar perut Chanyeol. Chanyeol mengelus kepala Seungwan lembut lalu memberikan gestur kepada wanitanya untuk segera sarapan.

"Pagi, sayang. Maafkan Oppa karena sarapan hari ini hanya toast." Kata Chanyeol sambil menggigit rotinya.

"Tidak apa-apa, ini sangat enak, Oppa. Apapun yang kau buat, aku akan bersedia memakannya."

Mereka menyantap sarapan dalam diam. Chanyeol buru-buru menghabiskan makanannya, lalu ia segera membereskan alat-alat dapur yang berantakan. Setelah itu, ia meraih jas hitamnya dan kunci mobilnya.

"Tetaplah dirumah, kau tidak boleh terlalu lelah, bukankah Dokter mengatakan kalau kau harus banyak beristirahat?"

Kehamilan Seungwan dikatakan sangat beresiko, entahlah, Chanyeol tidak tahu apapun tentang bagaimana sistem immune manusia bekerja, yang terpenting, jika Seungwan memaksakan untuk bekerja, itu bisa membahayakan bukan hanya bayi yang dikandungnya, tetapi juga nyawanya sendiri.

"Iya, iya. Aku mengerti, Oppa."

Chanyeol tersenyum lalu ia mengecup kening Seungwan. Ia melambaikan tangannya lalu berjalan menuju lahan parkir dilantai bawah.

*
*

Pada akhirnya Chanyeol tetap menyembunyikan fakta bahwa Seungwan kini sedang mengandung dari Sehun. Selalu ada dorongan untuknya mengatakan semuanya dengan jujur, tetapi mengingat bahwa ia bisa saja kehilangan Sehun untuk yang kedua kalinya, ia mengurungkan niatnya itu. Pada akhirnya Chanyeol malah membiarkan Sehun, orang yang dicintainya, hidup dalam kebohongan dan kebodohan yang tercipta dari dirinya sendiri, semua karena dari awal Chanyeol tidak bisa memilih satu diantara kedua kekasihnya.

"Park, kau terlambat lagi."

Chanyeol tahu bahwa dibalik nada suara yang terdengar kesal itu, pria manis itu mati-matian menahan senyum manisnya.

"Maafkan saya, Direktur Wu!" Chanyeol membungkukkan tubuhnya hormat. Lalu ia berjalan tergesa-gesa menuju ruangannya. Chanyeol bisa mendengar suara langkah seseorang yang berjalan mengikutinya, dan itu membuatnya tersenyum lebar.

"Untuk apa seorang Direktur mengikuti seorang Produser, bahkan sampai di depan ruangan studio sempitnya? Bukankah ruanganmu jauh lebih besar dan nyaman, hm?" Goda Chanyeol.

"Hyung, cepat buka saja pintunya!" Seru Sehun, jengkel. Chanyeol terkekeh lalu ia buru-buru membuka kunci ruangannya.

Brak!
Tanpa aba-aba Sehun menabrakkan tubuh Chanyeol kepada dinding. Chanyeol tersenyum ditengah-tengah ciuman panas dan terburu-buru itu, lalu ia mengambil alih dominasi dalam ajang cium-mencium itu.

Sehun melepaskan bibirnya secara paksa, serindunya ia kepada Chanyeol, mati karena kehabisan oksigen terdengar sangat konyol.

"Apa yang membuatmu bertingkah agresif seperti ini, sayang?" Tanya Chanyeol sambil mengelus pipi Sehun.

"Aku sangat merindukanmu, Hyung bodoh! Aku merasa sangat tersiksa karena tidak bisa menghabiskan waktu diakhir pekan bersama denganmu!" Tangis Sehun. Chanyeol mengecup bibir Sehun singkat, lalu ia menggunakan ibu jarinya untuk menghapus airmata Sehun. Kemarin ia lebih memilih untuk menemani Seungwan ke Dokter kandungan daripada menghabiskan waktu dengan Sehun di apartment, seperti yang biasa mereka lakukan.

"Maafkan Hyung, sayang. Kau bisa tetap disini jika kau mau, Hyung tidak akan menyuruhmu untuk kembali keruanganmu."

Sehun menunjukkan bulan sabit menggemaskan itu kepada kekasihnya. Chanyeol mencubit pipi tembam Sehun gemas, lalu mengecupnya lembut.

"Hyung, omong-omong aku memiliki kabar buruk dan kabar baik untukmu."






TBC
Hiii! I guess being angry at me is an understatement. But don't worry guys, I'm back again 😁

Continue Reading

You'll Also Like

11.6K 877 25
"Koh, terima kasih sudah menerima dan menjadi tempat ternyaman buat Ahsan." -Mohammad Ahsan. "San. Apapun yang terjadi saya akan selalu ada buatmu. T...
927 331 32
Hidup di zaman sekarang makin banyak plot twist nya. _______________________________________ ๐—ฎ๐˜๐˜๐—ฒ๐—ป๐˜๐—ถ๐—ผ๐—ป ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐—ฎ || (๐–ผ๐— : ๐–ผ๐—ˆ๐—‡๐—๐–พ๐—‡๐— ๐—...
40.1K 3.9K 16
ยฉDhee Cassie presents . . . Kumpulan FF 1 shoot dan Songfict ringan yang akan menceritakan Yunjae couple dalam berbagai genre. Jadi setiap chapter ad...
2.8K 317 5
Yunho menatap tubuh mungil itu mematung di depannya. Mata itu berkaca-kaca, dan bibir itu mulai bergetar. Yunho berjalan mendekat, lalu berhenti di s...