You're not My First Choice

بواسطة aufklarung94

107K 4.8K 179

"Broken heart girl bounds by bump with cold heart Mafia Leader" ******** --Kim Soeun-- Perawat yang cantik da... المزيد

Broken Heart
Cold Heart
First Meeting
Nuneo
The Plan
The Baby
New Friend
The Fear
It's not Secret Anymore
No Love
Incident
Baby's Father
Shopping Time
Testing the theory
His claim
Broken Heart Again
Tears and Tragedy
Father's Plan
The Chaos
Ultimatum
Missing Her
New Guy
The Game is On
First Mission
He is back
Visiting The Den
His Hidden Pain
Their sweet little bubbles
Boss of The Dragons
The Only One
Paradox
Confession and The Wedding
Nuneo or Junho?
Interrogation
Taken
Bounding
Not The First but The Right One
The Little Chunnie

Birthday celebration

2.3K 143 4
بواسطة aufklarung94

Usia kehamilan Soeun telah menginjak bulan kelima. Perutnya sudah mulai membesar diiringi kenaikan berat yang tidak signifikan, hanya 3kg. Meski begitu, Soeun masih bekerja seperti biasanya di rumah sakit. Dirinya merasa masih kuat untuk tetap bekerja walaupun ayahnya sudah meminta Soeun untuk berhenti bekerja atau paling tidak mengambil cuti hingga melahirkan. Walaupun pikiran bersantai di rumah sambil menunggu hari kelahiran merupakan ide yang cukup menggoda. Soeun cukup puas dengan hari libur tambahan yang diberikan pihak rumah sakit.

Ya. Pasalnya Soeun mendapatkan dua hari libur kerja dalam satu minggu. Selain itu, dirinya juga mendapat kenaikan gaji hampir 90%. Sesuatu yang aneh menurut Soeun namun sadar dirinya membutuhkan banyak biaya untuk persalinan dan kebutuhan bayinya nanti, Soeun tak ambil pusing dengan alasan yang disampaikan atasannya di rumah sakit saat mengumumkan dirinya mendapat kenaikan gaji.

Dan hari ini adalah hari libur kerja bagi Soeun. Berbeda dengan hari libur biasanya yang Soeun habiskan di rumah atau menonton movie bersama Boah dan Chansung, hari ini Soeun akan ikut berlibur di rumah pantai milik keluarga Lee.

Ya. Dalam beberapa waktu belakangan ini, Soeun dan Suzy telah menjadi teman baik meskipun tak sedekat pertemanan Soeun dengan Boah. Suzy memutuskan untuk merayakan ulang tahunnya dengan menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman terdekatnya di salah satu rumah pantai milik ayahnya.

Tentu saja, Boah dan Soeun diundang berarti Chansung pun juga diundang. Mereka akan menghabiskan waktu selama tiga hari di rumah pantai, namun Soeun hanya akan menghabiskan waktu di sana selama dua hari karena hari liburnya hanya dua hari.

"Kau yakin kau ingin menghabiskan hari liburmu di sini? Uhm... ayah bersedia mengantarkanmu kemana saja dan menemanimu" ucap Tuan Kim pada Soeun.

Soeun yang tengah menatap ke pantai pun memalingkan wajahnya untuk menatap ayahnya. Ya. Malam ini akan diselenggarakan pesta perayaan ulang tahun, dan meski bukan pesta besar beberapa karyawan Big Jun Corp diundang. Well, hanya beberapa yang merupakan kenalan dekat Tuan Lee. Jika ada yang bertanya-tanya mengapa seorang manager anak perusahaan seperti ayah Soeun diundang, jawabannya adalah karena Tuan Lee sendirilah yang mengundangnya. Dengan alasan tak ingin sesuatu terjadi pada anak perempuannya yang sedang hamil, Tuan Kim pun memenuhi undangan menghadiri pesta.

Jadi, di sinilah ayah dan anak itu, duduk menikmati keindahan pantai dari salah satu sisi ruang tamu yang langsung mengarah ke bibir pantai. Chansung dan Boah telah terlebih dahulu menjelajah pinggir pantai berdua setelah sebelumnya gagal membujuk Soeun untuk ikut bersama mereka.

'Biarkan mereka menikmati waktu berdua'

Itulah yang ada di benak Soeun ketika dirinya bersikeras menolak tawaran Chansung dan Boah. Sedangkan Suzy tengah sibuk memerika kesiapan pesta ulang tahunnya. Dan Sangyeob?

Soeun berpapasan dengannya waktu pertama kali tiba di rumah pantai, namun ia memilih bersikap tak acuh. Walaupun sepertinya, ada yang ingin Sangyeob bicarakan dengannya.

Namun, tatapan dingin Tuan Kim membuat pria itu urung mendekati Soeun.

'Aku tak akan meninggalkan Soeun sendiri selama Chansung dan Boah belum kembali. Aku tak ingin pria pengecut itu mendekati putriku lagi' pikir Tuan Kim sebelum akhirnya memutuskan untuk selalu menemani Soeun dan berada di manapun Soeun berada.

Itulah alasan mengapa Tuan Kim memilih duduk menikmati keindahan pantai dari balik gelas kaca ruang tamu rumah pantai bersama putrinya.

"Aku sudah mengatakan bahwa aku akan menghabiskan hari liburku di sini ayah" jawab Soeun lembut.

Tuan Kim mengangguk lalu menatap ke arah pantai juga.

Soeun menatap seksama wajah ayahnya dan mendapati kemurungan terukir jelas di wajah ayahnya itu.

"Apa ada yang menganggumu ayah?" Tanya Soeun lembut.

Tuan Kim menghela nafas.

"Kau juga punya hal lain yang perlu dicemaskan dibandingkan mencemaskanku, my little girl".

"Hmmm... Tidak bisakah ayah membaginya denganku. Ayah tentu tahu aku tidak akan berhenti, sampai ayah menceritakan apa yang menggangu ayah padaku. No secrets, ingat?"

Tuan Kim lalu menatap sendu Soeun.

"Ayah berharap kau tidak perlu menjalani semua ini sendirian. Ayah penasaran apa yang akan ibumu pikirkan jika dia masih bersama kita"

Soeun pun menundukkan pandangannya. Ia bisa menangkap kesedihan dalm diri ayahnya. Sangat jarang ayahnya itu membicarakan soal wanita yang dia cintai yang telah lebih dulu meninggalkan mereka berdua. Waktu ayah Soeun membicarakan tentang mendiang istrinya adalah saat pria paruh bayah itu merasa sangat sedih. Like this time.

Soeun terdiam sejenak sebelum merespon perkataan ayahnya, ia mengatur pikirannya sebelum kemudian membuka mulutnya.

"Well, aku rasa ibu akan melihat semuanya dari sudut pandang yang luas. Ibu akan melihat bahwa aku melakukan kesalahan saat mencoba untuk melupakan Sangyeob oppa. Ibu akan menilai bahwa apa yang aku lakukan bukanlah sesuatu yang bisa kubanggakan. Tapi, aku sudah cukup dewasa untuk memutuskan sesuatu dalam hidupku, ayah......"

Soeun pun lalu menatap Tuan Kim.

"Aku sudah berusia 26 tahun. Aku sudah menyelesaikan kuliahku. Dan aku pun bisa memperoleh uang sendiri untuk keperluanku. Aku bisa mengurus bayi ini ayah. Aku tidak peduli jika aku harus menjalani semuanya sendiri...."

Ucapan Soeun terhenti.

Ya. Selama beberapa waktu belakangan ini, wanita itu telah bertekad tak mempermasalahkan lagi jika Nuneo mau menerima anaknya ataukah tidak. Soeun tak keberatan jika dirinya menjadi single parent. Jika memang di masa yang akan datang, ia memerlukan biaya lebih untuk anaknya, Soeun tak keberatan mengambil pekerjaan tambahan.

"....Aku anak ayah. Aku wanita yang kuat, ayah. Tapi jika ayah tetap bersedih dan tidak mendukungku, aku tak akan bisa menjalani semua ini ayah" lanjut Soeun.

Tuan Kim pun tersenyum kecil.

"Oh.. jadi ini salah ayah jika kau tidak menikmati masa kehamilanmu yang sangat tidak direncanakan ini?"

Ada nada penuh canda dalam perkataan Tuan Kim yang juga membuat Soeun tersenyum kecil.

"Ya. Ini memang tidak direncanakan, tapi semuanya telah terjadi. Jika orang-orang tahu ayah merasa malu akan diriku dan bayi ini, lalu bagaimana mereka akan bersikap padaku?"

Soeun lalu mengenggam tangan ayahnya.

"Bayi yang aku kandung adalah anakku. Dia adalah cucu ayah. Ayah harus menerima semua ini, jadi aku punya seseorang sebagai tempatku bersandar. Suka atau tidak, hanya ayahlah yang aku punya"

Tuan Kim menatap putrinya lama, matanya berkaca-kaca.

"Kau punya ayah, my littke girl. Ayah akan selalu ada untukmu, okay? Mari berhenti bersedih. Pergilah nikmati hari liburmu di sini" tukas Tuan Kim dengan nada yang lebih ceria dibanding sebelumnya.

Soeun pun beranjak dari sofa seraya memeletkan lidahnya pada ayahnya.

Tuan Kim terkekeh melihat tingkah kekanakan putrinya itu.

Soeun lalu berjalan menuju kamar yang akan menjadi tempatnya tidur selama dua hari ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Soeun telah selesai mengganti pakaiannya dengan dress pantai bercorak bunga-bunga dengan panjang hingga lutut. Dress tersebut membuat Soeun terlihat lebih feminim dan lebih cantik dari biasanya. Well, ada yang bilang, auramu akan lebih keluar saat kau hamil.

Soeun tak pernah merasa malu untuk menutup-nutupi perutnya yang mulai membesar. Ia tak peduli dengan tatapan sinis beberapa sahabat Sangyeob yang rupanya juga hadir di pesta ini atau tatapan penasaran dari para tamu lainnya siapa gerangan wanita cantik yang tengah hamil ini dan mempertanyakan dimana gerangan suami atau ayah dari anak yang sedang dikandungnya.

Dengan penuh semangat Soeun berjalan menuju ruang makan. Ia sangat lapar. Meski gejala mualnya sudah jarang menderanya, rasa lapar Soeun justru senantiasa muncul. Terlebih lagi ketika matanya mendapati puding coklat berhiaskan stroberi yang terhidang di meja besar di ruang makan. Tanpa ragu Soeun mengambil puding tersebut dan meletakkan dalam piring yang dia pegang.

Ya. Semua tamu di sini dipersilahkan menikmati jamuan apapun yang telah disediakan. Bahkan kau pun bisa menikmati fasilitas di rumah pantai termasuk beberapa olahraga air di pantainya secara cuma-cuma. Namun, Soeun memutuskan dengan kondisinya sekarang, ia hanya akan duduk di pinggir pantai seraya memuaskan lidahnya dengan begitu banyak hidangan penggugah selera.

"Ya ampun, sungguh nikmat" desah Soeun seraya menyuapkan potongan puding ke dalam mulutnya.

Tanpa lama mengunyahnya, Soeun pun melanjutkan suapan berikutnya. Terlarut dalam kenikmatan puding coklat itu tanpa menyadari Suzy dan Sangyeob yang memasuki ruang makan.

"Melihatmu begitu menikmatinya, membuatku juga ingin mencicipinya" ujar Suzy membuat Soeun tersadar dari aktivitasnya.

Soeun menoleh ke sisi kanannya dan tersenyum ke arah Suzy.

"Kau harus mencobanya. Ini sungguh enak Suzy-ah" jawab Soeun.

Senyumannya sedikit memudar ketika mendapati Sangyeob di samping Suzy yang juga tengah menatapnya dalam.

"Benarkah?" Ujar Suzy lalu melepaskan rangkulannya di lengan Sangyeob dan bergegas mengambil piring.

"Hmm.. rasanya biasa saja, Soeun" tukas Suzy ketika memasukkan satu sendok puding ke mulutnya.

Keningnya berkerut menandakan kekecewaannya.

Soeun tertawa kecil melihat wajah Suzy.

"Tapi bagiku sungguh enak" protes Soeun tanpa berhenti memasukkan sendokan puding ke mulutnya.

Suzy menghela nafas.

"Well, itu mungkin pengaruh bayimu. Mungkin kau sedang mengidam" ujar Suzy.

Soeun pun tak membantah.

Memang sejak tadi pagi Soeun sangat ingin memakan puding. Tapi ia tak sempat membeli atau membuatnya karena harus sudah menempuh perjalanan dua jam dari rumahnya ke rumah pantai ini.

Soeun meletakkan piringnya dan bersiap menuangkan segelas jus mangga ketika iphone Suzy berdering membuatnya terlonjak kaget.

"Hahahahaha..... maaf Soeun aku membuatmu kaget" ucap Suzy seraya tertawa menatap Soeun yang memegang dadanya.

Suzy pun lalu menjawab panggilan masuk.

"Halo Uyong oppa. Apa kalian sudah tiba?" Ujar Suzy.

"Benarkah? Baiklah aku akan menemui kalian di ruang tamu" ucap Suzy dengan suara sedikit tinggi.

Soeun hanya tersenyum seraya meneguk jus mangga melihat tingkah histeris Suzy. Sementara Sangyeob yang sedari tadi berdiri tanpa sedikitpun menyentuh hidangan menatap lembut Suzy.

"Sangyeob oppa, keluargaku telah tiba. Aku akan menemui mereka dulu"

Suzy mencium pipi Sangyeob lalu menoleh ke Soeun.

"Soeun-ah, nikmati hidangannya. Aku pergi dulu" ujar Suzy seraya berjalan keluar dari ruang makan.

"Dia benar-benar gadis yang periang" komentar Soeun seraya menatap punggung Suzy yang menghilang.

Namun, tiba-tiba Soeun merasakan tatapan seseorang padanya. Ia menoleh ke sisi lain meja makan dan masih mendapati mantan kekasihnya itu masih ada dalam ruangan yang sama dengannya.

'Ada apa dengannya? Tatapannya membuatku risih' pikir Soeun lalu memutuskan untuk beranjak dari ruang tamu.

"Apa bayi itu benar-benar bukan anakku?" Tanya sebuah suara yang mungkin dulu selalu Soeun rindukan namun tidak lagi sekarang.

Langkah Soeun terhenti untuk lima detik, lalu ia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya lagi.

"Apa kau sengaja hamil agar aku kembali padamu? Kau tahu benar aku sangat ingin mempunyai seorang anak. Apa kau merencanakan semua itu?" Tanya Sangyeob lagi dengan suara yang lebih keras berharap mendapat respon dari wanita yang pernah dia cintai itu.

Well, jika boleh jujur, pria itu masih menyimpan cinta untuk Soeun. Sekuat apa dirinya berusaha mencintai Suzy, tapi masih ada ruang di hatinya yang masih ditempati Soeun. Namun, ia tak ingin menyakiti Suzy dengan menampakkan perasaannya pada Soeun. Meskipun alasan utama adalah dirinya telah menetapkan Suzy adalah masa depan bagi dirinya dan juga keluarganya. Siapa yang tidak ingin menjadi bagian dari keluarga Lee Sungmin?

Soeun pun menatap Sangyeob dingin.

"Aku tak peduli dengan apa yang kau katakan, Tuan Lee Sangyeob. Tapi, satu hal yang perlu kau tanamkan dalam otak pintarmu itu bahwa bayi yang aku kandung bukan anakmu. Dia anak pria lain. Aku tak sudi mempunyai anak darimu" ujar Soeun.

Soeun tak peduli jika kata-katanya menyakiti Sangyeob. Tapi, itulah kenyataannya.

Manik hitam Sangyeob mengeras. Jelas perkataan Soeun melukai egonya.

"Siapa pria itu? Dimana dia sekarang? Tskk..tskk.. aku berani bertaruh dia tak mengakui anak itu. Aku tak menyangka kau sekarang menjadi wanita murahan...!!!" cibir Sangyeob.

Sejujurnya Sangyeob tahu betul Soeun bukan wanita seperti itu. Tapi lebih baik kau saling membenci dengan begitu rasa cinta yang tersisa akan hilang sehingga ia bisa memberikan 100% hatinya pada Suzy.

Soeun mengepalkan tangannya erat berusaha mengendalikan emosinya.

'Jangan biarkan kata-katanya menyakitimu, Kim Soeun. Cukup sudah air matamu untuknya. Dia tak pantas mendapat air matamu atau bahkan waktumu' rapal Soeun dalam hati.

Seraya tersenyum manis, Soeun menjawab perkataan menyakitkan Sangyeob.

"Seperti yang aku katakan tadi. Aku tak peduli dengan perkataanmu ataupun pendapatmu tentangku. Kau perlu menerima fakta bahwa aku telah move on darimu. Dan asal kau tahu, bayi yang tengah aku kandung adalah buah cintaku dengan pria lain. Itu artinya aku sudah membuangmu dari hatiku untuk selamanya" ujar Soeun seraya mengelus dengan penuh bangga perutnya.

Soeun sadar ia sedikit menyombongkan diri dan melebih-lebihkan soal buah cinta, tapi mau bagaimana lagi? Jika tidak seperti itu, ia lah yang akan terluka dengan perkataan Sangyeob.

Mendengar perkataan Soeun, Sangyeob berang. Dengan langkah kaki yang cepat, dirinya mendekati Soeun lalu menarik pergelangan tangan Soeun sehingga membuat tubuh Soeun bertabrakan dengannya.

"Kau membual. Aku tahu betul kau masih mencintaiku!" Ujar Sangyeob.

Cengkeraman di pergelangan tangan Soeun sangat erat membuatnya sedikit meringis.

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Bentak Soeun.

"Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau mengakui bahwa kau masih mencintaiku...!!!" ngotot Sangyeob.

Soeun terperangah.

'Pria ini gila. Dia yang meninggalkanku tanpa peduli akan cintaku. Sekarang saat tahu aku hamil karena pria lain, dia marah dan bersikeras bahwa aku masih mencintainya'

Soeun tak habis pikir dengan cara kerja otak mantan kekasihnya itu.

"Aku...tidak... mencintaimu lagi" ucap Soeun penuh dengan penekanan dan keseriusan menatap balik tatapan penuh amarah Sangyeob.

Sebelum sempat Sangyeob membuka mulutnya, Chansung tiba di ruang makan.

Bayangkan saat ia berniat mengambil makanan untuk dirinya dan Boah yang sedang menunggu di salah satu tenda di pinggir pantai, ia harus melihat kondisi sahabat baiknya dengan tangan yang dicengkeram oleh pria brengsek yang menyakiti Soeun.

"Lepaskan dia sekarang juga jika kau tak ingin terjadi keributan" ujar Chansung dengan suara dalam dan sorot mata yang tajam membuat Soeun dan Sangyeob menoleh padanya.

Namun, alangkah keras kepalanya Sangyeob tak mengindahkan peringatan Chansung.

"Kurang ajar" desis Chansung lalu dengan cepat menghampiri Soeun-Sangyeob.

Chansung menarik Soeun ke dalam pelukannya dengan hati-hati seraya mendorong dengan kuat tubuh Sangyeob membuat Sangyeob melepaskan cengkeramannya di pergelangan tangan Soeun. Rupanya Sangyeob tak mengira tenaga Chansung cukup kuat. Well, pria itu tak tahu jika Chansung memguasai ilmu bela diri.

Tak berhenti dengan hanya mendorong Sangyeob. Setelah menggeser tubuh Soeun ke belakang tubuhnya, mengamankan Soeun, Chansung dengan cepat mencengkeram kemeja Sangyeob. Manik hitam Soeun membulat ketika tahu apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya itu. Sebelum pukulan Chansung mendarat di wajah Sangyeob. Dirinya memeluk lengan Chansung.

"Hentikan Chansung-ah!!! Aku tak apa-apa" ucap Soeun membuat Chansung menghentikan gerakan tinju tangannya yang berjarak lima cm dari wajah Sangyeob.

"Tapi, dia menyakitimu" jawab Chansung.

"Please!! Hentikan. Kau tak ingin membuat orang yang telah mengundang kita marah dan sedih kan?" Bujuk Soeun.

Apa yang dikatakan Soeun memang benar. Tapi alasan utama ia mencegah Chansung menghajar Sangyeob adalah karena dirinya tak ingin Chansung mendapatkan masalah karenanya. Terlebih lagi, keluarga Suzy juga telah tiba.

Soeun tahu bahwa ayah Suzy mengenal dekat kelompok mafia The Dragons. Well, tentu Tuan Lee akan marah bukan jika tahu wajah calon menantunya lebam. Soeun tak mau mafia memburunya dan Chansung. Tapi, mungkin jika Tuan Lee tahu, apa yang akan terjadi bisa saja berbanding terbalik dengan yang Soeun takutkan. Terlebih lagi jika putra sulung Tuan Lee tahu sikap buruk Sangyeob pada ibu dari calon anaknya. Tak cuma wajah yang lebam yang akan Sangyeob dapatkan.

"Please....!!!" Rengek Soeun membuat Chansung menghela nafas lalu melepaskan kerah kemeja Sangyeob dengan kasar.

"Baiklah" Ujar Chansung.

Lalu ia menatap tajam pada Sangyeob.

"Jika aku mendapatimu lagi menyentuh Soeun, aku pastikan akan benar-benar menghajarmu. Aku tak peduli putra siapa kau" gertak Chansung lalu menarik pelan Soeun meninggalkan ruang makan.

"Apa dia melakukan sesuatu yang lain padamu?" Tanya Chansung terus saja menanyai Soeun.

Lalu pria itu menyentuh perut Soeun.

"Apakah si baby baik-baik saja?" tanya Chansung sedikit cemas.

"Aku baik-baik saja. Dan keponakanmu juga baik-baik saja" jawab Soeun lalu melanjutkan langkah kakinya.

Ya. Selang beberapa hari setelah tahu Soeun hamil, Chansung telah mendeklarasikan bayi yang dikandung Soeun akan menjadi keponakannya. "I'm his first uncle" itulah yang Chansung katakan. Dan Soeun hanya tersenyum kala itu, ada beberapa orang yang telah menyayangi bayinya meski bayi tersebut belum lahir. Dirinya merasa tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ya itulah yang Soeun pikirkan hingga saat ini.

Namun semuanya berubah ketika ia dan Chansung melewati ruang tamu ketika akan menuju pintu samping yang menuju ke pantai. Matanya tak sengaja melirik ke arah beberapa orang di ruang tamu. Ada tiga pria yang nampaknya baru saja tiba.

Tiba-tiba wajah Soeun memucat ketika melihat Suzy yang sedang memeluk seorang pria yang juga membalas pelukannya itu. Ia mengenali pria yang sedang memeluk Suzy itu. Pria itu terlihat letih dan tak fokus. Sepertinya ada banyak hal yang menggangu pikiran pria itu. Namun, ketampanannya masih melekat di wajah itu.

Wajah tampan yang menatap Soeun dalam saat ia dan pria itu menghabiskan satu malam yang panas di kamar hotel. Wajah yang Soeun lihat beberapa bulan yang lalu ketika ia menemui pria itu untuk kedua kalinya. Wajah yang juga membuat Soeun pergi dengan ketakutan saat mengenali tato di dada kiri pria itu.

'Nuneo' ucap Soeun dalam hati.

'....Apa yang dia lakukan di sini?' Tanya Soeun pada dirinya sendiri.

Lalu tangannya mencengkeram lengan Chansung yang juga telah menghentikan langkahnya.

'A...pa Nuneo mengenal Suzy? Bodoh, jelas saja mereka saling mengenal' Pikir Soeun mulai panik.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Chansung yang heran mengapa wajah Soeun tiba-tiba memucat.

Namun, Soeun tak sempat menjawabnya ketika dirinya merasa mual menghantamnya dan kakinya berasa lemas karena kepanikan yang menderanya.

"Soeun!!!" Teriak Chansung berusaha membuat Soeun tersadar dari apapun yang sedang menderanya saat ini.

Ketika Soeun merasa ia tak lagi mampu menahan rasa mual yang hebat itu, Soeun pun mengerahkan seluruh tenaganya. Ia pun berlari menuju kamar mandi terdekat. Berharap dirinya tiba tepat waktu di closet. Berharap apa yang dilihatnya hanyalah ilusi semata. Berharap yang dia takutkan tak terjadi. Berharap ia bisa segera pergi dari rumah pantai ini. Berharap ia bisa mengulang waktu untuk menolak undangan Suzy. Mungkin dengan begitu, ia tak perlu melihat Nuneo dan mengalami rasa mual bercampur rasa panik yang hebat.

'Mungkin saja dia tidak melihatku. Ya. Dia tidak melihatku. Aku langsung meninggalkan ruang tamu tadi' ujar Soeun berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Tapi, sungguh sayang. Itu hanyalah harapan Soeun saja. Ketika Chansung memanggilnya dengan suara keras tadi, Nuneo yang tak lain adalah Junho, menoleh ke arahnya dan pria itu sekarang tahu bahwa Soeun ada di tempat yang sama dengannya.

"Ada apa dengannya?" Tanya Tuan Lee pada Suzy yang juga menoleh ke arah Soeun yang pergi menghilang.

"Oh. Itu Soeun. Sahabat baruku. Mungkin dia akan memuntahkan makanannya lagi. Sepertinya bayi yang dia kandung cukup membuatnya kerepotan" jawab Suzy.

Well, Suzy tak memperhatikan dengan seksama raut wajah ketiga pria yang merupakan keluarganya itu. Raut cemas Tuan Lee, raut penuh penasaran Wooyoung, dan raut cemas bercampur bahagia Junho.

'Well, selama ini aku hanya bisa mengawasi dan menjaganya dalam bayang-bayang. Dan dia bersikap seakan tak pernah menginginkanku dalam hidupnya. Tapi sekarang? Kita bertemu lagi. Sepertinya takdir memutuskan bahwa kau tak akan pernah lepas dariku, my princess' pikir Junho seraya menyeringai.

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

1.2M 63.9K 59
𝐒𝐜𝐞𝐧𝐭 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞〢𝐁𝐲 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 〈𝐛𝐨𝐨𝐤 1〉 𝑶𝒑𝒑𝒐𝒔𝒊𝒕𝒆𝒔 𝒂𝒓𝒆 𝒇𝒂𝒕𝒆𝒅 𝒕𝒐 𝒂𝒕𝒕𝒓𝒂𝒄𝒕 ✰|| 𝑺𝒕𝒆𝒍𝒍𝒂 𝑴�...
11.9K 820 40
Feeling sad or depressed..? Or you just want to give up.? Well I got the remedy... It really works for me and in shaa Allah it will work for you too...
1.4M 34K 46
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...
20.1K 392 42
Continuation of the first story.The tittle says it all.