Blood Rope for Them

By Inaya_Irvin-

5 2 0

"Sebuah kasus pembunuhan telah terjadi di daerah Biga. Korban diyakini adalah seorang remaja perempuan berumu... More

Blood Rope for Them

5 2 0
By Inaya_Irvin-


    Seseorang yang mengenakan jubahberwarna hitam dengan tudung untuk menutupi identitasnya, mengikuti seoranggadis kecil yang berumur sekitar sebelas tahundengan ikatan rambut ekor kuda di sebuah taman kecil diterangi lampu temaram di kegelapan.

         Gadis kecil itu menangis sambil mengais-ngais tanah mencari sesuatu dan meneriakan hal-hal yang tak jelas. "Sedang apa kamu disini..?" Tanya seseorang bertudung itu, "A.. Ak.. Aku mencari.. Ibuku..," jawab gadis kecil itu dengan isakan. Lalu seseorang bertudung itu mengulurkan tangannya tepat di depan wajah gadis itu. 

       Ia tampak bimbang. Ia ingat pesan ibunya, untuk tidak mudah percaya kepada orang asing yang tidak dikenal. Tetapi saat seseorang bertudung itu melepaskan tudungnya, dan terurailah rambut seorang remaja, "Ikutlah denganku. Aku akan menjagamu.. Sampai ibumu kembali," ucapnya membuat gadis kecil itu dipenuhi keraguan, namun ia pun mengangguk kecil.

***

     "Pemirsa, sebuah kasus pembunuhan telah terjadi di daerah Biga. Korban diyakini adalah seorang remaja perempuan berumur sekitar empat belas tahun. Korban dibunuh dengan cara di-mutilasi, karena hanya ditemukan bagian lengan atas dan bawah serta betis." . Terlihat seorang gadis kecil mengenakan baju terusan berwarna biru cerah dan sedang melahap roti isi sebagai sarapannya. 

      "Sayang, anak-anak seumurmu lebih suka bermain bersama di luar. Bertemanlah dengan mereka," seorang wanita membelai lembut rambut anaknya, "Baiklah, ibu," gadis kecil itu hanya bergumam, beranjak dari tempat duduknya menuju dapur dan mencuci piringnya, kemudian berlari kecil ke sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya.

      Taman begitu ramai dengan anak-anak sebayanya, entah mengapa, ia merasa agak canggung bersama dengan anak-anak lain. Sayangnya, ia diabaikan dan tidak dianggap keberadaannya oleh semua anak di taman. Ketika melihat salahsatu ayunan tak terpakai, ia berjalan kearahnya dan mulai berayun. Gadis kecil itu mulai terisak, "Ibu.. Dimanakah Ibu ?" bisiknya ditengah isakan. 

       Tiba-tiba seorang remaja perempuan dengan ikatan rambut di bagian kiri kepalanya, duduk di ayunan disebelah gadis itu dan menoleh kearahnya, " Kenapa kamu menangis lagi ?" tanyanya, "Kapan kau menjadi dewasa, jika terus menangis seperti itu..," lanjutnya. Gadis kecil itu hanya terdiam, "Maafkan aku, kak Rina. Aku sangat merindukan ibuku, jadi...," belum sampai ia menyelesaikan perkataannya, Rina sudah membekap mulut si gadis kecil, "Sssstt..," bisiknya seraya menarik ke dalam semak-semak yang cukup jauh.

       Semua anak-anak di taman, seketika berlarian dengan ketakutan dan berteriak serta menjerit dengan histeris memanggil nama orang tua mereka masing-masing. Entah apa yang telah terjadi, yang terdengar hanya suara beberapa orang dewasa yang sedang tertawa kegirangan. Akan tetapi suara jeritan anak-anak itu perlahan-lahan mulai lenyap dan tergantikan oleh suara rintihan yang sangat menyayat hati. 

       Suara derap langkah seseorang terdengar semakin mendekat kearah gadis kecil yang mulutnya masih dibekap oleh Rina. Saat tiba-tiba terlihat se-orang anak laki-laki berlari di bagian lain semak-semak, sebuah pisau melayang dan mengenai tepat di punggung anak laki-laki itu. 

      Si gadis kecil segera membekap mulutnya sendiri dan me-natap ngeri kearah anak itu. Rina sedang mengenakan jubah hitam dengan tudung menutupi wajahnya, "Vini, aku serahkan anak itu padamu, selagi aku menangani mereka. Kau dan aku tahu, dia masih hidup. Selamatkan dia," Rina berbisik dan dengan segera melompat keluar dari semak-semak sambil mengenggam sebuah pisau. 

          "T.. Tolong..," anak laki-laki itu merintih kesakitan dengan tangan bergetar dan berlumuran darah. Vini terlihat sangat gelisah dan ketakutan, namun ia tetap berlari meng-hampiri anak itu. Ia tak peduli baju yang dikenakannya telah dipenuhi dengan merahnya darah yang tak henti-hentinya keluar dari tubuh anak laki-laki itu. 

       Namun ia tetap bersikeras menarik lengan anak laki-laki itu ke dalam semak-semak, serta dengan perlahan dan sangat hati-hati ia menarik pisau yang menancap pada punggung anak itu. Tetapi saat anak itu ingin mengucapkan sesuatu, Vini menaruh telunjuknya kearah mulutnya sambil membuka kancing baju anak itu untuk membalut luka tusukan dengan mengikatnya di bagian badan. Setidaknya, seperti itulah yang dia pelajari dari mendiang ibunya.

           "Vini..!!" terdengar teriakan Rina dari kejauhan, Vini pun mendongakkan kepalanya dengan cemas dan mendapati Rina dengan beberapa luka sayatan pada lengan kiri serta kaki kanannya, matanya seketika melebar melihat begitu banyak mayat bergelimpangan. Mulai dari anak-anak kecil hingga orang-orang dewasa mengenakan jas yang telah terbujur kaku ber-lumuran darah. "Kakak tidak apa-apa kan..?" Tanya Vini, saat berhasil memapah anak laki-laki itu untuk mendekat pada Rina, "Kamu tak perlu memikirkan aku. Urus saja anak itu," jawab Rina dengan kasar, "Ayo pulang," lanjutnya dengan berjalan pincang. 

       Tak berapa lama kemudian, datanglah beberapa polisi dan reporter dari beberapa stasiun televisi ternama ke taman kecil itu sebagai tempat terjadinya kasus pembunuhan. "Hei, anak-anak, waktunya makan malam," tiba-tiba terdengar suara Rina sambil membawa nampan berisi sepiring daging panggang, "Wah, terima kasih kak Rina," jawab mereka berdua kompak.

***

           Seorang gadis berumur delapan belas tahun memakai kemeja berwarna putih dengan paduan rok biru tua dan pita rambut di bagian kiri kepalanya terlihat membuka lemari pakaian-nya dengan sedikit tergesa-gesa, "Argghh.. Apa yang harus ku lakukan ? Aku harus segera mencarikan makanan untuk mereka," ucapnya pada diri sendiri. "Ah, ini dia. Tapi apa aku harus melakukannya lagi..?" lanjutnya setelah menemukan benda yang ia cari. Sebuah jubah hitam bertudung yang telah terlihat usang lengkap dengan pisau besi berukir. 

       Seketika tangannya bergetar dan mengalirlah setitik air mata pada pipinya, "Tapi, itu sudah sejak tiga tahun yang lalu.. Dan itu pun, karena aku tak punya pekerjaan. Namun sekarang aku sudah tak punya simpanan uang lagi.. Tapi, jika untuk mereka.. Aku akan rela melakukan apapun, untuk mendapatkan uang..," isaknya penuh kebingungan. "Aku akan meminta data pada mereka. Ini demi uang untuk mereka," jawabnya mantap pada dirinya sendiri seraya menyeka air matanya dan menaburkan bedak pada pipinya untuk menyamarkan matanya yang bengkak. 

       Dengan segera, ia memasukkan jubah beserta pisaunya ke dalam tas selempangnya dan pergi menuju suatu tempat yang cukup jauh dari kota dan dipenuhi dengan pohon-pohon besar yang sudah tua.

***

        "Kyaaaa...!!" tiba-tiba terdengar teriakan seorang gadis. Seketika yang tersisa hanyalah bagian lengan dan kakinya saja. Suatu pembunuhan kembali terjadi. Terlihat sosok berjubah misterius yang pergi dari tempat kejadian itu.

***

         Tiba-tiba Rina datang kearah vini dan Terry dengan wajah berseri-seri, "Anak-anak, ayo kita makan.. Aku sudah memasakkan daging panggang favorit kita," ucapnya yang membuat Terry melompat turun dari atas pohon, dalam hatinya ia menyimpan rasa curiga pada Rina. 'Bagaimana bisa, pagi tadi mereka masih kehabisan bahan makanan−tanpa daging, tentunya−, dan pada siang hari ia melihat sebuah berita tentang kasus pembunuhan yang kembali terjadi. Dan kini pada sore harinya, ia sudah dapat melahap daging panggang favoritnya lagi. Sebenar-nya apa yang dilakukan oleh kak Rina, apakah dia ada hubungannya dengan semua kasus-kasus itu..?' Semua pertanyaan itu berputar-putar dalam otaknya mencari kejelasan.

***

        Terdengar suara derap langkah seseorang dari arah belakang, sosok berjubah itu dengan bengisnya menyayat leher seorang gadis remaja, "Dengan ini, selesailah misiku," ucap sosok itu. "Jangan bergerak ! Anda kami tangkap !" tiba-tiba beberapa polisi telah mengepung sosok berjubah itu, seketika sosok itu terkejut dan tangannya bergetar menjatuhkan mayat dan pisau berukir miliknya. Sosok itu lalu jatuh berlutut dan menundukkan kepalanya.

***

         "Apa..?! Itu tidak mungkin..!!" seorang gadis berteriak setelah mendengar berita yang ditayangkan salahsatu stasiun televisi swasta, "Pembunuh dari semua kasus pembunuhan yang tragis selama ini, sudah tertangkap..?!" lanjutnya. "Vini, kamu melihat kak Rina..?" tanya Terry tiba-tiba dari arah belakang, "Tidak, kenapa..?" tanya Vini polos. 'Dimanakah Rina..?' Pertanyaan-pertanyaan itu kini bersarang pada otak kedua anak itu. 

         Mereka telah menghabiskan semua bahan makanan hanya dalam waktu lima hari, dan Rina sama sekali belum terlihat batang hidungnya. "Pemirsa, kasus pembunuhan yang telah lama terungkap, kini mencuat kembali. Tersangka RD, kini diadili dengan seadil-adilnya. Pengadilan menjatuhkan hukuman mati ke-pada tersangka." Terry membelalakkan matanya kaget, dan seketika memuncratkan makanan-nya membuat Vini melirik dengan jijik kearah Terry. Vini semakin merasa, ketakutannya selama ini memang benar adanya.

        'Apa benar, kak Rinalah pelakunya..?' secara tak sadar, Vini menitikkan air mata. Terry kebingungan menghadapi hal itu, karena Vini tak pernah menangis sebelumnya. "Vin, kamu tidak apa-apa..?" tanyanya hati-hati, tapi Vini hanya menggeleng dan terus terisak. 

         "Pemirsa, beberapa jam lagi, pengadilan akan segera melakukan eksekusi kepada tersangka RD, dan...," Vini semakin keras menangis, ia membayangkan bahwa Rina kini akan meninggalkan dirinya setelah sebelumnya ia telah ditinggalkan mendiang ibunya.

         'Apa yang harus dia lakukan..?! Pasti ada yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan Rina' teriak hati kecil Vini. "Pemirsa, saya me-laporkan dari tempat eksekusi pengadilan. Setelah melakukan persiapan. Akhirnya pengadilan akan segera melakukan eksekusi pada tersangka..!" Terdengar suara menggema ke seluruh sudut rumah, "Kak Rina..!!" Tiba-tiba Vini berteriak sambil menggapai layar televisi dengan perasaan ngilu. Terry terdiam, dan melebarkan mata saat menyadari sesuatu.. "Kak Rina..!!" teriaknya.

      "Maaf pemirsa, kami baru saja mendapat laporan dari rekan kami, bahwa tersangka RD dilaporkan menghilang dari sel tahanannya. Seluruh warga masyarakat diharapkan saling mem-bantu untuk melaporkan, jika mendapati tersangka yang saat ini tengah bersembunyi. Ini dia ciri dan foto yang dimiliki oleh pihak polisi," Seketika Vini terpaku ditempatnya, begitu pun dengan Terry. 

     'Apa yang baru saja terjadi..?' teriak hati mereka serempak. Pintu rumah mereka tiba-tiba berderit terbuka dengan membawa angin yang cukup dingin, menusuk tulang Vini dan Terry. Mereka serentak menoleh kearah sumber suara. 

     "Kakak..!!" mereka beranjak dan serempak berlari memeluk Rina. "Maaf membuat kalian menunggu lama..," Rina berkata dengan wajah berseri-seri, "Maaf.. Karena aku tidak jujur kepada kalian..," lanjutnya dengan mata berkaca-kaca. 

     "Kak, apa yang bisa kami perbuat untuk meringankan beban kakak..?" tanya Vini dengan menarik-narik jubah Rina yang terlihat seperti terkena percikan darah. "Kak, tolong kakak jelaskan semua pada kami..," Terry semakin mendesak Rina untuk memulai penjelasannya. "Baiklah...," jawab Rina menghembuskan nafas agak berat.

       "Saat aku kecil, ada sebuah perkumpulan yaitu Persekutuan Sektor Jantung Manusia atau PSJM. Persekutuan itu dilarang oleh pemerintah. Mereka ilegal, karena mereka mencari jantung manusia secara paksa dengan membunuhnya. Beberapa orang dari mereka sudah banyak yang tertangkap dan dihukum mati oleh pengadilan, ibuku menjadi korban kesadisan mereka. Tetapi saat aku beranjak dewasa, mereka semakin gencar dan mereka menaikkan harga tertentu, jika mereka mendapat serta menyerahkan jantung anak-anak," Rina mulai berlinang air mata, ia sudah terlalu lama memendam semua beban sendiri di punggungnya.

      "Aku bermaksud mengurangi populasi mereka, tapi semua usahaku terasa sia-sia," lanjutnya, "Tapi kak Rina, kenapa membunuh remaja-remaja..?" Tanya Terry yang sudah tak dapat menahan rasa penasarannya. "Apa yang kamu bicarakan..??!" Rina mengusap pipinya yang basah dan me-lebarkan matanya, "Aku tidak membunuh remaja..! Aku hanya membunuh anggota dari PSJM. Kau tahu, aku juga memiliki organisasi Anti Pembunuh Berantai atau APB, mereka memberikan misi tertentu dan memberikan uang sebagai imbalan, uang itulah yang kugunakan membeli daging sapi untuk kalian. 

        Namun, memang ada, salah seorang dari anggotaku yang memiliki sedikit gangguan mental. Ia tak peduli, siapa saja yang dia lihat melakukan tindak kejahatan tingkat ringan pun tetap dibunuhnya. Dialah yang akan diadili siang ini. Tenang saja, kita aman..," lalu Rina memeluk kedua anak yang telah dia anggap sebagai adik kandungnya itu.

***

       Terlihat sesosok bayangan melintas di bagian samping rumah Rina. Sosok itu memakai jubah berwarna biru gelap dengan tudung menutupi wajahnya. Sosok itu telah sampai di depan pintu, dia memutar pegangan pintu dengan sangat pelan.

***

         Rina membuka pintu dengan jantung berdebar, betapa terkejutnya ia saat mengetahui bahwa sosok berjubah biru tua itu adalah Terry. "Eh..? Hai kak Rina. Apa aku ketahuan..?," Terry meringis, menunjukkan sederet giginya.

        "Apa yang kamu lakukan diluar dengan memakai jubah ?!" Rina segera menarik lengan Terry kedalam rumah dengan paksa, "Jawab kakak sekarang !" Rina berkata dengan setengah berteriak, "Maafkan aku kak.. Aku hanya...," belum sempat ia menjelaskan, Rina tiba-tiba menitikkan air mata.

        "Sebenarnya apa yang kamu lakukan..? Aku begitu takut akan kehilangan kalian. Kamu tahu, jika RD menemukanmu sedang melakukan sesuatu yang dia anggap salah, kamu bisa terbunuh.. Dan jubah yang kamu pakai itu, berwarna sama dengan miliknya. Ditambah lagi, RD sedang menjadi buronan. Aku tak mau, kalau sampai kamu yang ditangkap," isakan Rina membuat Terry luluh.

       "Sekali lagi maafkan aku kak. Aku hanya ingin memberikan jubah ini pada kakak sebagai hadiah, dan tadi aku sedang mencobanya sambil mencari udara segar," Terry menjelaskan dengan mata berkaca-kaca. "Sudahlah, tapi kamu harus berjanji untuk takkan mengulanginya lagi," kata Rina, "Ah, tapi terima kasih atas jubahnya. Walau sebenarnya aku lebih suka jubah hitam, tapi aku akan memakainya sesekali. Terima kasih," lanjutnya dan Terry pun memeluknya dengan erat.

***

        Beberapa orang mengenakan setelan jas lengkap dengan tas berisi senjata dan salahseorang dari mereka menggengam senapan mendatangi sebuah rumah penduduk, men-dobrak pintunya dengan paksa serta membunuh seluruh penghuninya. Darah mengalir dari setiap pintu rumah penduduk. Hal itu terus dilakukan pada setiap rumah, mereka mencari seseorang yang sebelumnya telah membunuh anggota mereka. 

        Seorang sosok memakai jubah berwarna biru tua yang terlihat usang, terlihat sedang memerhatikan segerombolan orang berjas itu dari kejauhan. Salahseorang dari gerombolan itu mendatangi rumah Rina, dan mengetuk pintunya. Sosok itu terlihat mendekati orang itu dengan kecepatan seakan bayangan. Orang itu telah terbunuh.

      "Rein, apa yang sedang kamu lakukan..?!" Rina berkata dengan sedikit berteriak, namun Rein hanya membisu dan membekap mulut Rina ke dalam rumah untuk mencegah kedatangan dari gerombolan PSJM itu.

        Gerombolan dari PSJM mengetahui bahwa salahseorang dari mereka telah terbunuh, langsung mendatangi rumah Rina dengan tatapan mengerikan, mereka ingin membalas dendam. Rina tampak tengah memakai jubah berwarna biru tua pemberian Terry, "Vini, Terry, kalian cepat pakai jubah ini ! Dan segeralah lari dari sini, untuk memanggil bantuan..!" Rina memerintahkan kepada mereka yang langsung mereka patuhi. 

     "Tapi bagaimana dengan kak Rina..? Kami takkan pergi tanpa kak Rina," jawab Terry yang telah megenakan jubah berwarna hijau tua milik Rina, dan disambut oleh pukulan yang cukup keras di kepalanya. "Dasar bodoh ! Kalian tak perlu memikirkan aku, aku ingin kalian tetap hidup.. Sampai aku kembali. Mengerti..?!" Rina dengan sekuat tenaga menahan agar air matanya tidak jatuh, walaupun dalam hati ia tidak yakin bahwa ia akan tetap hidup setelah pertempuran ini. Namun ia yakin Tuhan pasti akan mendengar doa-doanya selama ini. 

      Terry dan Vini melarikan diri melalui pintu belakang rumah, mereka memutuskan untuk lari menuju kantor polisi terdekat. Rina dan Rein memutuskan lari melalui pintu depan untuk menjadi umpan menuju tempat yang telah disetujui oleh ketua APB.

      Rina mulai terengah-engah, sedangkan salahseorang dari PSJM berhasil menembak tepat di betis kiri Rina, ia sudah tak kuat lagi. Rein yang melihatnya, tanpa pikir panjang langsung menggendong Rina dan semakin melaju dengan kecepatannya. Ketua APB memberikan sebuah tanda kepada mereka untuk berbelok, Rein pun langsung mematuhinya. 

       Semua anggota PSJM telah masuk kedalam perangkap mereka, ranjau-ranjau yang telah terpasang, langsung meledak begitu terinjak. Dan saat itu juga polisi telah sampai dan mengepung tempat terjadinya ledakan. 

       Namun saat polisi itu melihat sosok buronan yang sedang mendudukan seorang gadis di sebuah pohon, mereka langsung meringkus Rein. Ia menyempatkan untuk memeluk Rina, "Rina, aku pergi dulu. Sampai jumpa.. Aku sayang padamu," itulah kata-kata terakhir Rein yang sempat ter-dengar oleh Rina, "Rein..! Tunggu pak..!" Rina terisak dan pandangannya mulai kabur.

       Vini dan Terry terlihat bersama-sama berlari dan memeluk Rina, "Kak Rina, kita merindukan kakak.. Kakak tidak apa-apa kan..?" tanya Vini yang menitikkan air mata, "Tidak apa-apa kok. Selamat ya, kalian telah berhasil melakukan tugas dengan baik," jawab Rina. Tiba-tiba ada seseorang mengenakan jas yang menembak dari arah belakang. 

      Suara tembakan menggema disekitar mereka, "Kalian tak apa..?" Rina langsung jatuh ke pelukan Vini, "Kak Rina..!!" Vini dan Terry berteriak serempak, tubuh Rina telah bersimpah darah,"Kak, bertahanlah..! Kak Rina..!," Terry mulai terisak. "Terry.. Vini.. Tetaplah hidup.. Demi aku..," Vini dan Terry mengangguk dengan agak berat, Rina pun tersenyum bahagia.


-END-

Continue Reading

You'll Also Like

6.4M 716K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
9.8M 184K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
1.6M 10.4K 7
dr. Sasa Ayuwandira Prawirohardjo dokpol, spesialis forensik, anak sultan dijodohkan dengan Edwin Chandra, S. Ked. Ceo perusahaan P-Farma. Edwin itu...
293K 20.4K 36
Disatukan dengan murid-murid ambisius bukanlah keinginan seorang Keyla Zeara. Entah keberuntungan apa yang membuat dia mendapatkan beasiswa hingga bi...