Serriel

By rubylin_

138K 3.9K 45

Ariel Piternus , remaja perempuan yang jadi idola di SMA Paramitha . Cantik? Gausah ditanya. Manis? Pasti. Pi... More

Serriel ~ 1
Serriel ~ 2
Serriel ~ 3
Serriel ~ 4
Serriel ~ 5
Serriel ~ 6
Serriel ~ 7
Serriel ~ 8
Serriel ~ 9
Serriel ~ 10
Serriel ~ 11
CAST.
Serriel ~ 12
Serriel ~ 13
Serriel ~ 14
Serriel ~ 15
Serriel ~ 16
Serriel ~ 17
Serriel ~ 18
Serriel ~ 19
Serriel ~ 20
Serriel ~ 21
Serriel ~ 22
Serriel ~ 23
Serriel ~ 24
Serriel ~ 25
Chat sebelum ujian.
Serriel ~ 26
Serriel ~ 27
Serriel ~ 28
Serriel ~ 29
Serriel ~ 30
Serriel ~ 31
Serriel ~ 32
Serriel ~ 33
Serriel ~ 34
Serriel ~ 35
Serriel ~ 36
Serriel ~ 37
Serriel ~ 38
Serriel ~ 39
Serriel ~ 40
Serriel ~ 41
Serriel ~ 42
Serriel ~ 43
Serriel ~ 44
Serriel ~ 45
Serriel ~ 46
Serriel ~ 47
Serriel ~ 48
Serriel ~ 49
Serriel ~ 50
Serriel ~ 51
Serriel ~ 52
Serriel ~ 53
Serriel ~ 54
Serriel ~ 55
Serriel ~ 56
Serriel ~ 57
Serriel ~ 58
Serriel ~ 59
Serriel ~ 60
Serriel ~ 61
Serriel ~ 63
Ariel's Blog

Serriel ~ 62

1.3K 27 0
By rubylin_

Lantunan sebuah lagu sedang berputar di telinganya saat ini. Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Ariana Grande berjudul God Is A Woman itu cukup menenangkan pikiran seorang cowok yang sedang duduk santai dibawah pohon seraya mengusap ponselnya.

Foto demi foto tergeser di layar ponselnya. Sebuah senyuman terulas di bibir cowok itu ketika usapannya sampai pada sebuah foto yang menampilkan seorang gadis yang berpose dengan senyum yang mengembang diwajahnya.

"Apa kabar kamu sekarang?" ucapnya dalam hati.

Jarak yang memisahkan dirinya dengan sosok gadis di ponselnya itu. Gadis yang berhasil mengambil hatinya selama tiga tahun sebelum akhirnya mereka benar benar berpisah. Dan sampai saat ini, mungkin gadis itu sudah benar benar lupa akan cowok itu.

Sebenarnya, cowok itu tidak sama sekali menginginkan hal ini untuk terjadi. Namun, karena panggilan job yang sudah ayahnya setujui tanpa sepengetahuan dirinya-lah yang membuat cowok itu berakhir disini sekarang. Tanpa ia sadari, sebuah rekaman kejadian terlintas di kepalanya.

3 Tahun Lalu.

"Hai, Andrew!" sapa seorang gadis dengan rambut coklatnya yang dikuncir satu dan setelan kemeja berlengan serta rok biru gelap selutut yang membalut tubuhnya.

Pemilik nama menoleh dengan senyuman kecil diwajahnya. "Hai.."

"Tumben kamu panggil aku kesini? Ada perlu apa? Aku sampai ninggalin kegiatan aku baca novel tahu!" tanya gadis itu, sahabat Andrew.

"A-aku mau kasih tahu sesuatu sama kamu.."

Gadis dihadapannya itu mengernyit. "Apa?"

Cowok itu berganti menatap gadis itu lekat. Tangannya tergerak meraih kedua tangan gadis yang sedang kebingungan itu. Andrew menarik nafasnya.

"Aku mau kasih tau kalau... kalau... kalau sebenarnya... selama ini, aku menyimpan perasaan untuk kamu." aku cowok itu.

Gadis itu membulatkan matanya sempurna. Dia terdiam, masih belum bisa menyerap perkataan Andrew barusan. Memang ini harapannya, tetapi dia masih belum siap mengetahui kenyataan itu.

"Aku tahu kamu belum siap, sejujurnya aku juga masih ingin menyimpan perasaan ini lebih lama lagi sebelum ngungkapin. Tapi, aku ada alasan kenapa aku bilang itu sekarang." Andrew berusaha menjelaskan.

"Apa?"

"Tapi kamu harus janji sama aku, kamu enggak boleh sedih, apalagi sampai nangis." ucap Andrew berjaga jaga.

"Aku enggak akan sedih. Aku janji, aku enggak akan nangis." ucap gadis itu berusaha tersenyum.

"Papa aku menyetujui job yang ditawari sama temen kerjanya. Dan itu menyangkut aku." Andrew menjeda ucapannya. Ditarik lagi nafasnya untuk kedua kalinya. "Aku harus pindah ke Belanda untuk menghadiri job itu." jelasnya lalu tertunduk.

Tepat setelahnya, gadis itu menurunkan setetes cairan dari matanya. Sebelum itu, ekspresi kaget dan tidak percaya-lah yang ditunjukkan gadis itu. Namun, senyumannya tidak sama sekali pudar dan terus diusahakannya untuk tidak menghilang, walaupun sulit. Sekali.

"Aku mau kamu mengetahui perasaan aku sebelum aku pergi." lanjutnya lalu mendongakkan kepalanya menatap gadis yang sedang tertunduk dihadapannya itu.

"Hei" panggil cowok itu lalu menaikkan wajah gadis pilihannya itu. "Kamu janji sama aku, kalau kamu enggak akan sedih, kenapa kamu nangis?" tanyanya seraya mengusap pipi cantik gadis itu.

Gadis itu menarik ingusnya naik dari dalam hidung. "Aku enggak sedih, kok. Aku juga bingung kenapa air mata aku tiba tiba turun. Mungkin mereka bosen ada didalam mata aku." ucap gadis itu dengan senyuman yang berat lalu mengerjapkan matanya berkali kali.

"Sebenarnya, aku juga menyimpan perasaan terhadap kamu. Aku suka suara kamu kalau lagi nyanyi. Pasti job itu job nyanyi, kan? Aku tahu kalau ini impian kamu untuk jadi penyanyi terkenal. Aku paham, Papa kamu pasti nyetujuin job itu karena Papa kamu mau kamu sukses." ujar gadis itu tersenyum. "Kamu enggak perlu sedih" Gadis itu mengusap pipi Andrew juga karena setetes air mata mulai jatuh. "aku yakin, kamu akan jadi penyanyi yang sukses, dan kamu bisa banggain orang tua kamu."

Air mata gadis itu tetap saja keluar tanpa henti. Sebagai laki laki yang mencintainya, tentu saja Andrew tidak mungkin membiarkannya tetap menangis.

"Aku mohon, kamu jangan nangis kayak gini. Aku enggak bisa.."

Gadis itu menghapus air matanya. Berusaha untuk menggantikannya dengan senyuman.

"Aku enggak nangis lagi. Aku juga enggak mau bikin kamu sedih."

Cowok itu langsung menarik gadis yang sedang berusaha tersenyum itu kedalam pelukannya. Tanpa memperdulikan beberapa pasang mata yang sedang menatap mereka saat ini. Dan benar saja, gadis itu kembali menangis didalam pelukannya.

Tangan cowok itu tergerak mengusap rambut coklat milik gadis di pelukannya saat ini---berusaha menenangkannya. Cowok itu pun melepas pelukannya lalu berganti menangkup wajah gadis itu.

"Hei, gadis cantik! Jangan lagi nangis, ya? Nanti cantiknya hilang, loh! Enggak boleh nangis, ya? Nanti aku beliin coklat, mau?"

Gadis itu tersenyum meski air matanya memaksa untuk keluar sekarang.

"Nah, senyum terus, dong! Kalau begini kan aku juga seneng." ucap Andrew tersenyum. "Jangan hilangin senyum kamu, ya?" tatap Andrew lekat.

Gadis itu mengangguk pelan. "Iya." Lalu tersenyum.

Andrew tersenyum lalu menarik tangan gadis itu. "Yuk! Aku beliin coklat!"

Throwback off.

Andrew membuka matanya lalu reflek tangannya melepaskan salah satu kabel earphone dari telinganya saat merasakan bahunya digerakkan oleh seseorang.

"Sorry, I didn't mean to disturb you, but your dad is waiting for you there." ucap orang itu menunjuk kearah gerbang keluar. Mata cowok itu mengikuti arah yang dimaksud.

"Oh, okay, thank you for telling me." balas Andrew dengan senyuman.

"Yea."

Andrew lalu beranjak dari tempat duduknya ketika cowok yang memberitahu nya tadi berlari meninggalkan Andrew untuk kembali pada teman temannya.

"Papa?" panggil Andrew setelah sampai didepan ayahnya.

"Andrew, hari ini kamu ada panggilan untuk bernyanyi di kafe di Victoria Street, apakah kamu ingat akan hal itu?"

"Iya, Pa. Aku ingat, kok. Kenapa?" ucap Andrew seraya membetulkan gendongan tasnya.

"Tidak apa-apa, baiklah, hanya itu saja yang ingin Papa beritahukan, yasudah, Papa harus bertemu dengan klien Papa, kamu jangan lupa nanti sore, ya?"

"Iya, Pa. Andrew enggak lupa, kok. Yaudah, Andrew ada kelas, aku masuk dulu, ya? Dah, Papa!" Cowok itu melambaikan tangannya lalu pergi meninggalkan ayahnya.

Ya, begitulah kehidupan Andrew setelah memutuskan untuk pindah ke Belanda. Kira kira, seminggu, cowok itu bisa bernyanyi sekitar dua sampai tiga kali. Dan upahnya yang pasti tidak sedikit. Mau tidak mau, dia harus menjalaninya. Karena dengan ini, cowok itu bisa sedikit membantu ayahnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Setelah selesai kelas, Andrew langsung meninggalkan kampus menuju parkiran. Dia menyalakan motornya lalu bergegas menuju kafe di Victoria Street. Karena agak jauh dari kampusnya, cowok itu membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk mencapai kafe itu.

Setelah hampir satu jam, dia bergulat dengan kemacetan dijalan, motornya pun akhirnya berhenti didepan sebuah tempat bertuliskan Victoria Cafe disampingnya. Untuk memastikan, dirinya membuka ponselnya untuk memeriksa pesan dari pemilik kafe ini.

Cowok itu menamai kontak pemilik Victoria Cafe dengan nama Victoria Cafe's. Cowok itu langsung membuka isi pesan itu.

Victoria Cafe's : 5pm at Victoria Cafe in Victoria Street. Thanks.

Setelah memastikan itu benar, Andrew memarkirkan motornya ditempat kosong depan kafe lalu masuk kedalam. Sebelum itu, Andrew sudah memberitahu kepada pemilik kafe itu bahwa dirinya sudah sampai disana. Seorang pria dengan rambut pirangnya yang khas, langsung menghampiri Andrew yang baru saja masuk.

"Goede avond, hoe gaat het met u?" tanya pria itu dengan bahasanya.

"Prima, bedankt, bent u de eigenaar van dit café?"

"Ja, ik ben, en jij bent?" Pemilik kafe itu menaikkan satu alisnya.

"Ik ben Andrew Darren en ik zal hier vandaag zingen." ucap Andrew dengan penuh senyuman.

Pemilik kafe itu membalas dengan senyuman yang tidak kalah ramah. Pria itu membiarkan Andrew masuk dan membawanya ke meja bar disana. Beliau membiarkan Andrew menyiapkan diri terlebih dahulu. Selang beberapa menit, Andrew pun beranjak menaiki panggung.

Cowok itu membetulkan posisi mikrofon lalu duduk dikursi yang disediakan diatas panggung. Dengan penuh senyuman, Andrew mulai berbicara.

"Good evening all! First of all, my name is Andrew and i'm glad to be here and singing for you all. This evening, i will bring a song that really full of meaning for me, hope you all enjoy my performance, thank you!"

Semua pengunjung kafe mulai bertepuk tangan ketika lantunan musik mulai dimainkan oleh pemain musik kafe itu. Andrew bernyanyi dengan sangat menghayati setiap liriknya. Matanya terpejam dan sebuah bayangan mulai merasuki pikirannya. Namun, itu membuat Andrew semakin menghayati liriknya.

When you miss me, close your eyes, i may be far but never gone
When you fall asleep tonight, just remember that we lay under the same stars

Lirik demi lirik dinyanyikan Andrew dengan bayangan itu sebagai inspirasi. Terlalu nyaman, hingga air mata itu tidak dapat dia hindari.

Take a piece of my heart and make all your own, so when we are apart, you never be alone
Never be alone..

Lirik terakhir itu dinyanyikan Andrew dengan nada terlembut yang ia pernah nyanyikan. Sontak saja seluruh pengunjung memberikan tepukan tangannya kepada Andrew. Sungguh, rasanya Andrew ingin menyanyi lagi karena terlalu nyaman.

"Thank you" ucapnya lalu turun dari panggung. Tangannya bergerak mengusap air matanya.

"It's really meaningfull, yea." ucap pemilik kafe itu lalu memberikan sebuah amplop untuk Andrew.

Andrew tersenyum lalu menerima amplop itu. "Yes, it's remind me about my friend."

"I'm sorry, but would you tell me a little about your friend?"

Andrew terdiam sejenak. "She is a girl. I have to left her and moved here because of a job that already agreed by my dad. Before i left her at all, i gave her this song and tell her if she miss me, she can listened to this song."

"It's really sad, i'm so sorry to hear that."

"No, no problem." Andrew tertawa kecil. "I'm sorry, I have to go home now. Thank you for this." Andrew mengangkat amplop itu.

"You're welcome, Andrew. Nice to meet you, see you very soon, Andrew!"

"Nice to meet you too, Sir. See you soon!"

Andrew lalu meninggalkan kafe itu. Cowok itu ingin segera pulang dan menenangkan dirinya dari lelahnya hari ini. Beruntung jarak dari Victoria Cafe ke rumahnya tidak terlalu jauh, dan dia tidak butuh waktu yang lama untuk menuju rumahnya.

Sesampainya dirumah, Andrew melepaskan sepatunya lalu langsung naik ke kamarnya karena ingin segera membersihkan diri. Dia membuka jaket denim miliknya dan menggantungkannya dibelakang pintu, menyisakan celana jeans hitam dan kaos putih polos ditubuhnya.

Cowok itu lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan itu tidak butuh waktu yang lama. Sekitar 10 menit lamanya, cowok itu sudah keluar dari kamar mandi dengan baju yang tidak berlengan serta celana tidurnya yang selutut.

Dia merebahkan tubuh diatas kasurnya yang empuk. Menghela nafas dan menatap langit langit kamar adalah hal yang dia lakukan saat ini. Kepalanya masih saja memikirkan gadis itu. Sedang apa dia dan apa kabarnya sekarang.

Mengingat lagu itu, sebuah potongan kejadian terlintas di pikirannya.

3 Tahun Lalu..

"Kamu baik baik, ya, disana. Kamu harus semangat dalam mengejar impian kamu. Jangan patah semangat hanya karena ucapan orang. Jadikan itu sebagai sumber semangat kamu." pesan gadis itu.

"Aku janji aku akan terus semangat. Tapi, kamu juga harus tetap semangat disini. Kejar terus impian kamu untuk jadi juara kelas. Aku yakin, kamu bisa!" ucap Andrew seraya melepaskan pegangan kopernya berganti memegang tangan gadis itu.

"Iya , aku akan terus semangat, kayak kamu!" gadis itu tersenyum.

"Kamu harus janji satu hal sama aku."

Gadis itu mengernyit. "Apa?"

"Kamu harus janji sama aku, kamu akan terus tersenyum dan semangat. Enggak boleh sedih sedih lagi. Enggak boleh manyun manyun terus. Tetap jadi gadis cantik dan ceria yang aku kenal."

Awalnya, dia terdiam, namun, lama kelamaan gadis itu mulai berkaca kaca.

"Aku punya sesuatu untuk kamu." ucap Andrew lalu mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya.

"Ini apa?" tanya gadis itu setelah menerimanya.

"Kamu buka ini dirumah nanti. Yang jelas, saat kamu keinget sama aku, kamu pakai alat itu. Aku udah kirim sesuatu buat kamu lewat pesan. Kamu buka pesan aku dirumah aja, ya?"

Gadis itu mengangguk. Sesaat kemudian, sebuah panggilan untuk memasuki pesawat pun terdengar dan itu adalah pesawat yang akan dinaiki oleh Andrew.

Gadis itu langsung memegang erat tangan Andrew. Seperti tidak rela jika harus melepaskan tangan sahabat yang dia cintai sekarang.

Andrew yang menyadari itu pun menangkup wajah gadis itu.

"Kamu tahu? Aku enggak akan melupakan kamu, apalagi ninggalin kamu. Aku percaya ini hanya sementara. Dan kamu harus yakin kalau kita akan ketemu lagi, ya?" Andrew berkaca kaca, membuat gadis itu mulai menangis.

"Kita sama sama berjuang ngejar mimpi. Hanya tempatnya aja yang berbeda. Kamu harus inget, ya? Walaupun aku jauh, kita ada dibawah langit yang sama. Percayalah, aku enggak akan pernah pergi." ucap Andrew seraya mengusap pipi gadis itu.

"Aku akan selalu kangen kamu, Andrew."

"Aku juga. Bahkan kalau kamu udah lupa sama aku nantinya, aku akan selalu ingat dan kangen sama kamu. Kamu jangan pantang menyerah, ya? Kotak itu akan selalu menggambarkan aku yang terus ada disamping kamu."

Panggilan terakhir pesawat sudah dibunyikan. Dan bersamaan dengan itu, air mata gadis itu langsung mengalir dengan deras.

"Yakinlah, suatu saat nanti kita akan ketemu. Aku pergi dulu, ya? Sampai jumpa lagi. Aku yakin aku akan bertemu kamu lagi."

Tangkupan wajah itu lepas. Berganti dengan menarik koper. Baru beberapa langkah, Andrew kemudian berbalik dan memeluk gadis itu dengan penuh kasih.

"Aku yakin kita akan ketemu lagi. Aku mohon kamu jangan nangis.."

Gadis itu hanya bisa terisak didalam pelukan Andrew. Cowok itu melepas pelukannya dan berganti memegang kedua bahu gadis itu.

"Kamu harus inget, kalau kamu sedih aku juga pasti akan sedih disana. Aku janji deh, nanti kalau aku pulang dari Belanda, aku akan beliin kamu coklat yang banyak banget, supaya kamu enggak sedih. Kamu mau, kan?" 

Gadis itu berusaha tersenyum. Dan itu membuat Andrew tersenyum juga.

"Pesawat aku udah mau jalan, aku pergi dulu, ya? Jangan sedih terus, janji sama aku, ya?" Andrew menatap gadis itu dan menaikkan jari kelingkingnya.

Anggukan pun diberikan gadis itu sebagai jawabannya dan dia menyatukan jari kelingkingnya pada jari kelingking milik Andrew. "Iya, aku enggak akan sedih lagi. Safe flight, Andrew. Jaga diri kamu, ya?"

"Iya, kamu juga, ya?"

Gadis itu tersenyum. Perlahan Andrew melepas pegangannya dan cowok itu pun masuk kedalam.

Throwback off.

Dan air mata Andrew pun menetes. Apakah gadis itu masih mengingatnya? Andrew yakin, gadis itu sudah melupakannya dan bahkan mungkin dia sudah menemukan yang baru sekarang.

Kalaupun begitu kenyataannya, seharusnya Andrew menerima. Bagaimanapun juga, sudah 3 tahun lamanya dia berada di Belanda. Mungkin gadis impiannya itu sudah tidak lagi mengingatnya. Namun, Andrew tidak sama sekali bisa melupakan gadis itu karena gadis itu terpilih menjadi cinta pertamanya.



                             - Serriel -


1. Selamat sore, apa kabarmu?
2.Baik, terima kasih, apakah Anda pemilik kafe ini?
3. Ya, saya, dan Anda?
4. Saya Andrew Darren dan saya akan bernyanyi di sini hari ini.

HAI! Apa kabar kaliaann? Baik yaaaa!
Yey! Aku udah selesai uts loh! 😝😝
Rasanya lega banget parah! HAHAHAHA 😅
Soal hasil? Entahlah, udah enggak mikir 😜
Kali ini, kita omongin Andrew sama 'gadis itu' aja, soalnya ide aku ngalir gitu tentang ini 😂
Gadis itu nanti kalian akan tau di part, hmm... 🤔😅
Pokoknya kalian tunggu aja HEHE 😂
Keep vote gais! mi luv youuuuu! 💙💙💙💙





Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 11.7K 30
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
437K 49.2K 28
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...
2.5M 31.5K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
4.6M 134K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...