MY SEXY CENAYANG GIRLFRIEND (...

By niken_arum

536K 52.1K 2.1K

WARNING! 21++ Yang belum cukup umur silahkan kembali lagi lain waktu. Paquita Rose Leandro Jefferson adalah... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
EPILOG
EKSTRA PART

Part 4

24.2K 2.3K 76
By niken_arum





*

Pita melirik tangan Mason yang terulur membenahi anak rambutnya. Gerakan tangan Mason membuat Pita gemetar. Dia berusaha menenangkan diri. Apalagi saat Mason mengusap rambutnya.

"Bagaimana? Apa kau sudah mempunyai kekasih?"

"Aku? Tentu saja aku punya."

Dan Pita merutuki jawabannya. Dia menatap Mason yang masih berdiri tenang di depannya.

"Lalu bagaimana sikap kekasihmu sejauh ini...tentang bakatmu itu?"

"Dia...dia...baik-baik saja."

"Boleh aku tahu dia siapa?"

"Hmm...seseorang di kampus."

Dan Pita merutuki kegugupannya. Dalam hati dia berdoa agar Mason melewatkan kegugupannya kali ini.

Pita mengusapkan telapak tangannya di sepanjang lengan kirinya. Dan Mason? Kenapa dia masih setia berdiri di depannya seperti ini? Apakah Mason tidak mengerti? Pita merasa linglung. Lalu dia merasa dirinya dungu hanya dengan menghirup aroma Mason yang memabukkan. Apalagi sedekat ini...

"Apakah dia...kekasihmu itu bisa mengendalikanmu?"

Pita yang membuang pandangannya ke samping menoleh lagi menatap Mason. Pita berpikir, berapa tinggi tubuh Mason? Bahkan kepalanya hanya sedagu Mason. Padahal dia cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita.

"Apa yang kau pikirkan?"

Mason mencolek hidung Pita pelan. Namun gerakan Mason yang seperti itu justru membuat Pita merinding.

"Apa maksudmu dengan pengendali? Mengendalikan aku?"

Mason menghela napas pelan.

"Well aku membaca banyak hal tentang kekuatan supranatural atau semacamnya. Buku itu berasal dari saduran tentang peradaban salah satu suku di pedalaman Meksiko. Tentang seseorang yang memiliki kekuatan di luar nalar. Dan seseorang itu harus mempunyai pengendali. Seperti...di dunia fantasi? Alpha dan Luna?"

Pita menutup mulutnya. Dia berusaha menahan tawa.

"Jangan tertawa Paquita."

Pita mengangguk-angguk mengiyakan teguran Mason. Dia berusaha memasang wajah serius. Dan gagal!

Pita tertawa.

"Aku tidak sejauh itu. Ini...hanya kebetulan saja aku bisa Mason. Ini...tidak berkembang."

Mason menggeleng.

"Kau bisa membaca pikiranku?"

"Apa maksudmu? Tentu saja tidak. Aku bukan Tuhan."

"Be serious Paquita."

"I am serious."

Tatapan Mason menyelidik. Matanya menjelajah hingga ke dalam manik mata Pita. Dan Pita mau tak mau merutuk sekali lagi saat hembusan napas hangat Mason menerpa wajahnya. Membawa Pita sekali lagi merasa pikirannya menghilang. Dia linglung.

"Aku tidak bisa membaca pikiranmu, Mason. Tapi aku bisa membaca pikiran Ayahku. Dan yang lain...semua temanku, keluargaku, tapi tidak kau...kau selalu nampak kosong di pikiranku. Ini seperti saat Ibuku tak bisa membaca pikiran Ibunya. Tapi Ayahku punya sesuatu yang membuatnya bisa menjadi pengendali. Tapi kau...kau kosong. Apa yang kau punya sampai aku..."

Mason terpaku.

Pita menggeleng.

"Jangan dipikirkan. Lupakan saja. Hmm...aku dan Ibuku tidak pernah mengembangkannya. Aku serius. Lupakan Mason. Jangan menganggap kami aneh."

Pita menghembuskan napasnya lelah. Dia khawatir semuanya akan membuat Mason lari. Pita menyelidik menatap Mason.

"Berarti kita berjodoh?"

Bahu Pita luruh mendengar pertanyaan Mason.

"Tentu saja tidak. Aku bukan gadis pirang seksi. Aku bukan seleramu. Jauh dari seleramu. Lihat. Aku tidak montok..."

Mason mengikuti arah tatapan mata Pita yang menunduk.

Plaaak!

"Apa yang kau lakukan? Kenapa memukul kepalaku, Paquita!"

"Kau pikir apa yang kau lihat?"

"Aku melihat apa yang kau katakan. Itu reflek. Aku otomatis mengikuti gerakan kepala dan matamu."

Pita bergerak. Melangkah melewati Mason dan duduk di sofa yang ada di balkon.

"Pita. Kita belum selesai bicara. Apakah kita berjodoh? Kau bisa melihatnya bukan? Di masa depan?"

"Buang jauh-jauh pikiran itu Mason. Kenapa berpikir seperti itu?"

"Karena aku juga pernah membaca, hanya pengendali yang sanggup hidup bersama wanita sepertimu. Dan kau tidak bisa membaca pikiranku...hanya aku Pita. Sementara kau bisa membaca pikiran yang lain."

"Kau terlalu banyak membaca cerita fantasi. Sudahlah. Jangan menganggap hal ini serius."

Mason melesakkan tubuhnya ke sofa.

"Kita bertetangga sangat lama. Bahkan aku masih mengingat saat kau menjulurkan lidahmu ke arahku saat pertama kali keluargaku pindah kemari. Gadis ompong dengan baju balet?"

"Oh hentikan..."

"Tapi kita tidak pernah benar-benar berteman. Apalagi bersahabat. Tapi aku selalu merasa aku sangat dekat denganmu, Pita. Dan aku selalu heran kenapa tidak pernah bisa marah padamu. Bahkan saat keisenganmu sudah kelewatan."

"Kita dekat karena terbiasa. Kita bertetangga."

"Bukan itu...tapi secara perasaan."

Pita menghela napas panjang. Sulit sekali bicara pada pria yang sudah teracuni cerita-cerita fantasi. Walaupun...semuanya benar. Mungkin saja Mason pengendalinya. Seperti Dave Jefferson untuk Betty Jefferson.

Pita menggeleng.

"Kalau kita benar-benar berjodoh?"

Pita melirik Mason dan memutar bola matanya.

"Oh...ayolah Pita? Apa yang kurang dariku?"

"Sepertinya aku mendengar nada kesombongan di sini."

"Itu karena kau sulit sekali diajak bicara, Pita. Ayolah."

"Lalu kenapa kau menjadi bersemangat sekali mengenai bahwa mungkin kita berjodoh?"

"Itu karena...karena...oh shitt!!..."

Mason menyugar rambutnya jengkel. Di saat seperti ini kenapa Mason berpikir bahwa Paquita seperti sengaja menggodanya?

"Mason..."

Pita menyenggol bahu Mason dengan bahunya karena kenyataannya mereka duduk begitu dekat.

Mason yang masih memegang kepalanya sambil merunduk menoleh pada Pita.

"Apakah setiap gadis yang kau bawa ke rumah pernah kau tiduri?"

"Dan pertanyaan macam apa itu?"

"Apalagi yang dipikirkan para pria termasuk dirimu kalau membawa gadis ke rumah?"

"Dan apa yang dipikirkan gadis kecil seperti dirimu saat bertanya seperti itu? Apakah kau memikirkan sex begitu banyak?"

Pita tertegun. Mason berhasil membalikkan pertanyaannya menjadi sebuah jawaban yang samar. Memang dia akhir-akhir ini mulai berpikir banyak tentang...sex!

"Oh...tentu saja tidak. Aku hanya menebak saja. Apalagi yang dilakukan pria dan wanita saat berduaan? Itu saja."

"Apapun bisa terjadi Pita. Selain sex."

Pita mengangguk-angguk seakan percaya pada perkataan Mason. Tapi sejatinya, dia sama sekali tak percaya.
Bercumbu saja Mason dan Madow seperti itu. Lalu...tidak ada yang terjadi? Yang benar saja.

"Kenapa kita menjadi membahas masalahku? Kita sedang membahas tentang kita, Pita."

Pita terdiam.

"Bukankah sudah kubilang bahwa aku sudah mempunyai seseorang?"

"Aku tidak percaya."

"Kenapa?"

Pita jelas merasa kesal walaupun kenyataannya dia memang masih sendiri hingga kini. Tapi ketidakpercayaan Mason seakan Mason meremehkannya tidak bisa mencari seorang kekasih.

"Karena kau menungguku."

"Dan kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu?

"Aku merasa seperti itu. Entahlah. Sejak bertahun lalu aku selalu merasa terkoneksi denganmu."

Pita menggerling.

"Benarkah? Lalu kenapa kau tidak bilang? Oh...kau terlalu sibuk dengan para gadis pirang."

"Kau cemburu."

"Tidak. Aku hanya..."

"Cemburu."

"Kubilang tidak Mason."

"Aku tak pernah sekalipun melihatmu membawa pria ke rumah."

"Itu...karena aku tidak suka mengumbar percintaanku kemanapun."

"Hmm..."

"Mason.."

Dan Pita mulai menggeram jengkel.
Mason bergerak mendekat. Lebih dekat lagi pada Pita yang memberengut kesal.

"Lihat aku."

"Kenapa aku harus menurutimu?"

Namun Pita tetap menuruti apa perkataan Mason. Mereka saling bertatapan sekian lama sampai bibir Mason mendarat di bibir Pita yang tertegun. Mengulumnya lembut dan mendecapnya begitu hangat. Melepaskannya begitu cepat hingga Pita merasa dia kehilangan sesuatu yang tiba-tiba begitu disukainya.

"Ciuman pertamamu, Paquita."

Pita hanya terdiam. Tak mengerti kenapa semuanya nampak berwarna di matanya. Dia merasa pening. Tebakan Mason benar-benar telak.

"Aku akan kembali Pita. Jangan berharap aku menyerah untuk mendengar pengakuan itu darimu."

Pita menatap Mason yang beranjak berdiri dan melangkah memasuki kamarnya. Derap langkah kaki Mason dan sapaan Mason pada Ayah Ibunya membuat Pita berdiri. Dia melangkah ke arah pagar pembatas balkon. Menatap kebawah. Di ujung teras keluarga Cesterson, Pita melihat Mason mendongak ke arahnya dan manatapnya lembut.

Pita berbalik. Dia meraba bibirnya. Hangat bibir Mason masih terasa. Bahkan aroma jeruknya masih lekat. Pekat. Hangat. Membuat Pita sekali lagi menjadi yakin bahwa dia akan gila sebentar lagi.

"Bagaimana mungkin dia bisa setenang itu setelah mengambil ciuman pertamaku? Dia gila!"

Pita menggeram setengah berteriak kesal.

"Kau berciuman dengan tetanggamu sendiri?

Pita mendongak dan mendapati Ibunya tengah mengibaskan dressnya seakan pertanyaan yang baru saja di ajukannya pada Pita tidaklah penting.

*

👑🐺
MRS BANG


Continue Reading

You'll Also Like

24.5M 983K 72
[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA] The Marvel Series 1 Dia Geovano si ketua geng Marvel Dia Geovano sang penguasa jalanan Dia Geovano si petarun...
8.8M 806K 64
📌SUDAH TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER📌 TERSEDIA DI SHOPEE [FOLLOW AKUN WP KU SEBELUM MEMBACA] AWAS BAPER! JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT SETIAP ...
2.1M 109K 55
Ketika 2 orang bermusuhan disatukan karna perjodohan. Bagaimana kelanjutannya? ⚠️WARNING!!⚠️ cerita ini banyak mengandung kata-kata kasar, umpatan da...
9.5M 522K 42
(REVISI!!!) Warning : Mengandung kata-kata toxic "Gue bunuh lo kalo sekali lagi bohongin gue," Arkano Yusuf Mahendra. Pria dingin yang di idam-idamka...