H E R
M I S T A K E
H I S
R E G R E T
∽※∽※∽※∽
" Tarik balik ? "
Pertanyaan Marcuez dibalas anggukan bapanya yang merupakan seorang ketua pegawai polis bahagian jenayah berat . Sudah lama berkhidmat dalam kes-kes jenayah namum sejak akhir -akhir ini bapanya mulai melibatkan diri dalam kes politik dan salah laku . Kes-kes jenayah semuanya diserahkan pada Marcuez yang kini sudah dinaikkan pangkat .
Marcuez menggoyangkan pen dijarinya , kening terjungkit masih bingung dengan kenyataan yang baru sahaja diberitahu oleh bapanya mengenai kes Elise Kimberlin yang sebelum ini ditangguhkan kerana kesihatan mental wanita itu .
" ya , dengar kata ... anak Elise Kimberlin mati . Mungkin ... Kimberlin Hans kasihan dengan anaknya .. walau apa pun , penjenayah sekali pun masih anak kandung juga " datar penjelasan bapanya dibalas anggukan faham Marcuez .
" maknanya ... dia dah bebas sekarang ? " perlahan sahaja suara Marcuez menyoal, segaris senyuman terlakar dibibir itu . Membayangkan wajah mulus Elise Kimberlin .
" lebih kurang begitu . Hold on a second —— " jeda bapanya , menyelak lengan uniformnya . Jam tangan dikerling sekilas bersama keluhan pendek .
" why ? Ada kes ke ? " berbasi-basi Marcues apabila melihat bapanya sudah mencapai kunci kereta .
" huh ? Nope . Ada appoinmnet dengan ahli menteri Zhang . Hah , kamu malam ni kosongkan jadual . Ada makan malam dengan Kimberlin Hans . Dia jemput kita satu family . Jangan lupa "
Marcuez diam , melirik kepergian bapanya yang tergesa-gesa . Bersama hela berat , Marcuez kembali mencatit dokumen dan mengemas kini rekod jenayah dalam simpananya itu .
" ini .... "
Lirih suara Elise sambil tangannya mengutil halus teddybear di dalam kotak hadiah itu . Pandangannya dialihkan pada Demerez .
Demerez mengangguk lemah . Mug nescafe yang disediakan tadi diletakkan di atas meja ruangan tamu itu lantas kaki diusung ke arah Elise .
Mata Demerez jatuh pada teddybear itu , tersenyum kelat mengingatkan bagaimana bahagia dan terujanya dia untuk memberikan hadiah itu buat ... Aireen .
" aku nak hadiahkan pada dia " Demerez mendongakkan wajah , bertatapan dengan Elise yang turut sama merenungnya . Senyuman kecil tercoret manis meski tersisa getaran , dihadiahkan buat wanita itu .
" kau rasa ... dia akan suka tak ? Aku masih tak tahu favourite colur dia " perlahan dan sungguh halus gemersik suara lelaki itu menghadirkan kehangatan dalam dada ELise .
Birai mata Elise berat , dikerdip lemah matanya yang mulai berkaca .
Kembali jemarinya mengutil patung beruang yang berwarna unggu itu .
Senyuman meniti dibibir .
" purple . Aireen loved purple "
Demerez mengengguk . Senyumannya melebar . " aku tak salah pilihlah kan ? "
Elise diam , hanya tersenyum mendengar seloroh lelaki itu yang cuba menaikkan semangat mereka berdua .
" I'm sorry ... "
Elise menoleh , menatap wajah hiba Demerez . Jelas , kesakitan yang dialami mereka sama , serupa . Yang memahami penderitaan ini adalah mereka berdua sendiri .
" I'm sorry for every pain and hurt that I give you ... "
Elise membisu . Membiarkan Demerez meluahkan segala yang terbuku didada tanpa campur tangan dirinya . Hanya mata mereka saling bertamu , menghantar rasa yang pernah dan tidak akan hilang dari hati mereka . Kasih yang terbina dengan jaluran tali yang rapuh , bila-bila masa mampu putus ... namun sehingga kini masih lagi ... utuh .
Hubungan yang sebelumnya terbina semata-mata demi kepentingan diri sendiri , permulaan yang ternoda dengan niat yang tidak suci . Hanya ingin memanipulasi dan memanfaatkan diri masing-masing .
Bukan seperti kisah cinta yang suci dan penuh romantis bagai pasangan lain . Perjalanan hubungan mereka yang perit dan sukar diterima oleh kebanyakkan manusia biasa .... yang hanya inginkan kehidupan normal .
" —— but I'm still your sweetpain right ? " pertanyaan Elise membuatkan Demerez tertunduk . Tidak berdaya bertentangan mata dengan wanita itu . Malu serta kecewa dengan dirinya sendiri. Lemah keadaan dirinya kini dipandangan kasar manusia biasa , namun tidak bagi Elise . Dimatanya , lelaki ini adalah satu-satunya keluarga yang dia punya ... seseorang yang akan mencarinya , kembali padanya meski terpisah oleh ketentuan takdir .
Kepala Demerez didongakkan , menyambung semula tautan mata mereka . Pandangan mata Elise bersinarkan air mata , tangannya mengelus halus wajah lelaki itu bersama rasa sedih , perih juga bahagia yang bersatu di lubuk jiwa .
" thanks you sebab datang cari I balik .. atas apa pun alasan you ... thank you sebab kembali pada I . Thank you so much ... sebab tak pernah putus asa dengan I ... thank you sebab tak pernah b-buang I dari hidup you .... " tutur Elise disusuli esakan halusnya .
Sekelip mata tubuh Elise dalam dakapan hangat Demerez . Kedua lengan Demerez erat merangkul tubuh itu , membiarkan wanita itu melepaskan segala kehibaannya . Membiarkan malam menjadi saksi kemusnahan dua jiwa itu , sebelum kembali bangkit melawan arus kehidupan yang tidak pernah memberi ruang mahupun peluang buat diri mereka yang dikategorikan sebagai 'perosak' dunia dan masyarakat .
" I love you " ungkap Elise separa berbisik pada bayu malam namun cukup didengari dan bakal diingati oleh seorang Demerez Black .
Sesi makan malam itu hanya diiringi dentingan kutleri . Marcuez melirik sekilas pada bapanya yang sesakali mengangguk dalam perbualannya dengan Kimberlin Hans . Beralih pandangan mata Marcuez pada adik Elise , Ellen dan pasangannya Lufasz yang hanya membisu . Seakan tidak begitu menyertai sesi malam malam ini dengan kerelaan hati . Tersengih sahaja Marcuez dalam diam .
Kembali dia memotong stik kepada kepingan kecil , segaris senyuman sinis melebar dibibir .
" Saya dengar Puan Carla ada adik . Elijah kan ? "
Terus sahaja pergerakan puan Carla pegun . Agak kaget dengan pertanyaan Marcuez yang begitu tiba-tiba membuatkan seluruh isi meja membisu . Malah , perbualan antara Kimberlin Hans dengan bapanya juga terhenti seketika . Kini tumpuan menikam ke wajah puan Carla yang masih ragu-ragu untuk memberi jawapan .
" uh , ye . Tapi dia dah ..tak tinggal dengan kami "
Marcuez menyengetkan wajah. Masih tidak lokek senyuman dibibir itu . " tak kan puan tak tahu Elijah dah mati ? "
Puan Carla jelas terkejut . Terlepas kutleri dari genggamannya menghasilkan dentingan halus . Malah seisi keluarga Kimberlin itu juga seakan pegun dengan berita yang baru disampaikan oleh Marcuez .
" Marcuez apa yang kamu —— "
" maksud kamu ? " serentak bapanya dan Puan Carla menyoal . Perhatian Marcuez lebih tertumpu pada soalan Puan Carla dibandingkan jelingan tajam bapanya yang memberi amaran .
Napkin dilap lembut dihujung bibir sebelum kedua tangan disatukan di atas meja .
" saya sendiri uruskan kes pembunuhan Elijah di England dua tahun lepas "
" pem-pembunuhan ? Dibunuh maksud kamu ?! " selaran Puan Carla bergema , memancing perhatian pengunjung lain .
Kimberlin Hans sedaya upaya cuba menenangkan isterinya , malah anak mereka Ellen juga separuh merayu agar Carla memperlahankan suaranya kerana kini seluruh isi restaurant itu mula menjeling ke arah meja mereka .
Marcuez tersengih , bangga dengan perubahan susana yang telah disuntik dalam sekelip mata .
" well , yeah . Saya yang mengetuai kes itu . And suspek pembunuhan tu pun .... " meleret senyuman Marcuez sengaja memprovok Puan Carla . Dirinya gemarkan situasi sebegini dimana dia berkuasa dalam memanipulasi keadaan tegang ini .
" siapa pembunuh tu ?! " lantang selaran Carla , menepis segera tangan Kimberlin Hans yang cuba menenangkan gelodak amarahnya .
Ellen juga pasangannya saling bertentang mata , kaget juga bingung dengan situasi yang sedang melanda mereka .
" Demerez Black .... dan juga ... anak puan sendiri ... cik Elise Kimberlin "
Mencerlung semua mata , benar-benar terpukul dengan kenyataan pegawai polis muda itu . Kerutan diwajah Puan Carla jelas terbias dipandangan Marcuez . Manakala keluarga Kimberlin yang lain hanya terkejut , tidak dapat menerima kebenaran itu . Masing-masing menyoal tindakan Elise yang dianggap langsung tidak terlintas di pemikiran mereka .
Namun hanya Marcuez yang masih tersenyum. Terhibur dengan segalayang berlaku apalagi melihat riak wajah Puan Carla yang jelas berubah pucat .
" mungkin ... puan Carla tahu kenapa ... anak puan bertindak sebegitu ... memandangkan Elijah adalah adik puan ? "
Provokan Marcuez menyentak Puan Carla . Wanita itu gugup apabila kesemua mata kini menikam wajahnya , mengharapkan sebuah jawapan .
Bergetaran mata Carla beralih dari wajah Marcuez pada suaminya yang jelas ingin mempersoalkan hal yang sama .
Pada masa yang sama , Lufasz tertoleh ke sisinya . Melihat sendiri bertapa gugup isterinya yang memencilkan diri . Tangan yang bergetaran hebat itu cuba diselindungkan namun sempat ditangkap oleh panahan mata tajam Lufasz . Kini , wajah isterinya dan ibu mertuanya dilirik silih berganti .
Disudut ruangan bilik yang hanya diterangi cahaya bulan itu , sekujur tubuh merekrot dilantai dingin . Memeluk tubuh yang kedinginan , bergetaran hebat . Esakannya bagai muzik yang menjadi latar , menemani penderitaan yang dialami tubuh itu .
Derapan langkah yang bergema membuatkan tubuh itu kaku . Lambat-lambat mendongakkan wajah , menatap wajah itu .
Dengan kudrat yang tersisa , mengesot tubuh lemah itu ke arah Demerez . Kedua kaki Demerez dipegangnya bersama rintihan lirih . Rayuan demi rayuan dan kata maaf yang tiada guna .
Demerez menjeling kosong pada tubuh Derin yang masih merintih rayunya . Bersama hela berat , kakinya menolak kasar tubuh Derin .
" bersyukur aku masih biar kau hidup . Tapi aku tak janji berapa lama ... sebab kau tak akan mahu tahu apa yang akan perempuan aku buat pada kau .. kalau dia tahu kau dalangnya . "
" you disgust me Derin . Ikutkan aku , aku nak bunuh kau . Tapi kau tak layak mati dengan mudah . Aku akan biar kau terseksa sampai kau sendiri merayu untuk aku bunuh kau ! "
∽※∽※∽※∽
|TBC |
VOTE || COMMENT
Next update 😏😏
MONDAY