B[L]ACKSTREET

By marsh-melo

10.5K 1.4K 988

Dua orang introvert yang saling jatuh cinta, tentu mereka hanya ingin dunia dimiliki berdua saja. Hanya salin... More

Pengantar
Prolog : Dari Oh Seungmi
01 - Di Halaman Depan Rumahku
02 - Unbelievable First Kiss
04 - Bimbang
05 - Vitamin
06 - Awal Baru
07 - Chamber of Secret
08 - Partner
09 - No Date, No Life?
10 - Senior Jung
Intermezzo : Meet her, Oh Seungmi!
11 - Bukan Hal Baru
12 - Pertengkaran Kecil
13 - Gadis Kanvas
14 - Gloomy Saturday
15 - Distance
16 - Heard It Through The Grapevine *)
17 - Retakan (1)
18 - Retakan (2)
19 - Drunken Night
20 - Persinggahan
21 - Wrong Desicion
22 - Kunjungan
23 - Dangerous
24 - Pameran
25 - Picasso
26 - Penafsiran
27 - Operasi Perangkap
28 - Weird Confession (1)
29 - Weird Confession (2)
30 - A Flashback : An Unsolved Feeling
Intermezzo #2 : Which Couple?
31 - Menghindar Bukanlah Solusi
32 - Meledak
33 - Titik Terang dan Titik Buta
34 - Maaf, Aku Menyesal
35 - Tiga Permintaan
36 - Bagian Tersulit
37 - Penyembuh Luka
38 - Hold My Hand
39 - Backstreet, No More! (1)
40 - Backstreet, No More! (2) [END]
Bonus - Junk Food Meeting
Epilog : Dari Oh Seunghee
#BTS (Behind The Story) of B[L]ACKSTREET

03 - Melodi Adalah Untaian Rasa

287 39 14
By marsh-melo

Musim panas tahun ini adalah masa yang sibuk untuk sepasang gadis kembar Oh. Mereka harus mulai mengikuti sejumlah les persiapan ujian CSAT *), setelah tertunda setengah tahun sejak kelulusan SMA.

Keduanya memiliki minat berbeda – Seunghee di bidang musik, sementara Seungmi di seni rupa. Di bidangnya masing-masing, mereka harus memberikan sebuah portofolio sebagai salah satu poin penilaian – seperti meng-compose sebuah lagu, atau membuat sebuah karya seni rupa.

Seungmi menopang dagunya dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggenggam pensil, berniat menorehkan sebuah sketsa.Namun nyatanya, ia belum menorehkan sedikitpun pensilnya di kertas gambar.

Fokusnya sedang buruk akhir-akhir ini.

Oh Seungmi, kau juga cantik.

Aku lebih menyukaimu, lebih.. dari sekedar tetangga yang baik.

"AAAAH! Menyebalkan!" teriaknya tiba-tiba.

Kata-kata Minhyuk yang terngiang di telinganya benar-benar merusak fokus. Sementara Seunghee yang sedang duduk di atas ranjang hanya menoleh sejenak dan acuh.

Seungmi menyerah, meletakan pensilnya di atas buku sketsa dan memeluk lututnya. Pandangannya tertuju pada kakaknya yang sedang memainkan sebuah keyboard portable kecil – hanya sepanjang dua oktaf.

"Kau benar-benar ingin masuk Kampus Howon, Seunghee?"

Seketika jemari Seunghee berhenti memainkan keyboard mungilnya. Tidak menduga pertanyaan itu akan terdengar dari mulut Seungmi.

"Apa maksudmu? Kenapa Howon-"

"Itu, stiker di keyboard-mu."

Dahi Seunghee mengerut. Spontan ia membolak-balikan keyboard-nya. Akhirnya ia menemukan sebuah stiker kecil salah satu sudut keyboard, bertuliskan 'Howon University'.

Gadis itu menelan ludah dalam-dalam, menyadari sesuatu. Sial, ternyata dia memberiku barang bekas.

"Oh, ya.. Tentu saja kampus Howon." Seunghee berusaha menimpali dengan nada sedatar mungkin. "Jurusan Musik-nya paling bagus dan terkenal di negeri ini, kan?"

"Ya. Kau benar-benar ingin sekampus dengan Changsub Oppa dan Hyunsik Sunbae, ya?"

Seunghee terdiam sejenak. "Ya.. begitulah. Saat pesta barbekyu kemarin, kami mengobrol dan mereka merekomendasikan kampus itu padaku. Bukannya bagus.. jika bisa satu kampus dengan para tetangga?"

Seungmi menelan salivanya dalam-dalam. Teruslah berpura-pura seolah kalian tidak akrab.

"Katanya, hanya lima dari dua ribu orang pendaftar yang bisa lolos ke sana. Kau pikir kau akan lolos dengan peluang nol koma dua lima persen itu, Oh Seunghee?" lanjut Seungmi.

"Aish, kau ini. Menakutiku saja." Seunghee berdecak. Ia melemparkan bantal kecil berbentuk karakter beruang Ryan ke arah adiknya. "Daripada mulutmu meracau tidak jelas, lebih baik lanjutkan sketsamu yang tidak selesai-selesai itu."

Seungmi mencibir ke arah Seunghee yang segera membaringkan dirinya di ranjang setelah melemparinya bantal. Ia masih heran mengapa orang tuanya masih menaruh mereka di satu kamar yang sama selama dua puluh tahun hidupnya, padahal mereka selalu ribut setiap harinya.

Matanya beralih pada keyboard mini yang masih dipeluk Seunghee. Keyboard mini yang dimiliki kakaknya satu minggu yang lalu. Katanya ia membelinya di toko online. Tentu saja itu kebohongan besar.

Sudah jelas, itu pemberian Hyunsik – barang yang ada di dalam paper bag tempo hari lalu.

"Dasar, tukang bohong." Seungmi menggerutu, sangat pelan.

***

Jam tujuh pagi di hari Minggu. Orang yang tidak begitu rajin berolahraga pasti lebih memilih untuk membungkus dirinya dengan selimut hangat sampai siang hari. Tapi lain bagi Seunghee hari ini. Ia sudah berpakaian rapi, mengepang satu rambutnya dan duduk di sebuah kursi taman di dekat rumahnya.

Beberapa kali ia celingukan, rupanya ia sedang menunggu kedatangan seseorang yang tak kunjung datang.

"Boo!"

Sebuah suara mengejutkannya. Saat ia menoleh, sebuah telunjuk menyentuh pipi berisinya. Hyunsik sudah duduk disampingnya dan tersenyum lebar dengan menggendong sebuah tas gitar di punggung.

"Aish," Seunghee mengulum senyumnya.

Hyunsik nyengir. "Kau sudah sarapan?"

"Oh, belum. Tapi aku membawa sekotak kimbab."

Hyunsik yang akan terlihat gembira ketika mendengar nama makanan itu segera mengambil tas yang sedari tadi ditenteng Seunghee. "Baguslah."

Pagi hari ini tampak begitu sepi. Taman ini bukan tempat yang biasa dilalui orang yang melakukan jogging. Hyunsik  meraih tangan kecil Seunghee dan menggenggamnya sambil berjalan. Gadis itu terus tersenyum lebar dan enggan menurunkan lengkung bibirnya itu. Ini adalah kencannya yang pertama bersama Hyunsik.

***

Siang ini tidak begitu terik seperti biasanya. Semilir angin lembut menerpa dua orang remaja yang sedang duduk santai di bawah sebuah pohon rindang. Hyunsik sedang memetik gitarnya, sementara Seunghee sedang sibuk dengan notes dan pensilnya. Keduanya bersandar ke batang pohon yang kokoh sambil menikmati pemandangan danau yang tenang.

"Ah, aku buntu sekali." Seunghee memejamkan matanya, pasrah.
Hyunsik menoleh. Ia melirik lembaran partitur kosong di tangan Seunghee, lalu meraihnya dan mengamati beberapa not balok yang tertulis disana.

"Heh, ini apa? Sebuah karya tulis? Tugas karangan sastra?" ledek Hyunsik sambil tertawa.

Dahinya berkerut kebingungan. "Memang apa bedanya? Menulis lagu kan sama saja dengan bercerita lewat nada-nada."

Hyunsik tertawa kecil. Ia menyimpan gitarnya di samping. Alis Seunghee semakin menyatu saat lelaki itu berdiri dan mengulurkan tangannya untuk ikut berdiri.

"Ayo."

Hyunsik segera menarik tangan Seunghee agar bangkit dari tempat duduknya, menuntunnya berjalan ke arah danau hingga mereka berdiri tepat di lima meter dari tepi danau.

"Pejamkan matamu."

Seunghee yang masih kebingungan menuruti saja kata-kata Hyunsik. Lelaki itu pun ikut memejamkan mata. Mereka menikmati keheningan danau yang tentram sambil masih berpegangan tangan.

"Apa yang kau dengar?" Hyunsik akhirnya memecah keheningan.

Seunghee mengerutkan dahinya. "Tidak ada."

"Dengarkan baik-baik."

Gadis itu menghela napas. Ia mencoba untuk fokus dan mendengarkan apa yang bisa ia dengar di antara keheningan itu.

"Sekarang, apa yang kau dengar?" Sekali lagi Hyunsik menyela konsentrasinya. Gadis itu perlahan tersenyum. Sepertinya ia mulai mengerti apa yang dimaksud Hyunsik.

"Deru angin. Tetesan air.."

"Bagaimana rasanya?"

"Hmm, sejuk."

Hyunsik tersenyum. Ia membuka mata kecilnya dan menoleh ke arah Seunghee yang masih memejamkan matanya.

"Ayo, buka matamu. Nanti kau tertidur kalau terlalu lama memejamkan mata," ledek Hyunsik. Gadis itu segera membuka matanya dan mengerucutkan bibirnya, kesal. Lelaki ini benar-benar senang meledeknya, padahal dia juga Tukang Tidur.

"Seunghee," Hyunsik menghadapkan badannya ke arah Seunghee. "Sumber musik bisa kau ambil dari apa yang terjadi di luar ruang musikmu. Kau juga harus mendengar 'musik' selain lagu-lagu yang ada di playlist mp3-mu itu. Menulis komposisi musik pun tidak hanya melihat contoh dari berbagai partitur di buku musikmu."

Seunghee mencoba meresapi kata perkata Hyunsik sambil menatap mata kecilnya. Gadis itu tidak membantah.

Lelaki itu meraih kedua tangan Seunghee dan menggenggamnya dengan erat. "Melodi yang akan kau buat itu adalah untaian rasa. Tempo cepat atau lambat, nada minor atau mayor, kesedihan atau kebahagiaan, bahkan penggabungan keduanya. Kau harus mendapatkan rasa itu dulu sebelum mulai merangkai nada. Bukan hanya peran telinga, tapi keempat inderamu juga. Kau juga tahu kan, Beethoven masih menulis berbagai komposisi lagu bahkan saat ia sudah kehilangan pendengarannya? Itu karena beliau memiliki rasa yang kuat."

Seunghee mengulum senyumnya pelan-pelan. Lelaki ini terlihat begitu serius ketika berbicara masalah musik.

"Setelah kau mendapatkan rasanya, nada-nada itu akan muncul sendirinya. Itu sebabnya aku memberimu keyboard kecil itu. Kau bisa saja mendapatkan idemu di tempat tak terduga. Jadi kau bisa mengingat dan merekam nada itu di keyboard saat itu juga."

Gadis itu mencibir. "Keyboard bekas itu, ya?"

Hyunsik tertawa.

"Jangan salah, itu keyboard pertamaku di bangku kuliah. Itu akan sangat berguna saat kau mulai sibuk dalam pelajaran praktek komposisi musik. Aku bahkan tidak meminjamkannya pada sembarang orang."

Lelaki itu melangkah lebih dekat ke arah Seunghee, menatap mata bulat Seunghee yang indah. "Aku tak sabar bisa melihatmu di Howon, Oh Seunghee."

Seunghee tersenyum kecut. "Tapi seleksinya benar-benar menakutkan.

Lagi-lagi Hyunsik tertawa kecil.

"Makanya, buatlah lagu yang bagus." Ia menaruh telapak tangan Seunghee ke dada bidangnya, membiarkan gadis itu merasakan detak jantungnya. "Dapatkan rasa itu, dan buatlah untaian melodi yang indah."

Debaran jantung Seunghee seketika mempercepat saat tangannya merasakan detak jantung lelakinya. Keduanya terdiam dan menatap satu sama lain sambil menikmati keheningan danau tanpa mata-mata usil yang mengganggu kebersamaan mereka.

—TBC—

Ket :
*) CSAT(College Scholatic Ability Test) : Jenis ujian standar untuk diterima di universitas Korea Selatan (Wikipedia)

Continue Reading

You'll Also Like

46.8K 5.7K 27
Mereka berstatuskan sebagai mantan selama 3 tahun ini. Dan kemudian bertemu kembali karena ajakan kencan buta teman mereka. 2⃣0⃣1⃣8⃣ Project Fanfict...
YES, DADDY! By

Fanfiction

316K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
1M 76.3K 57
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
333K 23.1K 39
" i loved you first,why can't you see?" itu yang bisa ku katakan saat melihat-Nya mengatakan cinta kepada seseorang. " i wish that was me " itu yang...