Always Lin [Lai Guanlin]

By hilxlin

46.6K 3.6K 93

"Na, hatiku...sudah kamu bawa jauh bertahun-tahun lamanya. Dan sekarang, kamu minta aku buat menjauh dan melu... More

1: Tukang ngintip
2 : Ditebengin
3 : Nasgor
4 : Pujasera
5 : dejavu
6 : what is love?
7 : my answer is you
8 : jealous
9 : instagram?
10 : remidi?
11 : sick?hug?
12 : slap
13 : kesel,capekkk
14 : wedang ronde
15 : ternyata sahabat?
16 : jihoon sialan!
18 : cie ngebelain dia:')
19 : berantem??
20 : Lin, jangan pergi...
21 : jauh darimu..
22 : jatuh hati denganmu
23 : kamu percaya kan???
24 : sepan
25 : gimana apanya?
26 : Makrab
27 : kekunci!!
28 : asli ganteng
29 : Guanlinnnnn😈
30 : mistakes
31 : get sick
32 : dijengukin para cogan
33 : baikan
34 : surprised
35 : es kepal
36 : seriously,im sorry
37 : graduation
39 : nyeri lagi
38 : hangout
40 : what a fact?
41 : Sena?
42 : shocked
43 : nothing a reason
44 : let you go
45 : hai Sena
side story- the bad night
47 : selamat ulang tahun
epilog

46 : gagal?

727 54 4
By hilxlin

Sejak pulang dari rumah sakit tempo hari, Sena selalu dihantui oleh kegelisahan.
Pikirannya tertuju pada Nana yang ia temui kemarin siang.
Ia tidak menyentuh sarapannya sama sekali, membuat Guanlin menatapnya bingung.

"Sarapannya nggak dimakan? Kasihan yang ada didalam perut kamu."
Ujar Guanlin.

Sena mengerjap. "Lin?Apa... Kamu cinta aku?"
Tanya Sena tiba-tiba.

Guanlin terdiam, ia tidak bisa menjawab.
Hatinya masih ada pada gadis itu. Atau mungkin, cintanya sudah mati dibawa gadis itu. Terlebih lagi, Guanlin bertemu dengan Nana kemarin—dalam keadaan yang membuat Guanlin begitu cemas dalam hatinya, namun sesuatu menahannya untuk tidak berbuat sesuatu pada gadis itu.

Sena tersenyum kecut, ia sudah menduga akan jawabannya.
"Kenapa kamu mau menikah dengan aku, sedangkan kamu sendiri nggak mencintai aku, Lin?"

Terdengar helaan nafas, sebelum Guanlin berbicara. "Bukannya kamu yang selalu menuntut aku untuk menikahi kamu? Lagipula, aku harus tanggung jawab."

"Jadi, kita akan hidup tanpa cinta sedikitpun?Dan Kita akan bangun rumah tangga dan merawat anak kita tanpa ada cinta sedikitpun?"

Guanlin tidak tahu. Apakah ia harus mencoba melupakan Nana, dan membuka hati untuk Sena. Atau, ia harus sekali lagi mencoba kembali pada Nana?

"Kalau begini, sebaiknya kita nggak usah menikah." Ujar Sena beberapa saat kemudian.

Guanlin menatap Sena tidak percaya.
Bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu? Sedangkan yang membuat Guanlin seperti sekarang adalah karena dirinya yang bersikeras untuk menikahinya karena ada darah dagingnya yang tumbuh didalam perut Sena.

"Oh ya? Terus, apa yang mau kamu ucapkan saat orangtua kamu tahu kalau kamu hamil dan belum menikah?" Tanya Guanlin dengan nada sedikit meninggi.

"Sen, aku akan tanggung jawab. Aku juga bakal usaha buat buka hati aku ke kamu." Ujar Guanlin mencoba meyakinkan Sena.

Sena tersenyum mendengar penuturan Guanlin. Itu artinya, Guanlin akan benar-benar menerimanya. Ia akan menikah dan bahagia bersama Guanlin.

"Aku pegang omongan kamu," gumam Sena.

Guanlin lalu beranjak, "aku harus berangkat kerja dulu. Kamu dirumah aja, Bunda bentar lagi pulang." Ucapnya, lalu mencium kening Sena.

Dalam hati Sena bersorak senang.
"Iya, kamu juga hati-hati."

Lalu Guanlin pergi berangkat kerja. Dan Sena hanya bersantai dirumah lelaki itu sambil menonton acara di TV.

Beberapa saat kemudian, bel rumahnya berbunyi. Lalu Sena beranjak untuk membukakan pintu rumahnya.

Sena sungguh terkejut, melihat siapa yang datang.
Jantungnya berdegup kencang saat melihat siapa yang ada dihadapannya.
Kenapa dia datang disaat yang tidak tepat? Apa yang harus Sena katakan padanya, tentang kenapa dirinya ada disini, pikir Sena.

Dirinya begitu gugup. Sedangkan orang yang ada dihadapannya tak kalah terkejutnya dengan apa yang Sena rasakan.
Bagaimana bisa Sena ada dirumah lelaki ini?

"Sena?"
















"Haknyeon, kamu ngapain kesini? K-kamu kenapa bisa tahu aku ada disini?"
Ujar Sena tak percaya.

"Aku yang seharusnya tanya seperti itu ke kamu. Kenapa bisa kamu ada dirumah Guanlin?" Tanya Haknyeon.

"Aku.." Sena terbata-bata, ia tidak mampu menjawab pertanyaan Haknyeon.

Haknyeon menarik Sena kedalam rumah Guanlin.

"Aku dengar kamu mau nikah sama Guanlin?Aku tahu, sejak awal pun kamu nggak pernah cinta sama aku, Sen. Tapi nggak gini caranya,"
Sena mendongak, menatap Haknyeon tak percaya.

"Brengsek!! Terus kenapa malam itu kamu lakuin hal itu ke aku??!"
Sena berteriak dihadapan Haknyeon.

"Aku lakuin itu karena aku cinta kamu, aku pengen kamu biar bisa lupain Guanlin! Guanlin bukan seharusnya bersama kamu!"

"Terus? Kenapa malam itu kamu justru ninggalin aku, dan cuma ninggalin pesan kalo kamu pergi ke luar negeri dan bakal balik buat tanggung jawab?! Seharusnya kamu jelasin langsung ke aku, bukannya pergi gitu aja!" Sahut Sena tak mau kalah.

"Maafin aku, malam itu aku diharuskan buat pergi kesana." Gumam Haknyeon.
"

Kenapa harus Guanlin sih? Kenapa?"


"Salah kamu sendiri waktu itu pergi! Aku takut Nyeon, aku takut kalau mama tau aku hamil dan nggak ada yang tanggung jawab. Jadi, aku....terpaksa bilang sama Guanlin, kalau dia yang hamilin aku."
Ungkap Sena.

Haknyeon menatap Sena tak percaya. Bagaimana bisa Sena mempunyai pikiran seperti itu? Menggunakan kebaikan orang lain untuk dirinya sendiri, batin Haknyeon.

"Kenapa bisa kamu punya pikiran seperti itu? Kamu nggak mikirin perasaan Nana? Ataupun perasaan Guanlin?"

Beberapa saat kemudian dia terisak. Dia teringat, betapa menderitanya gadis bernama Nana itu.

"Lihat. Kamu nggak memikirkan bagaimana sakitnya Nana kalau dia tahu tentang ini,"

"Nana kayaknya udah tahu tentang semua ini, dan aku...bentar lagi akan nikah sama Guanlin, nggak mungkin dibatal—"

"Pernikahan kita batal!!"
Ujar Guanlin yang tiba-tiba muncul.

Sena dan Haknyeon langsung otomatis menoleh pada sumber suara.

Wajah Guanlin tenang, namun tersirat kemarahan yang luar biasa dari sorot matanya.

"Lin, ini semua salah paham, aku bisa jelasin." Pinta Sena, mendekat pada Guanlin.

"Kamu bilang salah paham? Aku udah denger semuanya dari awal. Ternyata, niat aku yang pulang kerumah buat ngambil berkas, malah berujung tentang kejujuran buat aku." Jelas Guanlin.

"Lin, pernikahan kita tetap berlanjut, kan."
Ujar Sena.

"Nope, totally nope. Pergi sebelum kesabaran aku habis, aku nggak mau ngasih bekas lebam ke wajah orang hamil."
Ujar Guanlin sarkastik, lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Haknyeon dan Sena.

Haknyeon hanya menatap Sena yang penuh kecewa. Tujuannya kesini padahal hanya ingin bertemu Guanlin, namun berakhir menemukan Sena kembali dan menonton pertengkaran mereka tadi.

Sebenarnya Haknyeon tidak tega melihat Sena dibentak seperti tadi, namun itu semua akibat dari kebohongan Sena sendiri. Jadi, Haknyeon tidak bisa membela Sena sedikitpun.

"Sen. Ayo ikut aku, kita pulang. Habis ini aku yang akan tanggung jawab segalanya."
Rangkul Haknyeon pada Sena yang tertunduk menangis.

Sena beralih menatap Haknyeon, lalu memeluknya. "Terimakasih—maafin aku yang udah bertindak bodoh seperti ini. Maaf udah pernah nggak percaya sama kamu,"

"Iya. Sekarang beresin barang-barang kamu, terus kita pulang."
Ujar Haknyeon.




***




Tok tok tok

"Lin. Kamu didalam? Sena dimana Lin? Kok barang-barang dia juga nggak ada?"
Teriak Ibunya dari luar kamar.

Dengan berat hati Guanlin melangkah menuju sumber suara—lalu membukakan pintunya.
"Lin—"

"Sena udah pergi." Ucap Guanlin datar.

"Apa? Bagaimana bisa, Lin? Dia pergi kemana?" Tanya Ibunya cemas—karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Berhenti mencemaskan dia, Bun. Dia udah nggak pantas lagi diberi perlakuan kayak gitu." Ujar Guanlin dingin.

Ibunya sedikit tercengang dengan kata-kata Guanlin yang tidak seperti biasanya. Sungguh berbeda, terlihat kebencian yang mendalam pada setiap katanya.

"Maksud kamu?"

"Aku udah tahu kebenarannya,Bun. Dia memang hamil, tapi bukan hamil anak Guanlin." Jelasnya yang semakin membuat Ibunya tercengang.

"Jadi, pernikahannya batal?" Tanya Ibunya.

Guanlin hanya mengangguk.
Ibunya memeluk Guanlin—simpati terhadap fakta yang anaknya hadapi. Kegagalan dalam hati, pernikahannya, benar-benar memilukan.

Pelukan Ibunya benar-benar seperti sebuah sumber kekuatan bagi Guanlin untuk tidak lemah kembali.

"Ucapan Bunda waktu itu benar." Ujar Guanlin beberapa saat kemudian.

Kemudian Ibunya melepaskan pelukannya dan menatap anaknya penuh haru.

"Selama ini, Guanlin selalu mencoba buat lupain semua kenangan Guanlin dan Nana. Padahal, itu hal yang paling sulit. Tapi, akhirnya Guanlin mencoba ikuti kata-kata Bunda waktu itu. Sekarang, Guanlin sudah punya pilihan..." Ibunya menatap Guanlin untuk menunggu jawaban atas kata-katanya.

"Guanlin bakal kembali lagi sama Nana."
Senyum hangat merekah di wajah Ibunya.

Ia senang, anaknya telah menemukan tambatan hatinya yang telah lama hilang.

***

TBC.

Kalian tim...

Guanlin—Sena

Guanlin—Nana

Nana—Renjun

Atau???

Guanlin—hilna😂 apa banget anjir.

Readers be like

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 485K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
1.5M 123K 155
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
2.2M 107K 45
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...