B[L]ACKSTREET

By marsh-melo

10.5K 1.4K 988

Dua orang introvert yang saling jatuh cinta, tentu mereka hanya ingin dunia dimiliki berdua saja. Hanya salin... More

Pengantar
Prolog : Dari Oh Seungmi
02 - Unbelievable First Kiss
03 - Melodi Adalah Untaian Rasa
04 - Bimbang
05 - Vitamin
06 - Awal Baru
07 - Chamber of Secret
08 - Partner
09 - No Date, No Life?
10 - Senior Jung
Intermezzo : Meet her, Oh Seungmi!
11 - Bukan Hal Baru
12 - Pertengkaran Kecil
13 - Gadis Kanvas
14 - Gloomy Saturday
15 - Distance
16 - Heard It Through The Grapevine *)
17 - Retakan (1)
18 - Retakan (2)
19 - Drunken Night
20 - Persinggahan
21 - Wrong Desicion
22 - Kunjungan
23 - Dangerous
24 - Pameran
25 - Picasso
26 - Penafsiran
27 - Operasi Perangkap
28 - Weird Confession (1)
29 - Weird Confession (2)
30 - A Flashback : An Unsolved Feeling
Intermezzo #2 : Which Couple?
31 - Menghindar Bukanlah Solusi
32 - Meledak
33 - Titik Terang dan Titik Buta
34 - Maaf, Aku Menyesal
35 - Tiga Permintaan
36 - Bagian Tersulit
37 - Penyembuh Luka
38 - Hold My Hand
39 - Backstreet, No More! (1)
40 - Backstreet, No More! (2) [END]
Bonus - Junk Food Meeting
Epilog : Dari Oh Seunghee
#BTS (Behind The Story) of B[L]ACKSTREET

01 - Di Halaman Depan Rumahku

578 47 35
By marsh-melo

"Seungmi sayang! apa kau sudah memotong rumput di halaman depan?" Suara nyaring sang Ibu terdengar dari arah dapur.

Seorang gadis yang sedang asyik menorehkan pensilnya diatas kertas gambar itu menggerutu pelan mendengar namanya terpanggil. Ia meletakan pensilnya di atas kertas gambar dan segera berdiri.

"Ya, sebentar!" sahutnya.

Satu tangannya mengambil sebuah gelang karet dan mengikat rambut panjang bergelombangnya dengan asal, lalu keluar kamar dengan langkah tergesa. Sekilas sudut matanya menangkap sosok perempuan yang sedang duduk berselonjor kaki di sofa ruang keluarga, tak lain adalah sang kakak sedang yang sedang membaca sebuah novel.

"Kenapa Ibu tidak pernah menyuruh Seunghee memotong rumput, huh?" omel Seungmi, dengan kedua alisnya yang beradu. Seungmi yang bertubuh lebih atletis daripada Seunghee selalu mengambil alih pekerjaan laki-laki saat Ayah tidak ada di rumah.

Terdengar samar-samar suara Seunghee menimpali omelan adiknya. "Seorang pianis tidak bisa melukai tangannya, Seungmi sayang."

Marry Kim, sang Ibu dari dua gadis kembar Oh itu tertawa kecil melihat salah anak gadisnya mengerucutkan bibir pertanda kesal, meski tetap pasrah mengambil gunting rumput dari gudang. Tangannya yang mulai berkeriput itu mengusap rambut hitam bergelombang putri bungsunya dengan lembut. "Nanti Ibu buatkan jus melon kesukaanmu, ya?"

Seungmi menghela napas panjang. Ia memicingkan matanya ke arah Seunghee yang sedang berseri-seri dengan buku novelnya. Anak itu selalu berlindung dibalik kemampuan bermusiknya. Padahal bisa saja ia beralasan tidak mau melukai tangannya karena sedang menggambar.

"Aku ini Seungmi-derella ya, Bu? Anak tiri Ibu?" ketusnya.

Bibir Seungmi semakin mengerucut maju saat mendengar Seunghee terkikik pelan karena omelannya itu.

"Aish, kau mulai lagi." Sang Ibu mencubit pipi agak berisi gadis bungsunya. "Ayo, cepat. Sebelum terlalu siang!"

***

Gadis itu memotong helai demi helai rumput liar di halaman depan rumahnya sambil terus menggerutu. Pukul setengah sebelas siang di musim panas adalah waktu yang kurang tepat untuk memotong rumput. Panasnya mentari membuat kulit putihnya kemerahan karena terbakar. Rasanya sunblock yang ia pakai sudah tidak ada gunanya.

"Seungmi!"

Sebuah suara merdu menginterupsinya, suara lelaki di balik pagar satu meter rumahnya. Spontan Seungmi berdiri, mendapati lelaki itu melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum lebar, membuatnya spontan ikut tersenyum dan melambaikan gunting rumput di tangannya.

Gadis manapun di dunia ini akan ikut tersenyum saat mendapatkan sapaan ramah dari seorang lelaki super-tampan ini. Tetesan keringat yang sedang bercucuran di tubuh atletisnya terlihat menyegarkan bagaikan segelas jus melon dingin di tenggorokan keringnya.

"Oppa!" Seketika Seungmi menyahutnya dengan nada sedikit manja.

Dia adalah Lee Minhyuk, tetangganya yang paling tampan. Seorang pelatih sepak bola di SMA-nya dulu. Rumahnya hanya terhalang satu petak dari rumah Seungmi. Kini lelaki itu masuk ke halaman rumah Seungmi dan menghampirinya.

"Mau kubantu?" tangannya sudah siap mengambil alih gunting rumput dari tangan Seungmi.

"Tidak usah. Kau pasti kelelahan." Gadis itu berbasa-basi.

"Eits, ini bukan apa-apa." Ia mengambil gunting rumput dari tangan Seungmi dengan lembut sambil melemparkan kedipan sebelah mata mautnya. "Kau punguti saja rumput-rumputnya dan masukkan ke trashbag, ya?"

Seungmi tertawa kecil dan menyahut nyaring, "Baik."

"Jangan lupa pakai sarung tangan, nanti tanganmu bisa terluka."

"Ya."

Minhyuk memotong rumputnya dengan semangat, tidak seperti lelaki yang baru saja berlari pagi mengitari kompleks perumahan tanpa jeda. Seungmi tidak bisa menahan senyumnya saat ia memperhatikan lelaki itu memotong rumput liar dan ranting-ranting kecil dengan cekatan dan rapih.

Minhyuk itu sudah seperti pengganti sosok kakak laki-laki baginya. Ya, keluarga Oh hanya memiliki sepasang gadis kembar dan tidak memiliki satupun anak lelaki.

"Kenapa melihatku begitu?" ujar Minhyuk tanpa menoleh. "Aku sangat tampan saat memotong rumput, ya?"

Seungmi tertawa kecil. Sejujurnya, lelaki ini selalu tampan saat melakukan apapun.

"Ya. Aku selalu heran, kenapa kau masih belum punya pacar dengan ketampananmu yang berlebihan ini."

Lagi-lagi ia hanya menanggapi pujian dengan tawa, memperlihatkan dua gigi kelincinya yang manis. Ia menyelesaikan potongan ranting terakhirnya dan menoleh pada Seungmi. "Kau akan pergi kemana malam ini, Seungmi?"

Seungmi menggeleng pelan. "Pergi apanya! Tidak ada lelaki yang ingin mengajakku kencan. Aku bukan Seunghee.

"Aish, mulai lagi kau." Minhyuk menyimpan gunting rumput di tanah. Ia menatap Seungmi yang sedang meraup rumput liar dengan kedua tangan mungilnya. Bibir tipisnya menyungging senyum penuh arti. Ia mengacak pelan rambut Seungmi. "Datanglah ke rumahku nanti malam."

Seungmi menoleh dengan raut keheranan. "Ke rumahmu?"

Lelaki itu mengangguk semangat. "Barbekyu. Malam ini mereka datang. Teman-temanku.

Mata Seungmi berbinar seketika. Tak ada kabar yang lebih menggembirakan dari ini. Teman-teman Minhyuk - yang kemudian menjadi temannya - akan pulang dari Seoul malam ini, mungkin mengisi waktu libur kuliah mereka. Seungmi sangat merindukan mereka, terutama salah satu di antaranya.

***

Untuk kesekiankalinya, gadis itu berjinjit dan mengintip jendela ruang seni rupa yang terlampau tinggi untuknya. Seperti siswa kelas satu SMA pada umumnya, ia penasaran akan segala sesuatu, termasuk salah satu klub di sekolah barunya - klub seni lukis. Namun setiap kali ia datang, ruangan ini selalu kosong.
Lagi-lagi ia harus menahan rasa kecewanya karena tidak bisa bertemu dengan - setidaknya satu saja - anggota klub yang paling menarik perhatiannya ini. Ia membalikkan tubuhnya dan hendak kembali ke kelas, namun seseorang sudah berdiri di sana dan menghadangnya.

"Astaga!" pekiknya pelan. Seorang siswa lelaki bertubuh lebih tinggi darinya kini berdiri di depannya.
Lelaki itu melipat kedua tangan di depan dada. Alis tebalnya menyatu namun gadis itu tahu, lelaki itu membuat ekspresi marah yang dibuat-buat, singkatnya, pura-pura marah.

"Kau mengintip, ya?" ucapnya dengan nada curiga. Suaranya berat dan dalam.

"Ya- maksudku, tidak.. Aku.. hanya.."
Gadis itu semakin kehabisan kata-kata saat lelaki itu malah menertawakannya. Di tengah kegugupannya, gadis itu mengakui - lelaki ini cukup manis. Tidak, ia sangat manis apalagi saat tertawa. Bahkan suara tawanya memberikan kesan mendalam saat didengar.

"Ikut aku."

Sang lelaki mengambil segenggam anak kunci dari saku celana seragamnya dan menggunakan salah satu kunci untuk membuka pintu ruang klub. Seketika gadis itu tersenyum lebar. Ternyata lelaki ini adalah salah satu anggota klub. Pencariannya tidak sia-sia.

Sang gadis mengikuti lelaki itu masuk ke ruangan. Diedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Dinding-dinding ruangan yang ditempeli begitu banyak kanvas yang sudah digoresi cat warna-warni, goresan tangan berbakat yang mengagumkan. Ini benar-benar klub yang ia inginkan sejak lama.

"Duduklah."

Gadis itu menoleh. Ia mendapati sebuah meja dan dua buah kursi, sementara lelaki itu sudah duduk di salah satu kursinya. Ia tampak sibuk mencari berkas dalam sebuah folder di meja. Dengan antusias, gadis itu segera duduk di kursi kosong yang tersedia.

"Siapa namamu?" tanya lelaki itu.

"Oh Seungmi. Kelas 1-2." Gadis itu tersenyum lebar. "Oh, ya. Bisakah aku meminta dua formulir? Temanku juga ingin ikut klub ini tapi dia tidak bisa datang."

"Tentu saja. Jangan hanya satu, kau bisa mengajak sepuluh temanmu yang lain agar klub ini makin ramai." Lelaki itu melemparkan senyumnya sejenak setelah bergurau. Seungmi tertawa kecil. Ternyata lelaki ini cukup ramah.

"Oh ya, sunbaenim. Kalau boleh tahu, siapa ketua klub seni lukis ini?"
Lelaki itu berhenti mencari berkas, menoleh pada sang gadis lalu tersenyum lebar hingga kedua matanya menjelma menjadi dua ruas garis melengkung yang simetris.

"Ia ada di hadapanmu sekarang."
Bibir gadis itu membulat. Sejenak ia membaca sebuah nama di papan nama seragam sang lelaki. Namanya begitu indah. Untuk pertamakalinya, gadis itu bertekad untuk mengukir nama itu dalam hatinya.

Lim Hyunsik.

***

Alunan komposisi piano Für Elise yang sendu terdengar dari ruang musik kediaman Oh. Siapa lagi kalau bukan Seunghee yang memainkannya. Ruangannya tidak terlalu besar, tidak pula diberi sistem kedap suara, sengaja agar permainan piano Seunghee bisa didengarkan oleh seisi rumah.

Namun Seunghee yang senang menyendiri akan berhenti bermain saat ada orang yang masuk ke ruangan. Seperti Seungmi yang kini tiba-tiba muncul dari balik pintu.

"Apa?" dengus Seunghee.

Seungmi terlihat berseri-seri. "Ayo ke rumah Minhyuk Oppa! Pesta barbekyu." ujarnya antusias.

Seunghee mengangkat bahunya dengan acuh.

"Tidak mau." Tolak Seunghee tanpa basa-basi. Seperti biasa, Oh Seunghee sangat sulit ia ajak jalan-jalan ke luar rumah, bahkan hanya untuk bermain di rumah tetangga.

"Heh, sesekali kau harus bersosialisasi dengan tetangga. Lagipula mereka pasti lebih menunggu kehadiranmu daripada aku." Seungmi mengerucutkan bibirnya.

"Aku mau menemani Ibu."

"Menemani Ibu apanya kalau kau hanya main piano disini? Ayah pulang malam ini, kau lupa? Ibu tidak sendirian malam ini. Pokoknya kau harus datang. Bersiap-siaplah."

Seungmi menepuk bahu kakaknya sebelum keluar dari ruang musik. Tak lama, terdengar suara senandung sumbangnya mengalun keras.

"Dia terlihat bahagia sekali," Seunghee tertawa kecil.

Bukannya gadis itu tidak bisa bersosialisasi seperti adiknya. Hanya saja ia tidak begitu senang suasana ramai. Ia lebih senang menghabiskan akhir pekan dengan bermain piano atau mendengarkan musik sambil membaca novel-novel kesayangannya.

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat.

Oh Seunghee, kau ikut pesta BBQ bersama Seungmi?

Gadis itu memutar matanya, malas. Mengapa orang-orang di dunia ini benar-benar menginginkannya keluar rumah malam ini?

***

As expected, Lee Minhyuk telah menyiapkan semua peralatan pembakaran dan bahan makanan seorang diri, tentu saja karena ia Tuan Rumahnya. Sebagai anak rantau, ia terbiasa hidup mandiri. Uniknya, saat orang lain berbondong-bondong mengadu nasib di Seoul, ia malah pindah dari Seoul ke Ilsan dan memutuskan tinggal sendirian di rumah peninggalan mendiang neneknya, meninggalkan rumah orang tuanya.

Rumahnya memang selalu dijadikan tempat untuk reuni bersama tetangga sekaligus teman sepermainannya - Seo Eunkwang, Lee Changsub, dan Lim Hyunsik.

"Sunbae juga datang kan, Oppa?"

Sambil melumuri daging dengan saus dan menata sayuran diatas pemanggang barbekyu, Minhyuk menghela napas panjang. Suara gadis tetangganya itu terngiang lagi di kepalanya.

"Aish, Oh Seungmi. Kau selalu bertanya tentang Sunbae kesayanganmu itu. Aku cemburu." Ia tersenyum tipis.

"Lee Minhyuk!"

Sebuah suara nyaring memecah lamunannya. Seketika ia memandang ke arah pintu gerbang rumahnya. Tentu saja ia sumringah melihat kedua orang temannya sudah berdiri disana.

"Oyy, Eunkwang! Changsub! Ayo, cepat bantu!"

Lelaki itu menyambut kedua temannya yang baru datang dengan lambaian tangan. Namun selanjutnya ia menyadari bahwa kedatangan mereka belum lengkap.

"Hyunsik.. dimana?"

Changsub, lelaki berpipi agak tembam itu mengangkat bahu asal. "Entahlah. Mungkin anak itu masih tertidur sejak sampai ke rumahnya," katanya, cengengesan.

"Ah, benar. Si Tukang tidur." Minhyuk kembali tersenyum lebar. "Ayo, bantu aku siap-siap! Gadis kembar Oh juga akan datang kesini."

"Benarkah?" Eunkwang spontan membulatkan mata runcingnya.

"Ya."

"Kyaaaa! Baguslah! Pesta tanpa gadis seperti ramyun tanpa kimchi. Benar kan, hyung?" Sindir Changsub sambil tertawa puas.

Eunkwang hanya menanggapinya dengan senyum salah tingkah. Ya, ia adalah salah satu lelaki menyukai Seunghee diam-diam.

***

"Kau pasti bohong." Seungmi membalikkan badannya, enggan meninggalkan Seunghee di gerbang rumah. "Kau akan kembali ke kamar dan mengunci diri lagi."

"Aku bersumpah akan datang, cerewet." Seunghee mencubit kedua pipi Seungmi yang berisi. "Aku punya sedikit urusan dulu. Cepatlah, yang lain pasti menunggumu."

"Baiklah. Kupastikan kau datang. Kalau tidak, mati kau." Seungmi mengepalkan tangannya ke arah Seunghee.

"Astaga, aku benar-benar takut!" ledek Seunghee, terbahak dengan ancaman kecil adiknya.

Seungmi mencibir kesal, akhirnya menyerah untuk merajuk kakaknya pergi bersama. Ia berjalan menuju rumah Minhyuk sambil menyaku dua tangan ke dalam saku cardigan-nya yang tipis. Malam hari di musim panas tetaplah terasa dingin.

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Rasanya ia ingin kembali lagi ke rumahnya untuk menyeret Seunghee si keras kepala itu keluar rumah, padahal ia sudah tinggal beberapa langkah lagi sampai di rumah Minhyuk. Pasti anak itu akan beralasan malas pergi karena udara begitu dingin.

Akhirnya gadis itu memutuskan untuk berbalik dan kembali untuk menemui kakaknya sambil menggerutu pelan.

"Kau selalu bohong, Oh Seunghee. Kau-"

Langkahnya terhenti.

Ia segera bersembunyi di balik sebuah tembok menjorok di rumah tetangganya. Bukan hal yang hebat sebenarnya, hanya membuatnya penasaran setengah mati. Seunghee sedang bertemu dan mengobrol dengan seorang laki-laki di depan rumah, menerima sebuah paper bag darinya - yang entah isinya apa - dan.. tertawa bersama.

Dan laki-laki itu adalah.. Lim Hyunsik.

***

Continue Reading

You'll Also Like

46.8K 5.7K 27
Mereka berstatuskan sebagai mantan selama 3 tahun ini. Dan kemudian bertemu kembali karena ajakan kencan buta teman mereka. 2⃣0⃣1⃣8⃣ Project Fanfict...
91K 5.5K 59
Krystal jung seorang putri dari kerajaan amerika yang mempunyai ibu berasal dari korea. keluarga nya sengaja tidak mempublik dan memperkenalkan Kryst...
YES, DADDY! By

Fanfiction

317K 2K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
154K 6.3K 49
" saya dan dia akan bercerai " " papa mau ninggalin Adel? " " kamu bukan anak saya " " terima kasih kerana telah menjaga Adel " Kardelia Puteri...