KAYLA

By fitrimeydha13

526 38 19

Yang ia rasakan tanpa rasa. Semuanya begitu seperti gulma yang menggumpal dan siap menyerangnya sewaktu-waktu... More

PROLOG
RANA 1 - KLISE DELUSI
RANA 2 - INI ELEGI...!
RANA 3 - SENGGANG KISAH
RANA 4 - SENANDUNG KISAH
RANA 5 - MUSIM SEMI
RANA 6 - PEREMPUAN BERGINCU
RANA 7 - SERABUT JINGGA
RANA 9 - POHON OAK
EPILOG

RANA 8 - SEMAI

35 3 3
By fitrimeydha13

[Nada-nada cinta, Ia semaikan kembali. Utuh hanya untuk cinta]

[Lelaki itu ingin mencurinya, ia ingin mengajak meniti jejak diatas cakrawala, bersama hanimun senja]

Sebuah lilin putih tertata rapi diatas meja. Makanan yang sudah disiapkan Kayla masih mengebul dengan asap yang menari diatasnya. 1 botol Wine berdiri tegak dengan gelas Kristal pemberian orangtua Dimas tertata elegance diatas meja.

Suara air masih deras didalam kamar mandi. Kayla masih membilas tubuhnya. Ia tidak sabar dengan malam yang ia nantikan. Makan malam berdua dengan Bagas.

Sementara, Bagas sudah mempersiapkan dirinya menuju apartemen Kayla. Ia sudah menyiapkan kado special buat Kayla. Ia segera meluncur melihat wajah Kayla yang sangat ia cintai.

Kayla memila pakaian yang ada dilemarinya. Mencari yang pas buat malam ini. Kayla mulai merias wajahnya dan tetap membiaran rambutnya tergerai begitu saja. Ia mengenakan dres baby pink, dengan sepatu peach. Ia mengoles bibirnya dengan lipstick. Kayla sudah siap dan menunggu kedatangan Bagas. Sesekali ia melihat wajahnya dalam cermin. Ia tersenyum tipis.

Suara bel yang ditunggu Kayla akhirnya berbunyi juga. Ia bergegas membuka pintunya. Ia melihat Bagas dengan membawakan satu ikat bunga tulip putih. Dengan tubuhnya yang kekar dan mata yang selalu berkata aku cinta kamu itu lekat menatap kecantikan wajah Kayla.

"Cantik..." Bagas memuji Kayla waktu itu.

Kayla tersenyum, pipinya merona. Ia merasa malam itu adalah malam miliknya dan Bagas. Bagas memasuki ruangan dan duduk dimeja yang sudah tersedia hidangan special untuk Bagas.

"Kamu memiliki selera yang tinggi Kayla." Bagas lagi-lagi tak henti-hentinya memuji Kayla.

"Silahkan dimakan." Kayla mengambilkan makanan untuk Bagas.

Usai memakan hidangan dari Kayla. Bagas mengeluarkan kotak kecil dari balik jasnya. Sebuah cincin berlapis emas putih dan berlian ia tunjukkan ke Kayla.

"Ambil ini, aku akan memakaikan ini dijarimu." Saat itu ia menarik tangan Kayla pelan. Namun jari yang ia maksudkan terselip cincin pertunangannya dengan Dimas.

"Maaf Kayla. Tangan kirimu saja." Kayla hanya diam termangu dan menuruti permintaan Bagas. Kayla mengulurkan tangan kirinya. Dan Bagas memasang cincin itu dijari manis Kayla.

"Ini sebagai tanda rasaku ke kamu. Pakailah.." Bagas berbicara sedemikian tanpa merasa bersalah kepada Dimas. Dibenaknya saat ini, tanpa memiliki Kayla dengan utuh menurutnya tidak mengapa. Hatinya masih hidup dihati Kayla. Dan Bagas sangat tahu itu.

Ia kembali berbicara berdua, kali ini mereka berada dibalkon. Dengan secangkir anggur ditangannya masing-masing.

"Setelah ini kamu menikah. Jadilah seorang istri yang baik. Dan lakukan yang terbaik untuknya." Bagas berkata seolah tidak pernah terjadi apapun dihatinya.

"Kamu mengapa berkata demikian? Tidakkan sakit hatimu. Dengan berberkata seperti itu, kamu terlihat sedikit egois dengan dirimu sendiri." Kayla menyadari bahwa ada kecamuk dalam hati Bagas.

"Kita sudah memiliki cerita yang panjang dibelakang. Sudah 15 tahun ini kita terpisah. Tapi jujur, denganrasa rindu yang sangat besar bersarang disini. Aku sudah terbiasa memiliki kamu disini. Itu artinya, kamu masih ada disini." Matanya sedikit basah, hanya saja ia menahan. Bukan egois saja yang ia miliki, tapi rasa gengsinya tetap saja sama sejak kecil.

"kenapa kamu tidak ingin menghentikan pernikahanku? Kenapa harus berkata hal yang sangat tidak masuk akal. Dimanapun orang mencintai dia harus memiliki. Kalau itu tidak terjadi, maka tidak terjadi pula proses saling mencintai. Dan artinya, itu bertepuk sebelah tangan. Tanpa ada bunyi dan suara. Hanya ada dalam angan-angan saja dan tidak akan pernah nyata. Tapi kamu sangat terlambat Bagas. Aku sendiripun sangat tidak tahu apa-apa yang terjadi sejauh ini. Seperti mayat hidup saja, menjalani hari tanpa arti. Aku dicintai tanpa pernah mencintai." Kayla meneguk minumannya.

"Aku sempat mencarimu. Disela kesibukkanku aku pernah memikiranmu. Apakah kamu sudah menikah, dan sudah punya anak didesa. Aku kembali penasaran dengan kabarmu. Di petengahan tahun ke-3 setelah kita berpisah dulu. Ibu ku dan ayahku memutuskan untuk pindah ke Jogja. Disana aku kehilangan semua catatan buku harian dan surat-surat dari kamu. Aku kehilangan alamat Panti. Waktu itu aku juga berniat ingin melupakan kamu. Karena, aku juga mengalami rasa rindu yang selalu menyiksa. Tiap malam aku susah tidur. Aku mulai menyibukkan diriku dengan belajar, kuliah dan kerja keras. Tidak terasa 15 tahun berlalu begitu saja. Entah kenapa detak ku semakin keras, hatiku berkata agar segera mencarimu. Akhirnya aku kembali ke desa. Disana aku kembali menemui bunda Murni. Aku tidak mendapatkan kabar apapun darinya, hanya kartu nama dan pernyataan singkat bunda kalau kamu masih belum menikah."

Kayla mencermati semua cerita dari Bagas. Ia merasa semakin tersudut. Kali ini ia akan dihadapkan pada sebuah pilihan besar dalam hidupnya. Hal ini jauh lebih berat, dari pilihan yang pertama ia alami. Meninggalkan panti dan hidup di Jakarta.

"Ayahku 3 sudah bulan ini meninggal. Ia tak sempat melihatku menikah. Padahal ia sangat bersemangat untuk melawan penyakit yang terus menggerogotinya hanya demi melihat aku menikah. Sudah banyak perempuan yang disodorkan ayahku untuk kencan buta. Dari sekian banyak perempuan kenapa tidak ada satupun aku tertarik kepada mereka. Aku merayu ayahku agar tidak terlalu terburu-buru. Karena waktu itu aku masih manempuh pendidikan S2 ku. Tapi semuanya berjalan tidak sesuai dengan kehendak, aku berencana mencarimu dan menjemputmu untuk aku perkenalkan ke Ayahku. Tapi aku terlambat. Email yang aku kirimkan ke kamu tidak langsung kamu tanggapi. Ayah sudah pergi dulu. Aku rasa waktu itu, kamu sudah sangat membenciku. Tapi firasat ku berkata lain. Sepeninggalan ayah, entah kenapa aku menggebuh-gebuh ingin bertemu denganmu. Entah bagaimana caranya, aku harus bisa bertemu denganmu. Tiap hari aku menunggu balasan email dari kamu. Tapi sepertinya yang aku kiriman ke alamat yang salah. Aku putar otakku. Aku cari alamat kantormu yang ada di kartu nama, aku cari kontakmu sebisa mungkin. Perusahaan tidak mengijinkan aku mendapatkan nomor handphone mu. Ia hanya memberikan nomor kantor saja. Tidak apa, aku terus berusaha menghubungimu. Dan akhirnya kamu membalas semua emailku. Kamu tahu rasanya. Aku sangat bahagia saat itu bisa menghubungimu kembali." Bagas mendekat kearah Kayla.

Bagas berlutut dihadapan Kayla. Dia seolah ingin membawanya lari dengan segudang rayuannya.

"Kayla, jika ini sudah terlambat aku sudah tidak bisa membawamu pergi. Sangat penting pula aku melihatmu bisa berbahagia dengan Dimas. Ia sangat beruntung mendapatkan kamu." Bagas menunjukkan tatapan dan ucapan yang sangat tulus dihadapan Kayla.

"Pergilah setelah ini. Aku akan melanjutkan hidupku dengan tenang bersama Dimas. Terimkasih atas pemberianmu, aku akan mengenangnya dan menyimpannya baik-baik. Maafkan aku dan terimakasih sudah menyimpan namaku dihatimu sampai saat ini. Entah sampai nanti." Kayla memberikan perkataan yang cukup mengejutkan Bagas. Bagas melemparkan sebuah ciuman dibibir Kayla.

Seseaat setelah ciuman hangat itu, Bagas pergi meninggalkan apartement Kayla.

Kejadiannya sangat singkat. Kayla merasa dirinya tidak tahu, keputusan apa yang akan ia ambil. Dimas sudah memberinya banyak kebaikan kepada Kayla. Dia harus membalas semua kebaikkan itu. Iya, walau tanpa cinta dihati Kayla. Kayla semakin merasa kosong, dihatinya banyak berasarang hal-hal yang menurutnya ini tidak mungkin akan terjadi. Ia tidak percaya sekali lagi dengan cerita yang ia alami. Kayla melihat cincin cantik sederhana dari Bagas. Ia menangis tanpa suara lagi. Apakah ia menyesali perkataan yang ia lemparkan kepada Bagas. Didalam hati Kayla tersimpan nama Bagas, cinta dan semua rasanya untuk Bagas. Namun, ia menampikkan itu semua hanya demi Dimas yang sudah sangat baik kepadanya.

Sesaat setelah itu. Handphone Kayla berbunyi, panggilan dari Dimas. Kayla menerima panggilan itu. "Sayang, sudah makan malam? Aku dalam perjalanan pulang sekarang. Haloo..."

"Iya aku sudah makan malam. Iya kamu hati-hati dijalan."

"Kenapa suaramu sedikit serak? Kamu flu?"

"Iya baru bangun tidur barusan minum obat."

"Kamu istirahat ya, aku bawakan kamu oleh-oleh. Besok pagi aku ke apartement mu. Besok kita jalan-jalan ya."

"Iya sayang."

"Oke. Bye sayang."

"Bye"

Seketika tubuh Kayla lemas. Ia tidak bisa menolak Dimas yang selalu mengguyurnya dengan kasih sayang yang besar. Ia sadar akan kesalahan yang ia lakukan dibelakang Dimas. Kayla sangat merasa bersalah.

"Tidak seharusnya aku melakukan ini kepada Dimas. Aku terlalu memikirkan diriku sendiri. Ah..."

Sementara, Bagas kembali mengemasi barang-barangnya, esok pagi buta ia meninggalkan Jakarta dengan sejuta harapan itu. Ia pulang dengan tangan kosong, hati yang masih berat. Namun, ia harus mengiklaskan ini. Sebuah kisah yang akan ia kenang didalam hidupnya. Selamanya.

Suara email pagi hari membangunkan Kayla. Ia menggerakkan mouse nya dengan cekatan. Ia lihat kotak masuk yang masih buffering. Jantungnya berdetak cepat.

Ke : Kayla Putri

CC : Bagas

Judul : Aku mencintaimu

Kayla.

Aku memanggilmu dengan desah dekat telingamu,

Hujan jatuh dengan tenang. Pelan, lembut hingga membentuk serabut benang yang berjatuhan. Saat ini matahari tepat berada ditempatnya yang selalu diusir malam. Perlahan meredup lalu menghilang.

Saat aku tatap lentik mata kecil, seraya aku meniupnya, dia beredip dengan tenangnya. Aku tak kan biarkan perih menyakitinya. Tak terbiarkan nista menyambarnya. Jiwanya disana sangat dekat. Untuk mengartikan hal yang sangat sederhana ini ternyata butuh 15 tahun. Bagaimana mungkin akan terlepas, jiwanya disini sangat dekat.

Gadis kecil yang selalu ku genggam erat tangannya. Mengisi cerita dan kisah bersama. Tapi aku bodoh, tidak bisa menyederhanakan itu semua. Tidak bisa mendefinisikan rasa apa ini. Mengartikan dan memaknai apa ini. Yang hanya ada rasa nyaman sepanjang waktu. Sama sekali tak terusir.

Sepanjang malam sebelum memberikanmu sebuah cincin itu. Sempat terbesit akalku akan ku bawa kau kabur. Kita akan hidup bersama, melihat dan terus menatap wajahmu yang semakin menua. Keriput diwajahwu, rambut kita yang beruban. Kita yang sudah tidak mampu berjalan lagi mengelilingi kompleks seperti biasa setiap pagi. Seketika aku tersadar, kau ada untuk malam ini saja. Selanjutnya kau akan pergi kepelukan lelaki yang sudah menemanimu selama ini.

Aku mencintaimu untuk 15 tahun masa kosong kita.

Berbahagialah Kayla ku.

Boleh aku minta satu hal lagi darimu? Jika kita dilahirkan kembali, bolehkah aku memilikimu. Dan kali itu kau tidak akan pernah aku lepaskan. Sekalipun kau menolak.

Berikan kabar baik mu, jika kamu membutuhkan aku. Tunggu aku dibawah pohon depan panti. Tanpa kamu mengabariku, aku akan datang menjemputmu.

Aku yang tanpa paksaan mencintaimu.

Bagas

Seketika itu pula Kayla serasa diguyur rasa bersalah yang amat dalam. Senyap begitu saja. Matahari pagi itu, tak sempat menyapanya dengan hangat. Ego nya kian melunak, ia sangat menyadari jalan yang ia jalani sekarang membutuhkan adrenalin yang besar untuk mengambil sebuah keputusan. Kayla masih belum mengambil keputusan apapun. Dia hanya menutup laptop yang ada dihadapannya. Tanpa memberikan balasan dan jawaban kepada Bagas.

Akan tetapi, Bagas sama sekali tidak menginginkan sebuah balasan kata-kata sederhana, rayuan atau permintaan maaf dari Kayla. Menurutnya ini sudah cukup menyegarkan hati Bagas. Dengan melihat Kayla dua hari kemarin adalah sebuah kelegahan melepas semua rasa rindu. Dan Bagas sangat menyayangkan, ia pulang tanpa pesan.

(Ini adalah pesan yang tak sempat tersampaikan kepada Kayla)

Kau tahu sayangku,

Bagaimana aku memarahimu. Berbicara dengan nada tinggi saja aku tidak mampu. Apalagi kau memohon, disuatu malam yang dingin. Kau bicarakan cinta tentang kekasihmu. Aku hanya tersenyum sayangku. Entah, tidak ada rasa sakit sama sekali. Cinta didalam hati ini tulus. Tanpa ada balasaanpun tak apa buatku. Kau sangat melekat erat disini.

Adenim Musim Dingin.

Kala itu Hujan berjatuhan dengan derasnya.

Sekali lagi kau ungkapkan perasaanmu dengan sumbangsi tatapan matamu yang dalam penuh makna. Kau ceritakan isi hatimu. Bahagiamu untuk ku. Bahagiamu ada padaku. Kita saling menawarkan rasa. Tanpa pernah memikirkan siapa dibelakangmu. Ada seorang yang tersakiti perlahan.

Lagi-lagi aku tersenyum.

Seketika seperti aku berjalan diatas pelangi.

Aku baik-baik saja sayangku.

Tanamlah kebaikan disela-sela harinya yang mungkin aku curi.

Tanamlah kembali tawa kalian berdua.

Dimusim dingin ini....

Tanpa memilikimu kau sudah benar utuh buat ku.

Kau ada disini. Diam ditempat paling nyaman.

Kau aman dihatiku.

Kita tetap berpegaman dalam imajinasi kita tertinggi.

Kasihi kekasihmu.

Dan aku yang sudah tersematkan didalam hatimu.

Adenim dimusim dingin ini.

Kita tunggu lagi surat-surat Tuhan.

Takdir Tuhan itu indah.

Biarlah ternikmati kala..

Kan ku usap kepalamu dengan lembut ketika kau lelah nanti.

Berbahagialaah sayangku.

Kita tunggu lagi musim dingin untuk Adenim.

Sampai waktu membebaskan kita berteriak lantang.

Kita saling mencinta.

***

Pernikahan Kayla dan Dimas hampir satu bulan lagi. Kayla kan untuh menjadi milik Dimas. Melayaninya dan mengikuti semua perintah darinya. Kayla semakin gusar, keresahan yang ia miliki sangat besar. Ia menunjukkan dengan wajah pucat beberapa waktu terakhir ini. Dimas manruh curiga kepada Kayla. Dimas merasa sikap Kayla semakin dingin. Ia merasa Kayla beda. Tidak ada isi didalam hatinya, sesekali Dimas melihat mata Kayla menatap Dimas dengan mata yang tidak memiliki arti apapun.

Tatapan mata Kayla tidak memiliki makna sedikitpun. Cara ia memegang tangan Dimas sama sekali tidak mengandung arti sama sekali. Serasa seperti mayat hidup. Kayla yang sesungguhnya hidup itu mati. Jiwanya seakan hilang. Ia sama sekali tidak bisa memberikan arti apapun untuk Dimas.

Dimas kembali meyakinkan Kayla. Agar dia bisa menikkah dengan seseorang yang memiliki arti buat Dimas. Beberapa kali Dimas berbicara tanpa reaksi. Hingga Dimas menaruh kecemasan dan curiga. Kali ini kali terakhir Dimas menegaskan dan menanyai Kayla.

"Sudah siapkah menikah denganku? Jika kamu ragu dengan jalan ini lekas hentikan. Jangan terlalu memaksakan. Ini akan membuatku tersiksa." Dimas kali ini berrbicara dengan nada tinggi. Sepanjang tahun bersama dengan Kayla, sedikitpun Dimas tidak pernah berbicara dengan nada tinggi kepada Kayla. Dia lelaki lembut yang pernah Kayla temui.

Tidak mudah memberikan sebuah keputusan itu hanya semalam saja. Sementara Kayla sangat tak terbiasa dengan nada tinggi itu. Ini semakin membuat Kayla sulit untuk berfikir secara dingin. Seperti bagian kromosomnya membeku.

"Tolong biarkan aku sendiri dulu Dimas." Yang pada waktu itu, Dimas sudah merencanakan makan malam dan membahas acara pernikahan, segala bentuk persiapa, undangan, sewa gedung, dan segala macam. Dalam hal konsep, Kayla sebelum-sebelumnya lebih aktif. Dia sendiri yang memilih warna untuk acara pesta pernikahan nanti. Namun, malam itu serasa seperti manusia yang sangat dingin. Dimas sangat bisa merasakannya. Perubahan yang cukup besar pada diri Kayla.

Seketika itu, Dimas melihat nada bicara Kayla yang sangat penuh dengan tanya. Matanya sama sekali tak menatap kearah Dimas. Seolah Kayla ingin segera meghilang dari pandangannya. Dimas mulai meninggalkan Kayla di apartemennya sendiri. Kayla masih tanpa gerap sedikitpun, Dimas meninggalkan Kayla dengan memperhatikan punggung Kayla yang masih berada diposisi yang sama. Dimas hanya bisa menghela nafas panjang. Dimas masih berada diluar, keresahan yang di alami Dimas semakin besar. Ia menyendarkan tubuhnya dibalik pintu Kayla. Tubuhnya serasa lemas, ia duduk dengan mengusap kasar kepalanya. Sedikit kecewa dengan sikap Kayla. Pernikahan sudah semakin dekat. Menurutnya Dimas, ini seperti bah yang siap menyerang hilir dengan dahsyat. Perubahan besar yang membuat Dimas menjadi seseorang yang sangat asing buat Kayla.

Entah apa yang ada didalam fiiran Kayla sendiri. Secepatnya ia harus membuat keputusan sebelum semuany terlambat. Airmatanya mengalir begitu saja. Ia sangat menyayangkan semua kebaikan Dimas yang sudah menjadi manusia teraneh dengan segala kebaikannya. Dan Bagas dengan segala cerita cinta yang ia kemas indah ditawarkan begitu saja untuk Kayla. Didalam hati Kayla, sama sekali tidak menginginkan salah satu dari mereka akan tersakiti karnanya. Ia menangis sejadi-jadinya, ia tidak lagi bisa berbuat apa-apa mana yang baik dia tidak bisa membedakan lagi. Kayla seolah ingin mengakhiri semua cerita yang menyesakkan dirinya. Dimas, bagaimana mungkin Kayla akan hidup berdua tanpa cinta dihatinya. Sama sekali sedari awal hanya rasa kasihan dan terimakasih yang sangat besar yang Kayla berikan. Sementara Bagas, entah apa yang dirasakan Kayla. Kayla sangat bisa merasakan sebuah kebencian besar didalam hatinya untuk Bagas. Sebuah kesakit hatian atas kejadian lalu yang sangat melukai hingga membuat dada sesak tiap kali mengingatnya. Rasa rindu yang sangat hebat yang tiap kali Kayla rasakan hingga ia berkeadaan seperti ini, semua disebabkan oleh Bagas. Tetapi, sekali lagi ia harus membuat keputusan.

***

"Nak Kayla... Bangun. Ayo pindah kedalam. Disini anginnya sangat dingin, bisa masuk angin nanti." Murni membangunkan Kayla yang waktu itu tertidur dikursi teras rumah.

Seharian ini ia menghabiskan waktunya dengan melihat pohon yang Bagas janjikan. Banyak cerita klise yang Kayla alami dan Bagas dibawah pohon itu. Pohon itu menjadi sebuah saksi bersatunya hati kedua sahabat kecil Kayla dan Bagas. Nama mereka masih terukir disana. Bagas yang mengukir nama itu.

Kayla masuk meninggalkan tempat duduknya. Ia masih dengan keresahan. Tak ada lagi seseorang yang berdiam dihidupnya sehari-hari.

"Kamu kapan kembali ke Jakarta?" Murni menanyai Kayla dengan melipat selimut yang akan dipakai Kayla nanti.

"Masih nanti bunda. Kayla masih ingin diisini.?"

"Bunda tidak apa-apa kamu ada disini terus. Bagaimana nanti perkerjaanmu disana?"

"Tidak apa-apa. Aku sudah ambil cuti satu minggu." Kayla memegang pelipisnya. Ia merasa kepalanya sedikit sakit.

"Kamu kenapa?" Murni mendekati Kayla dengan rasa khawatir.

"Agak sakit kepala. Mungkin tertidur tadi, posisi kepala kurang pas." Kayla melihat cincin Bagas yang masih ada dijari manisnya.

"Bunda ambilkan obat dulu. Setelah minum nanti kamu langsung istirahat." Murni pergi menuju kotak obat di ruang tengah.

"Bagas..." Kayla memanggil nama Bagas dengan desah pelan. Kali ini ia sangat menginginkan Bagas ada disampingnya.

***

Kali ini Kayla berniat menemui Dimas. Ia sudah memikirkan sebuah keputusan besar untuk hidupnya. Kayla mengajak Dimas untuk menyampaikan niatnya. Kayla yakin dengan keputusannya.

"Dimas, aku terimakasih atas panjangnya waktu yang telah kamu sisakan untuk menemaniku. Kau tau Dimas, orang terbaik yang pernah aku temui Cuma kamu. Kamu seperti makhluk aneh yang tak memililki sisi buruk, itu menurut penglihatanku. Sepertinya kita tidak bisa meneruskan apa yang sudah jadi impianmu. Aku sangat minta maaf. Aku terlalu egois disini. Tapi, sama sekali aku tidak bermaksud menyakiti kamu dan sebagainya. Hanya saja, aku ingin sekali menuruti kata hatiku. Aku tidak ingin menyesali segala keputusan ini. Ini sudah aku fikirkan dalam-dalam." Kayla menatap mata Dimas lekat, seolah hendak menunjukkan kejujuran hatinya.

"Setelah ini, aku akan menemui kedua orangtuamu dan meminta maaf atas keputusan ini. Sepertinya dadakan, Dimas tidak ada satu orang yang mempenaruhi ku atas keputusan ini." Kayla bertutur sambil merapikan kra dan simpul dasi Dimas.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti apa isi hatimu. Kalau menurutmu ini baik. Lakukanlah. Lebih baik diawali dari sekarang dari pada nanti menyesal dengan segala kebohongan yang telah disembunyikan." Suara Dimas bergetar, ia seolah ingin menahan Kayla dan ingin merakit kembali kisah cinta bersama. Namun, lagi-lagi Dimas dikalahkan oleh cintanya yang besar kepada Kayla. Ia lebih memilih membela keputusan Kayla daripada mempertahankan cinta yang jelas tanpa adanya sebuah balasan.

"Dimas.." Kayla memanggilnya penuh dengan rasa bersalah.

"Sudah, aku tidak bisa memaksakan hati. Jika aku memaksamu itu menurutku bukan cinta, melainkan obsesi. Benar kan...?" Dimas mengeluarkan senyum yang sangat penuh dengan kebohongan. Hatinya menangis, tidak ada yang tahu. Dimas memendamnya dalam-dalam hingga tidak ada gelagat pertanda bahwa dia lelaki cengeng. Hatinya seolah ingin berteriak "Jangan pergi, tetaplah disampingku hingga tua nanti."

"Kau memang sangat naïf Dimas. Bisa-bisanya mengeluarkan senyuman yang penuh dengan tangisan itu." Kayla berkata dalam hati. Kayla mengamati seluruh wajah Dimas, menunggu bahwa senyuman itu memang benar-benar senyum kebohongan. Namun, Kayla tak menemukan mimik muka itu dan membalas senyum Dimas.

"Terimakasih Dimas" Kayla memeluk Dimas dengan rasa bahagia. Kayla merasa kehilangan 1 beban. Iya, mencintai Dimas seolah paksaan untuknya. Karena memang dihati Kayla sama sekali tidak ada nama Dimas. Yang ada hanya rasa terimakasih dan balasbudi yang besar.

Raut wajah Dimas dibalik tubuh yang memeluk erat itu, berusaha menahan airmata tidak keluar begitu saja dipelupuk matanya. Dimas memejamkan matanya, "Aku sangat mencintaimu Kayla" lagi, Dimas hanya mampu berucap dalam hati. Ia seolah diguyur gumpalan salju yang amat besar. Rasa yang ia miliki untuk Kayla terpaksa ia bekukan sekarang juga.

***

Continue Reading

You'll Also Like

7.3M 305K 38
~ AVAILABLE ON AMAZON: https://www.amazon.com/dp/164434193X ~ She hated riding the subway. It was cramped, smelled, and the seats were extremely unc...
4.4M 288K 61
"Why the fuck you let him touch you!!!"he growled while punching the wall behind me 'I am so scared right now what if he hit me like my father did to...
29.1M 921K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
568K 19.3K 144
Read and find out...