Rotasi dan Revolusi

By Crowdstroia

2.6M 327K 35.7K

[TELAH TERBIT] Arraf Abizard Rauf adalah raja tanpa mahkota Universitas Sapta Husada. Semua orang sering meny... More

prakata
playlist + characters' aesthetics
1 || Skripsi
2 || Maskulin
3 || Jazz
4 || Byssus
5 || Chat
6 || Balasan
7 || Amnesia
8 || Analisis
9 || Standar
10 || Kesempatan
11 || Kencan
12 || Selingkuh
13 || Ambisi
14 || Pengertian
15 || Baper
16 || Arogan
17 || Keluarga
18 || Nafsu
19 || Lengkap
20 || Bintang
22 || Cemburu
23 || Brutus
24 || Degup
25 || Tes
26 || Cheesy
27 || Danau
28 || Matahari
29 || Eternity
30 || Publikasi
31 || Toleransi
32 || Magis
Rencana Penerbitan
Pre-Order
URAIAN SEMUA SERI CERITA CROWDSTROIA

21 || Raja

54.9K 7.3K 642
By Crowdstroia

========

21

r a j a

========




Riv masih ingat analisisnya tentang kemenangan FMIPA untuk Oksigen dua tahun lalu.

Rencana kemenangan FMIPA ini bermula dari rapat panitia Oksigen saat itu. Atau, bisa jadi terjadi sebelumnya. Barangkali Arraf memang sudah merencanakan sesuatu seterstruktur mungkin untuk mendapatkan kemenangan agung ini. Dan Riv yakin Arraf selalu butuh informasi dari banyak pihak untuk tahu siapa saja orang yang potensial untuk membantunya meraih target-target hidup Arraf.

Asumsi Riv, Arraf yang berteman dengan Rahayu — salah satu panitia Oksigen yang cukup berpengaruh — mengobrol dan mengusulkan kepada Rahayu untuk penambahan cabang olahraga pada Oksigen tahun ini. Tentu, semua orang tahu bahwa acara yang digelar tiap tahun perlu ada pembaharuan guna perbaikan dari acara sebelumnya. Dengan diskusi bersama Arraf yang berakhir dengan kesepakatan dan respons, "Well, why not? Nanti gue coba sampaikan di rapat panitia," dari Rahayu, akhirnya Rahayu mengusulkan pembaharuan dengan menambah cabor — cabang olahraga— baru dalam Oksigen, yakni renang.

Tak ada yang tahu bahwa sebenarnya, ada alasan kenapa Arraf mengusulkan cabor renang. Dua mahasiswi baru yang masuk FMIPA adalah atlet olimpiade renang nasional. Arraf selalu memastikan bahwa informasi ini tak sampai ke telinga anak fakultas lain. Dia bicara langsung dengan dua mahasiswi itu, bicara kepada teman sekelas kedua mahasiswi, serta mengawasi agar informasi ini tak bocor. Rencana Arraf ini sukses berat karena FMIPA berhasil menyabet empat medali emas dari cabor renang. Empat medali emas sekaligus dalam satu cabor. Jelas itu merupakan batu loncatan yang potensial untuk jadi pemenang Oksigen.

Tentu, rencana Arraf tak hanya itu. Dia juga perlu memastikan bahwa para pemain memiliki stamina lebih. Sialnya sebagai anak FMIPA di Universitas Sapta Husada, kebanyakan mahasiswa sudah lelah duluan dengan banyaknya praktikum dan laporan ilmiah. Tugas-tugas kuliah dan belajar itu sendiri sudah sangat menyita perhatian. Namun, Arraf tentu tak mau menyerah. Dia delegasikan tugas-tugas para pemain andalan kepada anak rajin. Sebagai gantinya, anak-anak rajin akan diberi nilai-nilai lebih dari anak-anak lain dari sisi praktikum.

Jelas, Arraf juga sudah berunding dengan para mahasiswa koordinator asisten praktikum yang merupakan petinggi akademik untuk praktikum anak-anak FMIPA. Negosiasinya tidak sulit berhubung Arraf adalah orang berpengaruh baik dari segi akademik dan non-akademik di kampus. Nilai akademik Arraf bahkan lebih tinggi daripada kebanyakan asdos dan asprak. Arraf juga sering memenangkan lomba karya ilmiah baik skala nasional dan internasional. Jadi, bagaimana mungkin para asdos dan asprak bisa menolak? Kalaupun menolak, Arraf bisa cepat mematahkan argumen mereka yang sekiranya tak masuk akal atau terlalu kaku untuk Arraf. Banyak pula orang-orang yang membela Arraf untuk memenangkan Oksigen untuk FMIPA. Sehingga jika diibaratkan, Arraf punya banyak pasukan dan senjata lebih untuk mereka yang berani menentangnya.

Riv pikir, usaha Arraf sudah cukup gila. Nyatanya, belum segila itu sampai akhirnya Riv melihat dengan mata kepala sendiri usaha Arraf yang lain.

Pada suatu ketika, Riv baru selesai memanfaatkan Wi-Fi fakultas dan tengah berjalan keluar gedung. Dia lalu melihat sosok Arraf berdiri di depan salah satu laboratorium Kimia. Langit sudah gelap. Oksigen hari itu akan dimulai setengah jam lagi. Ada sosok kakak tingkat lain yang Riv tahu merupakan anak jurusan Kimia, namanya Miko. Sayup, Riv mendengar obrolan dua orang itu.

"Dengar," ujar Arraf, tersenyum, menepuk bahu Miko. "Gue tahu lo pintar. Tahu banget. Lo bahkan lebih cerdas daripada gue. Itulah kenapa gue mengandalkan lo buat bikinin obat pemicu adrenalin karena gue tahu lo yang paling pintar dibanding yang lain. I need you to do it now and do it right. Gue percaya sama lo. Ini demi kemenangan FMIPA. Apa lo nggak bosan dihina-hina terus sama fakultas lain? Apa lo nggak ada rasa mau berontak dan nunjukkin kalau FMIPA juga bisa menang dari sisi olahraga, bukan cuma otak? Kenapa nggak patahin aja mitos-mitos itu? Gue mau anak-anak FMIPA merasakan nikmatnya kemenangan dan berbalik jadi fakultas yang disegani karena berhasil menaklukkan Oksigen, berhasil ngalahin Fakultas Teknik dan yang lain. Gue mau lo merasakan itu juga. Lo cerdas dan karena inilah gue percaya sama lo buat bikin obat pemicu adrenalin."

Miko terlihat berpikir, kemudian berkata, "Pasti anak-anak nanti tepar habis itu. Lo bakal jelasin gimana?"

"Biar itu jadi urusan gue," ujar Arraf. "Urusan lo tinggal bikin obat pemicu adrenalinnya. Kita semua sama-sama usaha buat kemenangan FMIPA. Gue mau semuanya ngerasa usaha bareng-bareng, bukan usaha dari pemain atau manajer tiap cabor aja."

Setelah itu, Miko mengiakan dan Arraf pergi setelah obat pemicu adrenalin itu dibuat. Sementara itu, Riv tak habis pikir bagaimana mungkin Arraf mau membiarkan pemain-pemain mengonsumsi obat pemicu adrenalin buatan mahasiswa, bukan apoteker resmi. Hari ini memang ada beberapa pertandingan dan Riv sudah mendengar gosip tentang beberapa pemain andalan yang harus mengikuti dua kali pertandingan di cabor berbeda malam ini.

Riv hanya belum tahu bahwa salah satu dari pemain andalan itu adalah Arraf.

Sehingga Arraf tak menjadikan para pemain itu sebagai kelinci percobaan. Tidak. Sebab dia sendiri juga mengonsumsi obat pemicu adrenalin buatan Miko itu.

Riv menonton dua pertandingan FMIPA berturut-turut malam itu. Voli putra dan futsal putra berturut-turut dengan Arraf ikut sebagai pemain. Pada pertandingan futsal, Arraf terlihat seolah tak kehabisan tenaga. Dan, Riv tahu alasannya. Lelaki itu akan langsung tepar keesokan pagi bersama lelaki lain yang mengikuti dua cabor dan bertanding hari ini berturut-turut.

Semua rangkaian usaha itu berbuah hasil ketika dua minggu kemudian, FMIPA dinyatakan sebagai pemenang juara satu Oksigen.

Malam hari setelah pengumuman dan penutupan Oksigen yang berlangsung di gymnasium itu usai, Arraf terlihat tersenyum puas dengan mata berkilat. Dia naik ke atas mimbar kayu tinggi untuk pemimpin supporter FMIPA, seketika membuat semua mata terpasung kepadanya seorang. Arraf bagai bintang besar yang berpendar terang dan semua benda langit berputar mengelilinginya. Dan layaknya singa mengaum, Arraf mengambil perhatian dengan dua kali mengetukkan tongkat maskot FMIPA dan berteriak, "SIAPA YANG MEMBAWA KEMENANGAN HARI INI?"

"VIVA VIVA FMIPA!" seru para mahasiswa FMIPA di tengah gemuruh tepuk tangan dalam gymnasium itu.

Arraf menyengir puas dengan latar sorakan-sorakan semua pendukung FMIPA. Kemudian, dia melanjutkan, "GIMANA RASANYA BERADA DI ATAS ANGIN?"

Semua terbahak dan sorakan semakin kencang dan gaduh. Mereka bersorak akan kemenangan, bertepuk tangan kencang, sementara beberapa mahasiswa memukul tabuh supporter dengan stik drum. Semua terlihat bahagia, bangga dan puas. Hingga kemudian setelah berjargon ria bersama piala di tangan salah satu pemain, ada seorang mahasiswa fakultas lain berjalan melewati mereka.

"WOI! ONTA ARAP!" seru seorang mahasiswa FT — terlihat dari dresscode kemeja lapang Fakultas Teknik yang dia kenakan — yang berjalan melewati tribun FMIPA. Arraf menoleh ke bawah dari mimbar kayu. "FMIPA awas terbang ketinggian! Ntar elo-elo pada jatuh. Kalau, jatuh, sakit, nggak bisa bikin laprak!" lanjut mahasiswa itu sambil terbahak bersama teman-temannya.

Semua mahasiswa FMIPA menyoraki mahasiswa FT itu. Sementara Arraf tertawa. "Jatuh itu bagian dari proses!" seru Arraf, tersenyum meremehkan. "Cuma pengecut yang takut jatuh! Mereka takut kalau abis jatuh nggak bisa bangkit lagi!"

Para mahasiswa FMIPA tertawa. Bertepuk tangan riuh sekaligus menyoraki mahasiswa FT itu. Seandainya tak ada satpam berjaga di gymnasium, keributan pasti sudah terjadi antara FMIPA dan FT. Semenjak hari itu, FMIPA dan FT memang bersitegang selama tiga bulan ke depan. Arraf juga sudah menghimbau agar anak-anak FMIPA lebih berhati-hati kalau ingin memasuki daerah tongkrongan atau gedung Fakultas Teknik. Dia hanya tak ingin ada keributan apa-apa meski dia siap pasang badan jika ada masalah.

Riv saat itu hanya melihat dari kejauhan, lalu bertanya-tanya untuk apa Arraf begitu ambisius untuk memenangkan Oksigen? Untuk hiburan? Gengsi semata? Kepuasan ego?

Namun kini, Riv baru menyadari alasannya.

Manusia seperti Arraf tak hanya butuh gengsi, hiburan, atau pemuasan ego. Arraf juga butuh pengakuan. Segala usahanya untuk memenangkan Oksigen bagi FMIPA yang sudah dua puluh tahun lebih tidak lagi memenangkan Oksigen adalah serangkaian cara untuk mendapat pengakuan dari para mahasiswa, baik itu di dalam maupun di luar FMIPA. Arraf butuh diakui oleh fakultas lain bahwa dia bisa membimbing FMIPA menuju kemenangan. Arraf juga butuh diakui oleh semua teman-teman satu FMIPA bahwa dia bisa jadi pemimpin yang baik, visioner, well-planned, dan well-organized. Strategi Arraf memang brilian. Tanpa Arraf, barangkali FMIPA tahun itu hanya bisa berada di peringkat akhir Oksigen alih-alih juara satu. Pencapaian tambahan di tahun itu adalah mereka bisa mengalahkan Fakultas Teknik yang sudah mempertahankan gelar juara satu selama lima tahun berturut-turut. Jelas, ini merupakan batu loncatan bagi Arraf untuk semakin dikagumi sekaligus ditakuti.

Semenjak itu, Riv tahu orang-orang melihat sosok Arraf layaknya titisan dewa. Sebab tak hanya brilian menyusun strategi untuk Oksigen, Arraf juga brilian dalam kegiatan akademik hingga mampu lulus tepat waktu dengan gelar Mahasiswa Paling Berprestasi di angkatannya. Dan di saat mahasiswa sefakultasnya lebih banyak yang lulus lewat dari empat tahun, di saat anak sejurusannya yang lulus dengan predikat cum laude bisa dihitung jari selama sepuluh tahun terakhir, Arraf justru berhasil menyabet pencapaian itu semua dengan berbagai pembuktian bahwa dia mampu menjadi Ketua BEM, membawa FMIPA menuju kemenangan Oksigen, sekaligus menjadi Mahasiswa Paling Berprestasi dan lulus berpredikat cum laude di saat yang sama.

Bagi orang-orang lain di luar kampus yang mendengar hal ini, barangkali pencapaian Arraf di mata mereka terkesan mustahil. Namun, begitu orang-orang tahu dan melihat sendiri bahwa pencapaian Arraf memang nyata, semua orang pasti langsung menganggap Arraf adalah titisan dewa.

Arraf adalah sesosok raja, dengan ataupun tanpa mahkota di kepalanya.

Arraf percaya bahwa dia akan menang sebagaimana Julius Caesar begitu yakin akan kemenangannya. Motto hidup Arraf bahkan sama seperti penguasa Romawi tersohor itu: I came, I saw, I win.

Namun, Riv pikir, Arraf lupa bahwa meski Julius Caesar begitu berkuasa dan berpikir dirinya paling hebat, hidupnya justru berakhir di tangan sahabatnya sendiri yang berkhianat.

[ ].





A/N

Arraf tuh emang mental Julius Caesar abis sih. Julius Caesar tuh masuk geng ngambis-ngambis club dengan quote kayak "Saya lebih baik jadi penguasa nomor satu di sebuah desa daripada harus jadi penguasa nomor dua di Romawi." Trus arogansinya tuh tercermin dari quote, "I found Rome a city of bricks and left it a city of marble." Wkwkwkwk songongnya dah lebih dewa dari Arraf keknya.

Btw, you can check @crowdstroia Instagram profile to see more RnR aesthetics like the pictures below. Ini moodboard Riv dan Arraf, anyway.



Continue Reading

You'll Also Like

132K 14.4K 19
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...
4.4M 98.7K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.6M 235K 63
⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh...
2.1M 98.9K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...