PIECES ✔

By wusanidol_

926 71 31

[COMPLETE] Dia kacau, hilang dan terbebani masa lalu pahit yang menimpa tiga tahun silam. Tapi Dia tersenyum... More

Meet the character
Prolog
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14
16
17
18
19
20-End

15

16 1 0
By wusanidol_

"Soon, you'll know why we doing this,"

🍃

Wolf dan Garry berjalan beriringan di toko buku, memasuki satu per satu rak dan melihat-lihat beberapa buku.

"Ayo pulang," kata Garry

Wolf terpaksa meninggalkan buku novel yang tadi diambilnya, lalu mengikuti Garry keluar toko setelah membayar.

-+-

Stella menguap sambil membuka kedua kelopak matanya, "Nix, bangun," katanya pelan.

Nix tidak berkutik, perasaan was-was menghantui Stella.

"Udah bangun," Stella menoleh mendapati Calum yang duduk di single chair disebelah kanannya sambil memakan burger yang tadi dibelinya.

"Lo udah lama disitu?" tanya Stella.

"Iyalah, sampe sepet mata gue liatin lo berdua," katanya membuat Stella meringis malu.

"Kok muka lo seneng gitu?" tanya Calum curiga.

"Hm? Iya, gue habis baikan sama Bryant,"

Dahi Calum mengerut, perasaan kepo merasuk kedalam pikiran Calum, "Baikan? Sebelumnya emang lagi ada masalah?" tanya Calum.

"Ya gitu deh, males ah bahasnya,"

Calum menatap lama Stella, Stella yang mulai risih pun bergedik lalu bertanya, "Ngapain sih?".

Calum menggeleng lemas, "Dia udah ngomong ke elo belum, kalo dia suka sama lo?" Stella merasakan bulu kuduknya meremang ketika Calum mengatakan hal itu.

"Siapa, Nix? Udah, emangnya dia bilang ke elo juga ya?" tanya Stella.

"Enggak, dia gak bilang, tapi gue tau. Dan nggak tau kenapa, perasaan gue gak enak sekarang, takut Nix kenapa-napa, gue tau dia lagi masa-masa move on, dia ngalamin banyak banget ketemu cewe, salah satunya lo, dan sejauh ini lo lah yang buat dia jadi kayak gini,"

Stella tersenyum menoleh menatap Nix, "Tapi gue merasa, gue gak lakuin apapun buat Nix, belum ngelakuin sesuatu yang bisa bikin Nix berubah," katanya.

"Lo udah," sahut Calum.

-+-

Gerard sampai di 'rumah', anak perempuan berusia lima belas tahun itu datang memeluknya.

"I miss you daddy," Gerard hanya menepuk kepalanya.

"Dimana mommy?" tanya Gerard.

"Di kamar, dad dari mana? Ini kan sabtu," Gerard menghela nafas membawa putrinya duduk di sofa.

"Dad ada pertemuan rutin sama pekerja lapangan," alibi yang kuat dari Gerard membuat gadisnya mengangguk mengerti.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Gerard.

"Belum sekolah Daddy, kurang dua hari lagi," curhat putrinya.

"Udah beli perlengkapanya?" tanya Gerard.

"Udah dong, Vero kan mandiri," katanya sambil tersenyum.

Gerard kembali menepuk kepala Vero dan meninggalkan Vero mengikuti istrinya yang sedang menuju dapur.

"Sayang," Istrinya, Anne menoleh dan tersenyum.

"Dari mana?" tanya Anne.

"Pertemuan dengan pekerja lapangan, bagaimana keadaan Hans?"

Istrinya menatap arah lain, "Sama kayak kemarin," katanya.

Gerard menghela nafas, pikirannya berkelana kemana-mana, memikirkan beberapa tempat di luar sana yang bisa menyembuhkan anaknya.

Ketika pikirannya sudah buntu, dia mulai menyalahkan dirinya, betapa bodohnya dan serakahnya dia hingga melakukan 'hal ini' pada orang-orang tidak berdosa termasuk Anne dan mantan istrinya.

Tangan Gerard terangkat memijat pelipis, "Kenapa G?" tanya Anne.

Gerard menggeleng sambil tersenyum lemas, "Tidak, aku hanya berfikir bagaimana jika kita membawa Hans ke Singapura untuk pengobatan dan operasinya,"

Anne menatap Gerard, "Tidak perlu, Hans tidak apa, aku yakin dia cuma demam,"

Gerard menghela nafas, "Kau yakin?" Anne menggeleng membuat gerard mendengus.

"Aku tidak ingin membebanimu G," Gerard menghela nafas, dalam hatinya dia menggerutu, kau memang sudah menjadi bebanku.

"Baiklah, jaga Hans, aku ingin dia sehat seperti semula, aku rindu bermain bersamanya," kata Gerard.

"Vero, kemarilah," panggil Gerard.

Datanglah Vero membawa beberapa makanan manis, "Kau yakin sudah membeli perlengkapan sekolah?" Vero mengangguk.

"Daddy, aku ingin berlibur sebentar, setidaknya setengah hari atau sehari," pinta Vero.

"Kau ingin kemana sayang? Kau tidak lihat kondisi adikmu yang sedang tidak sehat?" tanya Anne.

"Mungkin jalan-jalan di mall, atau taman kota, setidaknya aku bisa menghirup udara liburan," Gerard menepuk kepala Vero.

"Baiklah, kita berangkat besok pagi bagaimana?" Vero mengangguk antusias.

-+-

Dunia kadang tidak adil, ketika kita susah, ada saja orang lain yang bersenang-senang diatas kesusahan kita.

Nix dan Calum dalam perjalanan pulang, sedari tadi Nix tidak mengucapkan sepatah kata apapun setelah pamit pulang dari rumah Stella.

Calum tahu Stella sudah melakukan 'sesuatu' pada Nix, Calum hanya tidak tahu apa itu, dan saat ini bukanlah saat yang tepat untuk bertanya.

"Cal, gue ngerasain hal itu lagi," atau tidak.

Calum menoleh, "Lo suka sama Stella? Dan lo bilang ke dia, apa responnya?" tanya Calum.

"Tuh tau, gue gak tau lagi harus ngapain Cal, rasanya tiga hari terakhir ini sia-sia gue care sama dia, eh dianya balik lagi sama mantanya si pembunuh itu," kesal Nix dengan bibir mengerucut.

"Mantanya yang pembunuh?" tanya Calum.

"Hooh, katanya sih pacarnya dulu nabrak mama Stella sampe meninggal, eh tau-tau dia cerita ke gue kalo yang ditabrak bukan mamanya, gimana tuh coba, rumit banget sih masalahnya,"

Calum memberikan air mineral pada Nix ketika mendengar suaranya yang mulai emosi.

"Lo gak boleh ngomel terus Nix, lo harusnya bersyukur karena lo seenggaknya bisa ketemu sama Stella, karena Stella adalah salah satu perempuan yang pernah buat lo bahagia, meskipun cuman dalam kurun waktu tiga hari, lo jangan sedih, karena gue yakin di SMA lo bakal berubah, lingkungan pergaulan lo udah beda, apalagi lo satu SMA sama Stella, li kan dikasi tanggung jawab sama ayahnya," ceramah Calum.

"Harusnya nanti di SSMA lo yang nemenin Stella, karena gue yakin, Stella bakalan kesulitan nyari temen yang cocok, adanya cuman lo Nix, nggak tau deh ali nanti ada yang mau temenan sama dia ntar,"

Nix mendengus, "Ngrepotin ish,"

Calum tertawa, "Kok lo bilang gitu setelah nerima tanggung jawab dari ayahnya Stella, kenapa baru sekarang? Kenapa gak langsung nolak aja?"

Nux diam memainkan tali hoodienya, dia bingung juga lelah.

"Kalo lo bantuin Stella keluar dari masalah ini, lo bisa jadi sosok hero buat Stella, tapi disisi lain lo juga harus pinter-pinter jaga perasaan,"

Nux menoleh kemudian tersenyum miris, "Bryant, harusnya lo nggak masuk ke hidup Stella lagi," katanya pelan.

"Eits, jangan nyalahin orang ataupun keadaan, ini masalah gak ada kaitannya sama keadaan atau individu, ini masalah pribadi Stella dan gue yakin lo pengen banget nyelemin masa lalu itu dan pengen ngorek terus apa yang sebenarnya terjadi sama Stella,"

"Bayangin lo yang dipilih jadi sosok hero buat Stella," kata Calum  sekali lagi.

"Doa in gue aja Cal,"

"Gue yakin lo bisa kok," ucap Calum memberi dorongan.

-+-

Haus akan sebuah ilmu itu seperti sebuah kewajiban bagi Wolf, pasalnya setelah buku novel yang tadi diminta ayahnya, dia mencarinya lagi dan setelah ketemu, dia mencari tempat untuk membaca.

Novel ini bukan novel biasa, pasalnya Hanna, ibu Wolf lah yang membuat buku tersebut tanpa bantuan penerbit.

Buku bersampul sederhana bewarna hitam itu sebenarnya sudah dilirik beberapa penerbit untuk disebarluaskan tapi hal itu terjadi ketika Hanna sudah genap sepuluh hari meninggal.

Akhirnya para penerbit hanya bisa berulang kali mengirim surat ijin untuk menyebarluaskan yang selalu disobek, dibuang, dan dibakar Garry.

Wolf sangat menyayangkan hal itu, padahal Wolf sudah berkali-kali membaca cerita karya ibunya ini, tanpa bosan, Wolf seakan dibawa kembali ke masa lalu dengan kisah cinta dan permasalahan yang ditorehkan disana.

Hal yang menarik bagi Wolf adalah endingnya yang tanpa kesan, datar dan menggantung.

Ingin sekali Wolf merobek kertas, mencoretinya lalu menempelkan kertas itu pada bagian belakang sebelum sampul.

Dia ingin meneruskan apa yang sudah di tulis ibunya, tapi sayang ayahnya menjadi penghalang atas semuanya itu. Tidak peduli Wolf lebih ingin menjadi penulis atau artist, pilihan Garry kekeuh bahwa Wolf harus bisa meneruskan perusahaannya hingga keturunan ke tujuh mereka.

Continue Reading

You'll Also Like

Bed Mate By Ainiileni

General Fiction

557K 18.7K 45
Andai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya...
2M 48.1K 54
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...