Rotasi dan Revolusi

By Crowdstroia

2.6M 327K 35.7K

[TELAH TERBIT] Arraf Abizard Rauf adalah raja tanpa mahkota Universitas Sapta Husada. Semua orang sering meny... More

prakata
playlist + characters' aesthetics
1 || Skripsi
2 || Maskulin
4 || Byssus
5 || Chat
6 || Balasan
7 || Amnesia
8 || Analisis
9 || Standar
10 || Kesempatan
11 || Kencan
12 || Selingkuh
13 || Ambisi
14 || Pengertian
15 || Baper
16 || Arogan
17 || Keluarga
18 || Nafsu
19 || Lengkap
20 || Bintang
21 || Raja
22 || Cemburu
23 || Brutus
24 || Degup
25 || Tes
26 || Cheesy
27 || Danau
28 || Matahari
29 || Eternity
30 || Publikasi
31 || Toleransi
32 || Magis
Rencana Penerbitan
Pre-Order
URAIAN SEMUA SERI CERITA CROWDSTROIA

3 || Jazz

84.5K 11.1K 778
By Crowdstroia


========

3

j a z z

========




Arraf Abizard Rauf

Polidopamine bisa diambil
di rmh gua.
Klo mau ambil weekend aja.
Tp jgn terlalu siang. Gua ada
acara.


Riv menarik napas membaca balasan chat dari Arraf. Setelah perkenalan diri cukup panjang karena Riv perlu memerhatikan kesopanan, balasannya memang tak ada basa-basi. Baguslah, pikir Riv. Lebih cepat, lebih baik.


Trivia Ganggarespati

Siap bang. Makasih.
Paling saya ke rumah
bang arraf sabtu jam 10.
Atau apa hrs lebih pagi?

Arraf Abizard Rauf

Jam 9.

Trivia Ganggarespati

Ok.


Riv pun meletakkan ponselnya ke atas meja. Satu tangannya mengenggam sendok sementara tangan yang lain menggulir layar ponsel ke bawah, melihat-lihat feeds Instagram. Kantin yang dia tempati sepi oleh mahasiswa lain. Sekarang memang masih pukul sembilan pagi. Para mahasiswa biasa masuk pukul delapan. Kelas Riv hari ini dimulai pukul sepuluh, dan dia tengah sarapan di kantin FISIP sekarang. Bukan kantin fakultasnya.

"Hai, Riv!" seru suara seseorang yang dia kenal, beriring dengan suara tas yang diletakkan di atas meja kantin. "Lama nggak ketemu. Nggak ada kelas, Beb?"

Riv mendengak, lalu tersenyum melihat sosok perempuan keturunan Kaukasian yang kini duduk di depannya. "Kelas gue nanti jam sepuluh. Lo sendiri, Jazz?"

"Sami mawon," ujar Jazzlyn Tirtoatmodjo dengan senyum lebarnya. Dia lalu mengibas rambut cokelat panjangnya ke belakang punggung. "How's life? Lama kita nggak ngobrol-ngobrol gini. Gara-gara skripsi kali, ya."

"So far so good." Riv menyeruput supnya sejenak. "How are you, though?"

"Eugh, dosen gue baru aja minta gue ganti topik penelitian. Like, hell, can you believe that? Ganti topik, sister! Itu kan berarti gue harus mulai lagi semua dari awal."

Dengan santai, Riv membalas, "Itu mungkin kejadian karena strategi lo buat skripsi kurang dimatangkan."

"Damn, you know me so well, Beb. Emang sih, gue ambil topik kagak lihat-lihat kompetitor dulu. Ternyata udah ada banyak banget kating yang meneliti. Jadi ya udah gue harus ganti topik."

"Emang lo maunya apa?"

"Kajian tentang feminisme dan seksualitas, sih. Eh, nggak tahunya udah banyak dikaji dan dosen pembimbing gue mau coba topik lain. Ya udah, gue ngikut karena masih di ranah yang gue suka."

"Terus, topiknya diganti apa?"

"Dosen gue mengalihkan ke maskulinitas karena kating-kating udah pada banyak yang ambil topik feminisme. Yang jarang justru tentang maskulinitas dan patriarkinya," ujar Jazzlyn yang merupakan anak jurusan Antropologi itu.

Riv mengangkat alis. "Eh, kalau udah kelar skripsi lo, kasih tunjuk ke gue, ya. Gue mau baca."

Senyum Jazzlyn yang lebar tersungging. "Doain lancar aja, Sister."

"Diaminkan," ujar Riv. "Lo pesan makanan apa?"

"Bakmi, Say. Lagi pengin banget." Mata cokelat Jazzlyn memandangi sup dan iga bakar yang menjadi menu Riv hari itu. "Ah gue tahu nih. Lo pasti ke kantin fakultas gue karena mau makan iga bakar, ya? Biasanya lo emang pesan itu."

Riv tertawa. "Tahu aja."

"By the way, skripsi lo tentang apa, Sis?" tanya Jazzlyn sebelum menyeruput kopi dinginnya. Kemudian, dia mengangkat telunjuk. "Bentar, gue rada nggak yakin nih bisa paham judul skripsi lo. Tapi, coba aja deh. Spit it out."

"Superhydrophobic sponge buat ngeberesin tumpahan minyak, dibuatnya pakai POSS dan polidopamine byssus kerang."

"Pos? Pos apa? Gue mau ngereceh nanya itu pos satpam atau bukan, tapi takut nggak lucu nih."

Riv spontan tertawa. "Bukan, Jazz. Ini POSS singkatan. P-O-S-S itu singkatan dari polyhedral oligomeric silsesquioxane."

Jazzlyn membuka mulut. Menjeda beberapa detik. "Ampun DJ. Aku nggak ngerti apa-apa."

Lagi, Riv tertawa. "Nggak seribet yang lo pikir kok, Jazz."

"Like hell, Einstein Girl. Damn." Gadis berwajah Kaukasian itu geleng-geleng kepala. "Itu judul-judul aneh yang bahkan nggak gue ngerti artinya apa emang selalu dipakai anak-anak FMIPA, ya? Atau cuma lo aja? Soalnya-Eh, bentar. Polidopalala-apalah itu, itu kayaknya gue pernah dengar, deh. Itu skripsinya Bang Arraf bukan, sih?"

Riv menarik napas, menahan diri agar tak memutar bola mata. "Ya begitulah."

"Whoa." Wajah Jazzlyn terlihat takjub. "Jadi, kalian meneliti hal yang sama?"

"Enggak. Kami cuma pakai sumber yang sama aja. Sama-sama pakai polidopamine."

"Mancay," ujar Jazzlyn, lalu dia menerima makanan pesanannya yang baru saja datang. "Gile sih emang Bang Arraf. FMIPA dipegang dia tahun lalu juara Oksigen kampus loh!"

Menarik napas panjang, Riv justru teringat dengan kejadian Arraf mempermalukan Dipa dua tahun lalu. Arraf Abizard Rauf dengan segala prestasi yang ada di pundaknya memang begitu mudah untuk dikagumi. Namun, kendati telah menggebrak mitos dan membuat FMIPA memenangkan Oksigen-atau O2 yang merupakan singkatan Olimpiade Olahraga-Universitas Sapta Husada, satu kelakuan Arraf di masa lalu yang di mata Riv sangat nistalah yang justru Riv ingat.

Kadang Riv berpikir. Kenapa setitik nila seperti kelakuan Riv dua tahun lalu saja bisa merusak segala penilaian Riv kepada Arraf?

"Gila, kan. FMIPA yang biasanya dianggap anak yang academic oriented dan nggak bisa olahraga bisa menang gitu," ujar Jazzlyn sambil mengaduk bakminya. "Walau lebih banyak cewek juga tetap aja. Mantap banget."

"Ilkom sama Geologi kebanyakan cowok, kok," ujar Riv. "Walau jurusan lain FMIPA emang banyakan cewek, sih."

"Iya, tapi, Bang Arraf kan bukan Ilkom. Dia anak Biologi sama kayak lo. Tapi, skripsi kalian kayak lebih ke arah engineering gitu, ya?"

Riv tersenyum. "Biologi emang seluas itu, sih. Kami ambil bidang biomaterial. Polidopamine dari byssus kerang itulah yang jadi biomaterialnya. Kebetulan ada dosen yang juga mumpuni, makanya gue ambil biomaterial. Nggak tahu gimana Bang Arraf."

"Ohh," Jazzlyn pun mendecak kagum. "Terus, lo minta sumber poli-poli lalala itu ke dia? Minta diajarin bikin gitu biar bisa modus dikit?" Jazzlyn terkikik.

Riv tersenyum hambar. Ingin dia berkata, Yakeleus. Gue udah ilfeel duluan sejak dia 'mengajarkan' Dipa cara menjadi lelaki sejati yang baik dan benar versi Arraf. Namun, dia urungkan sebab dia tak ingin membuat persekutuan dengan Jazzlyn untuk tidak menyukai Arraf. Dia tahu Jazz memang masih dekat dengan Dipa. Dan cari masalah namanya jika dia justru membicarakan keburukan Arraf. Bukan karena dia antigosip, tetapi karena dia tak ingin repot jika suatu saat Jazzlyn berencana mendamprat Arraf karena sudah berani mempermalukan Dipa. Akhirnya, Riv hanya menjawab, "Gue emang bakal minta langsung polidopamine ke dia Sabtu ini. Lo mau titip salam?"

Jazzlyn mendengus tertawa. "Kagak. Gue emang kagum ke dia, tapi nggak sebegitu ngefansnya kayak teman-teman gue."

"Aneh. Gue justru malah lebih ngefans sama mantan ketua BEM fakultas lo, Jazz. Baik banget orangnya. Sopan gitu."

"Loh? Bang Arraf emangnya nggak baik dan sopan?"

Riv terdiam. Pertanyaan Jazzlyn membuatnya berpikir. Sebab ya, Arraf adalah pemuda yang baik, sopan, berprestasi dan pastinya menginspirasi. Budak standar masyarakat juga, pikir Riv. But, so does many people in this world, doesn't it? "Dia kayaknya baik dan sopan. Cuma, rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau. Makanya gue lebih suka mantan ketua BEM lo, Jazz."

"Halah, rumput tetangga lebih hijau, tapi ya kita mana tau di rumput itu ada semut tomcat atau enggak." Jazzlyn mengedikkan bahu. "Semoga skripsi lo lancar deh, Riv. Biar kita nggak jadi mahasiswa abadi di sini."

Riv tertawa. "Diaminkan."

Mereka pun membicarakan topik lain yang lebih ringan. Hingga akhirnya jarum jam yang sebentar lagi menunjuk ke angka sepuluh mengakhiri kebersamaan mereka. Riv pun bersiap untuk kuliah. Semester ini dia hanya perlu mengambil empat mata kuliah, sehingga bisa lebih luang untuk mengerjakan skripsi.

Riv sedari dulu tak terlalu suka kuliah yang tak menarik. Dia lebih menyukai bidang-bidang tertentu, dan lebih tak sabar ingin segera skripsi daripada mengerjakan tugas. Skripsi jauh lebih menarik karena mengeksplor ilmu guna menciptakan suatu hasil penelitian baru.

Teringat skripsinya, dia pun juga teringat bahwa dia butuh polidopamine byssus kerang. Riv mendesah. Dia memang harus bersiap untuk ke rumah Arraf Sabtu ini. Hanya mengambil polidopamine. Beres.

Hanya saja, Riv tak tahu satu pertanyaannya kepada Arraf nanti justru membawa hubungan mereka lebih dari sekadar hubungan formal.

[ ].


Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 136K 30
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
529K 40.4K 46
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
133K 14.4K 19
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...
950K 2.9K 19
21+ Ria, seorang ibu tunggal, berjuang mengasuh bayinya dan menghadapi trauma masa lalu. Alex, adik iparnya, jatuh hati padanya, tetapi Sheila, adik...