Wanted By You (Revisi)

Autorstwa IlkaPilianee

1.6M 1.4K 25

#1st Story of Series "HOT CEO" Revisi judul My Sexy Bride menjadi Wanted By You *** Helena Revynilo, kehidupa... Więcej

Sequel - New Story : The Black Rose
Info Rencana Cetak
Bab Dua Novel

Bab Satu Novel

8.3K 184 0
Autorstwa IlkaPilianee

Satu - Helena Revynilo

Wanita itu melangkah dengan mantap memasuki gedung megah tempat di adakannya sebuah resepsi pernikahan.

Pernikahan yang harusnya menjadi miliknya-bukan, mempelai wanita yang seharusnya adalah dirinya.

Beberapa orang yang mengenalinya tidak berani menyapa. Dia tau apa yang ada dalam pikiran mereka.

Untuk apa ia datang ?. Mengacaukan pernikahan ?.

Tidak, pikirannya tidak sedangkal itu untuk mempermalukan dirinya sendiri hanya demi pernikahan konyol bahkan demi pria yang baginya sudah tidak pantas mendampinginya. Berada disisinya.

Tapi siapa yang tahu ?. Dia menyimpan segala kegelisahannya sendirian. Memakai topeng kaca yang menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja. Menyembunyikan ketakutan terbesarnya pada setiap pria yang memandangnya penuh kekaguman.

Helena-Helen begitu keluarganya memanggilnya, berusaha untuk tidak menarik perhatian. Dengan mengenakan gaun sederhana tanpa lengan berwarna putih sepanjang lututnya, rambut gelombang cokelat yang digerainya asal justru membuat para pria tidak bisa mengalihkan tatapan mereka ketika Helen melewatinya.

Dia harus kuat !. Berulang kali Helen membaca kalimat itu sebagai mantra. Dia tidak boleh goyah, tidak untuk saat ini.

Langkahnya terhenti ketika menemukan pasangan yang dari jauh tersenyum bahagia menyambut tamunya.

Berbeda dengan ekspresi dan senyum yang ditampilkannya, Helen menyimpan perasaan terluka dan rasa benci pada pasangan tersebut.

"Jadi, empat tahun yang sia-sia bukan Mr. Dernias ?"

Sindiran halus itu membuat pasangan tersebut menoleh ke asal suara.

Eric Dernias membeku ditempat setelah melihat Helen menatapnya tajam.

"Astaga !. Kami lupa. Seharusnya kami tidak mengundangmu Helen. Pasti ada kelalaian dalam pengiriman undangan." Ucapan wanita disamping Eric-yang tidak lain adalah istrinya, dengan nada menyesal yang dibuat-buat olehnya tidak membuat Helen gentar sedikitpun.

"Kalian tidak berniat mengundangku ?. Tidak kah itu terlalu kejam ?. Ah, atau kalian takut aku mengacaukan pernikahan kalian bukan ?" Balas Helen sengit dan tidak menyembunyikan nada mengejek disana.

Beberapa orang mulai memperhatikan mereka dan berkasak-kusuk.

"Apa kau sungguh tidak tau malu ?" Kali ini kalimat yang di ucapkan wanita itu tidak terlihat ramah.

"Aku ?. Tentu saja aku malu. Tapi seharusnya kalian yang lebih malu, setelah mempermalukanku, kalian mengirimkan undangan padaku. Kalian tidak punya hati heh ?" Helen membalas sengit.

Wanita itu sudah akan membalas tapi Eric mendahului dan berucap.

"Maafkan aku Helen. Maafkan kami sudah mempermalukanmu dan sudah menyakitimu." Pria itu benar-benar memperlihatkan rasa penyesalan-juga kesedihan-nya saat memohon maaf dari Helen.

"Permintaan maafmu tidak akan merubah apapun Eric. Seharusnya aku sadar lebih awal. Kau sama dengan pria lainnya. Brengsek !" Helen memaki pelan dikata terakhir yang di ucapkannya.

Helen berbalik hendak melangkah meninggalkan pasangan itu tapi hanya beberapa langkah ia berhenti.

"Selamat atas pernikahan kalian." Helen berkata tanpa menoleh. Ucapannya penuh penekanan.

Jessy berada diambang kemarahannya, dia merasa malu atas ucapan Helen dihari pernikahan mereka, dia hendak menjambak rambut wanita itu, sayangnya Eric yang mengerti keinginan Jessy lebih dulu menarik lengan wanita itu agar tidak beranjak dari sisinya-terlebih dia tidak akan bisa mendekati Helen.

"Hentikan Jessy !. Kita sudah malu dan tindakanmu ini akan lebih mempermalukan kita !" Bentak Eric berbisik tepat di telinga istrinya.

Tanpa disadari Jessy, Eric menatap punggung Helen yang menjauh. Perasaan itu tetap ada dan akan selalu tersimpan untuk wanita itu. Betapa dia sungguh amat mencintai Helen, tapi keadaan membuatnya tidak bisa mempertahankan hubungan mereka yang sudah berjalan empat tahun lamanya.

Sia-sia ?.

Tidak !. Sedikitpun Eric tidak merasa bahwa apa yang dilaluinya bersama Helen adalah suatu hal yang sia-sia. Bagaimanapun, dia masih bertekad untuk memiliki wanita itu, menjaganya dan melindunginya.

Topeng kaca yang sedari tadi melekat diwajahnya mulai retak. Langkah Helen mulai goyah.

Helen menangis. Meskipun dia berusaha untuk tetap berdiri tegak dan tidak jatuh. Namun tidak untuk air matanya yang terus menerus jatuh membasahi pipinya.

-oOo-

Seorang pria terus menatap wanita itu dari kejauhan. Terus tanpa berkedip ketika punggung wanita itu mulai menjauh. Ada sesuatu dari dirinya dan membuat ia tidak bisa melepaskan tatapannya pada wanita itu.

Saat ini ia tengah menghadiri acara pernikahan sepupunya, Jessy.

"Itu tadi kekasih Eric kan ?. Ya ampun, apa dia tidak malu datang ke pernikahan mantan kekasihnya ?"

Suara bisik-bisik kumpulan wanita didekatnya membuat pria itu menajamkan pendengarannya. Tertarik.

"Apa kau tidak mendengar yang diucapkan Jessy ?. Wanita itu yang mengundangnya !. Seharusnya Jessy dan Eric yang merasa malu. Eric meninggalkan kekasihnya dan memutuskan menikah dengan Jessy." Bantah wanita lainnya.

"Jadi berita itu benar ?. Karena perusahaan keluarga Helen berada dalam ambang kebangkrutan, Eric meninggalkannya ?. Apa mereka benar saling mencintai kan ?" Tanya wanita yang lain.

"Untuk apa cinta di saat seperti ini ?. Eric pasti pria brengsek yang meninggalkan Helen karena alasan seperti itu, tapi sebenarnya dia hanya bersikap realistis. Bagi orang-orang seperti kita, menggunakan logika lebih baik daripada hati kan ?. Jika aku jadi Eric, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama." Seorang pria menyahuti percakapan para wanita itu. Sedangkan pria yang sedari tadi menyimak sedikit terkejut mendengar nama yang disebut oleh pria itu.

"Kau benar." Para wanita itu mengangguk setuju.

"Aron ?"

Pria yang di panggil namanya dan sejak tadi hanya mendengarkan saja, kemudian menoleh. Jessy nampak mendekat ke arahnya dari kejauhan. Aron melirik gerombolan disampingnya yang kemudian menghilang entah kemana. Aron menarik sudut bibirnya sinis.

Mungkin mereka segera menghilang karena Jessy mendekat ke arahnya dan menyadari bahwa rupanya Jessy mengenalnya. Mereka takut apa yang dikatakan mereka barusan akan dilaporkan olehnya pada wanita itu.

"Hm.. ?" Sahut Aron santai tanpa beranjak dari tempatnya.

"Kau sudah datang dari tadi ?. Kenapa tidak menyapaku dan mengucapkan selamat ?" Jessy memasang wajah kecewa didepan Aron.

"Maaf. Aku terlalu asik mendengar suara-suara disekitarku yang membicarakanmu." Ucap Aron tanpa merasa takut menyinggung Jessy.

Jessy terlihat gugup. "Ap-apa yang mereka bicarakan ?"

"Kau pasti lebih tau dariku." Jawab Aron tajam.

Aura mengintimidasi itu membuat Jessy terdiam. Dan cukup bagi Jessy mengetahui bahwa pria itu sudah mendengar banyak hal.

"Selamat atas pernikahanmu. Jaga pria itu agar tidak lari darimu." Aron mengulurkan tangannya dan memasang senyum.

"Te-terima kasih." Jessy tentu menangkap maksud lain dari perkataan Aron. Benar bukan dugaannya?.

"Apa kau akan kembali ke New York ?" Jessy mengalihkan pembicaraan.

"Entahlah. Aku belum bertemu dengan orang tuaku untuk membicarakan hal itu." Jawab Aron malas.

"Hmm.. baiklah. Nikmati sajiannya, aku akan menyapa tamu yang lain." Jessy merasa dia tidak perlu beramah-ramah lebih lama dengan sepupunya itu. Aron Lozghiyo, mereka hanya bertstatus keluarga didepan publik, tapi sebenarnya keluarga mereka layaknya orang asing yang tidak saling membutuhkan.

Meskipun sejak lama Jessy berharap bisa dekat dengan Aron, hal itu pasti akan memberikan nilai plus untuknya. Semua orang tahu, tidak ada yang berani mencari masalah dengan keluarga Lozghiyo. Keluarga ternama dan terkaya di Washington. Bahkan status keluarga Jessy beberapa tingkat dibawah keluarga Lozghiyo.

Tapi itu hanyalah harapan Jessy, Aron tidak pernah menganggap keluarga maupun dia sendiri adalah keluarga bagi Aron. Pria itu selalu memberikan aura tidak bersahabat atau tatapan yang memperlihatkan bahwa di antara mereka hanyalah orang asing.

Sepeninggal Jessy, Aron memperhatikan gerak-gerik Eric. Kemudian dia teringat dengan apa yang sudah didengarnya beberapa menit yang lalu.

Aron menangkap cerita dibalik pernikahan Jessy secara garis besarnya.

Mengingat wanita itu, siapa tadi namanya ? Helen.

Nama itu mengingatkannya pada seseorang di masa lalunya. Yang terus-terusan datang dalam mimpinya.

Ponselnya berdering dan tertera nama Ayahnya disana. Aron berdecak sebal dan segera meninggalkan tempat itu.

-oOo-

Helen melangkah gontai ketika deringan ponsel terdengar dari tas mungil yang dibawanya.

"Halo ?"

"Kau menangis ?. Kau sungguh datang ke pernikahan mereka ?!".

Helen sedikit menjauhkan ponselnya ketika suara tinggi itu mengganggu pendengarannya.

"Ya." Jawabnya singkat. Helen berusaha bersuara datar tapi sayangnya sosok yang sedang berbicara dengannya saat ini menyadari suaranya yang berbeda dari biasanya.

"Aku sudah melarangmu kesana !. Kenapa kau-"

"Aku hanya ingin. Itu saja. Salahkah ?"

Sosok itu terdiam.

"Bisakah kau menjemputku ?. Aku terlalu takut mengemudi saat ini." Pinta Helen mengabaikan keheningan yang beberapa detik lalu melingkupi mereka.

"Tunggu disana !"

Suara pip mengakhiri percakapan mereka. Helen melangkah ke samping. Mencari tembok sebagai sandaran supaya tubuhnya tidak luluh karena tidak sanggup menahan rasa kekecewaan yang begitu menyakitinya.

Ada perasaan yang entah tidak dimengerti olehnya, Helen merasa seolah pernah merasakan rasa sakit seperti yang dirasakannya saat ini. Tapi dia tidak dapat mengingatnya. Pusing dikepalanya selalu membuatnya merasa sakit ketika dia memaksakan diri untuk mengingat.

Dari kejauhan...

Langkah Aron terhenti ketika dari jauh ia melihat Helen tengah bersandar. Pria itu ingin mendekatinya, lebih tepatnya untuk memastikan bahwa wanita itu bukanlah wanita yang selama ini dicarinya.

Hanya beberapa langkah ketika niat itu ada, sebuah mobil berhenti dan Helen masuk ke dalamnya.

Aron berdecak sebal. Dia gagal melihat lebih dekat siapa wanita itu.

Ponselnya lagi-lagi berdering.

"Ya, Dad !. Aku sedang dalam perjalanan." Aron berkata tanpa mengucapkan salam pembuka.

Dilihatnya lagi mobil yang membawa Helen sudah menghilang.

Tidak. Pasti bukan dia.

Aron berusaha meyakinkan dirinya.

-oOo-

"Kau harus menggantikan Dad, Aron." Seorang pria paruh baya berkata serius menatap putranya.

"Aku tau Dad. Apa aku bisa menolak ?" Aron menyandarkan tubuhnya, menyamankan posisi duduknya.

"Dad sudah memintanya sejak dulu. Tapi kau selalu menghindarinya." Pria paruh baya itu-yang tidak lain adalah Ayahnya, berkata.

"Aku ingin mengasah kemampuanku lebih lama Dad. Ku rasa kau benar, sudah waktunya aku mengurus perusahaan." Aron sendiri tidak berniat menolak permintaan Ayahnya. Sudah sejak lama hal itu juga menjadi akhir dari tujuan hidupnya. Waktu yang dilewatinya hanya lah sebagai ujian untuk dirinya sendiri. Menguji kemampuannya apakah ia sanggup memegang kendali Lozghiyo Corp. sesuai seperti yang di harapkan Ayahnya.

"Dad cukup yakin dengan kemampuanmu. Lagi pula, Mom-mu sudah memaksa Dad untuk melarangmu pergi lagi." Ayah Aron tertawa.

Aron tersenyum. "Bukankah bagi Mom, aku hanya putranya yang nakal Dad ?. Aku masih ingat bagaimana Mom sering memarahiku setiap aku membuat kesalahan."

"Dia hanya tidak ingin kau terluka. Jadi dia memarahimu, berharap kau akan berhenti dan tidak membuatnya sering-sering memeriksa detak jantungnya." Ayah Aron tertawa.

"Apa kalian sedang membicarakanku ?" Suara wanita paruh baya membuat kedua pria berbeda generasi itu terdiam.

"Tidak. Kami tidak sedang membicarakan Mom." Sangkal Aron.

"Oh ya ?. Mom bisa mendengarnya dengan jelas Aron." Ibu Aron melemparkan tatapan menuntut pada suaminya dan putra semata wayangnya itu.

"Kami hanya sedang mengenang masa lalu." Jelas Ayah Aron. "Betapa nakalnya putra kita dulu." Lanjutnya.

Dan percakapan berlangsung panjang. Keluarga kecil yang sudah lama tidak bertemu itu saling bertukar cerita dengan bahagia.

-oOo-

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

560K 21.5K 46
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
1.1M 112K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
621K 27.1K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.5M 137K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...