2026

By ryrin00

4.5K 362 340

Bila Sungjae dan Joy masih bersama di 2026, apakah gerangan yang akan terjadi? More

2026

Are You Ready Or Not?

1.8K 159 55
By ryrin00

Jeju, 2 Juni 2026

Jam dinding menunjukkan bahwa hari akan berganti dalam hitungan menit tapi tak ada tanda-tanda ketujuh lelaki yang sedang berkumpul di ruangan bertipe Regency Club milik Hyatt Regency Jeju itu akan menyudahi pesta mereka. Well, seorang diantara mereka telah berhenti mengangkat gelasnya dari tadi dan hanya diam memperhatikan para Hyungnya bersulang.

"Untuk Sungjae, yang besok akan jadi suami orang!"

"Cheers!" enam buah gelas bertemu di udara menyebabkan beberapa percikan bir tumpah ke meja tapi tidak ada yang peduli.

"Ya, ini pesta bujangmu tapi kau malah berhenti minum, Yook Sungjae?" Jung Ilhoon menepuk bahu sang maknae.

"Sungjae is no jaem~" ledek Minhyuk sambil meneguk birnya.

"Ayolah, segelas saja, kita harus bersulang" Changsub menyodorkan sebuah gelas tapi Sungjae menolaknya.

Sungjae menggeleng, "Aku bisa dibunuh Sooyoung kalau bau bir di pemberkatan besok, Hyung"

"Acaramu masih besok sore Yook, ayolah segelas saja? Last drink as a single, man!" Ilhoon pantang menyerah.

"Aku yakin Park Sulyoung juga sedang minum sekarang, tadi Kyungsoo bilang mereka menyiapkan pesta untuknya," Hyunsik menimpali.

Merasa tidak enak menolak para Hyungnya, Sungjae akhirnya meraih gelas yang diletakkan Changsub di depannya. "Oke, satu gelas saja. last drink as a single!"

Dan keenam pria lainnya bersorak sambil mengangkat gelas masing-masing. Mereka sudah berumur 30an sekarang dan hanya ada proyek comeback sekali setahun tapi bila BTOB sudah berkumpul, kau mendadak akan sayang gendang telingamu.

...

3 Juni 2026

Sungjae tiba-tiba membuka lebar matanya. Ia melihat jam tangannya, sudah pukul 3 dini hari. Suara deburan ombak di pantai terdengar jelas di tengah kesunyian malam. Suasana suite mereka berantakan tak terkendali. Meja di tengah ruangan penuh dengan gelas-gelas dan botol bir kosong, ditambah bungkus snack yang berserakan di meja dan lantai.

Ia jatuh tertidur lebih dulu tadi namun sekarang matanya terbuka lebar dan degup jantungnya mulai tak berirama. Dalam beberapa jam, ia akan mengucapkan sumpah sehidup-semati dengan kekasihnya sejak bertahun-tahun yang lalu, Park Sooyoung. Rasanya jauh lebih parah dibanding hari saat dia diaudisi, menjelang debut, saat masuk wajib militer maupun saat akan melamar Sooyoung. Ia mencoba memejamkan mata namun kantuknya tidak juga kembali.

Sungjae mengangkat tubuhnya untuk duduk di tepi ranjang, matanya memperhatikan sekeliling. Eunkwang dan Changsub berbaring di tempat tidur king size ini bersamanya, dalam hati Sungjae berdoa semoga Park Chorong tidak marah ditinggal seorang diri di kamar mereka malam ini. Hyunsik dan Ilhoon masing-masing terlelap di sofa sementara Minhyuk dan Peniel tergeletak di lantai di antara kulit kacang dan keripik kentang.

Bergerak sepelan mungkin agar tidak membangunkan para Hyungnya, Sungjae berjingkat menuju balkon kamar. Semilir angin malam di awal musim panas membelai wajahnya, membuatnya menutup mata sejenak. Berbagai kenangan berkejaran di benaknya.

....

"KYAAA" seorang gadis melompat dari dalam kotak hijau berpita yang akan dibukanya dengan rambut berantakan menutupi wajah.

"UHuhuu.." Sungjae terlonjak kaget sebelum akhirnya tersungkur di rerumputan dengan tangan membekap mulut, menahan tawa dan juga tangis. Ia tak pernah suka dikagetkan sama seperti ia tak suka film horor, jantungnya terlalu lemah untuk menerimanya.

Lalu suara tawa itu masuk ke telinganya. Sungjae menoleh dan tertegun sejenak saat menemukan gadis itu tertawa dan matanya membentuk bulan sabit. Rambutnya hitam, panjang dan lurus. Gadis itu mengenakan gaun putih yang dilapisi kardigan biru. Tampak manis dan polos sekali. Mendadak Sungjae mengutuk kru acara ini karena memasangkannya dengan gadis kecil ini.

Tapi yang terjadi selanjutnya sungguh di luar dugaan Sungjae. Gadis itu mengambil alih lead diantara mereka dengan percaya diri. Gadis itu bahkan tak segan-segan menyuarakan isi pikirannya. Layaknya seorang Noona.

....................................

Sungjae meraih tangan Sooyoung begitu mereka memasuki backstage Youth Music Festival 2016 dan tak lagi terlihat oleh para fans. Ia sudah ingin sekali melakukan ini sejak di panggung tadi, namun menahan diri sekuat tenaga dengan berdiri sejauh mungkin dari Sooyoung yang asyik bercerita dengan para Hyungnya. "Ayo, ikut aku sebentar, kau tidak buru-buru kan?"

Sooyoung menggeleng dan pasrah ditarik ke satu sudut di bawah tangga, beberapa orang yang lewat memandang mereka dengan penuh minat. Sungjae membersihkan sebuah kotak yang ada disana, mengarahkan Sooyoung untuk duduk sebelum melepaskan jasnya untuk menutupi kaki Sooyoung.

"Oppa, wae?" Sooyoung menatap mantan partner We Got Married-nya itu dengan penuh tanya.

Alih-alih menjawab, Sungjae malah berjalan mondar-mandir di depannya. Ia tanpa sadar menggigiti jarinya dengan wajah berkerut.

"Oppa, gwenchana?"

Sungjae mendadak berhenti di hadapannya dan menarik napas panjang. "Sooyoung-ah, akusayangpadamumaujadipacarku?"

"Mwo?"

Sungjae menutup wajahnya dengan tangandan berbisik cepat pada dirinya sendiri. "Jebal Sungjae-ya... Jungshin chaeryo!"

Setelah menarik napas sekali lagi, Sungjae berjongkok di hadapan Sooyoung yang menatapnya bingung. Yook Sungjae tidak pernah seaneh ini.

"Sooyoung-ah, sudah berapa lama sejak kita selesai di WGM?"

"Enam bulan" jawab Sooyoung bingung.

"Kau tidak rindu padaku?"

"Tidak terlalu" Sooyoung tertawa kecil melihat Sungjae melotot kaget. "Kita chatting hampir setiap hari, video call hampir setiap saat, belum lagi kalau bertemu di acara seperti ini. Bagaimana bisa rindu?"

Sungjae menghembuskan napas lega. "Sooyoung-ah, kau tau hatiku kan?"

Sooyoung mengangguk, mulai memahami arah pembicaraan Sungjae kali ini.

"Apakah... apakah.... hatimu masih sama? Maksudku..." Sungjae tergagap. "Apakah perasaanmu masih sama seperti waktu itu?"

Sooyoung mengangguk lagi.

Sungjae memegang dadanya, kali ini kedua lututnya menyentuh lantai, sama sekali tak peduli pakaian sponsor yg dikenakannya bisa kotor terkena debu dan kotoran."Sooyoung-ah, aku tau kau memintaku menunggu, aku sudah mencoba, tapi aku benar-benar tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Bisakah kita mulai bicara tentang 'kita' sekarang?"

"Aku tidak bisa menjanjikan kau akan selalu bahagia bersamaku, akan ada waktunya justru aku yang membuatmu terluka dengan atau tanpakusadari. Aku tidak bisa memegang tanganmu di depan umum, aku tidak bisa menatapmu di depan kamera. Aku bahkan tidak akan pernah menyebutkan namamu. Tapi aku berjanji padamu, aku akan berusaha keras untuk membuatmu bahagia saat bersamaku, aku akan berusaha melindungimu semampuku...

"... jadi, apabila kau siap menghadapi semua itu denganku, ayo kita melangkah bersama, Park Sooyoung..."

Sooyoung menatap Sungjae tanpa berkedip, matanya mulai berkaca-kaca. Ia berusaha berkata-kata namun tidak ada suara yang keluar.

Sungjae meraih kedua tangan Sooyoung. "Mungkin ini terlalu mendadak ya? Kau tidak perlu jawab sekarang, tidak apa-apa, tapi tolong dipikirkan.."

.........................

"Oppa, ayo kita sudahi saja..."

Sungjae dbelalak mendengar ucapan Sooyoung yang menangis di dadanya. Gadis ini mendadak datang ke apartemennya di tengah malam dengan wajah basah penuh air mata dan langsung memeluknya erat.

"Kau kenapa, Sayang?"

"Aku tidak kuat lagi, Oppa...." tangisan Sooyoung semakin keras. Sungjae mulai merasakan kulit dadanya basah oleh bulir air mata. Kedua tangan Sooyoung mencengkram piyama Sungjae.

Sungjae bergerak mundur dengan perlahan menuju sofa lalu menjatuhkan diri di sana, membawa Sooyoung terduduk di pangkuannya. Sebelah tangannya membelai rambut Sooyoung sementara yang satunya memijat lembut leher gadisnya, trik yang biasanya ampuh menenangkan Sooyoung  5 tahun ini. "Kau kenapa? Tolong jelaskan pada Oppa, kita pikirkan bersama.."

Sooyoung memiringkan wajah, bersandar pada dada Sungjae namun menolak saat Sungjae ingin melihatnya. "Kenapa mereka selalu membandingkanku dengan partnermu? Kenapa aku masih selalu dibawa-bawa, WGM kita sudah lama sekali, Oppa..." ia menarik napas panjang, berusaha memperjelas kata-katanya. "Aku sudah berusaha keras, mereka bilang aku aktris yang bagus sekarang, tapi kenapa aku masih belum pantas untuk Yook Sungjae...?"

Sungjae mengangguk paham. Seperti biasa, sebuah artikel membahas tentang chemistry yang bagus antara Sungjae dengan lawan mainnya di sebuah drama. Beberapa orang berusaha mencari percikan merah jambu diantara mereka, yang sayang sekali tidak akan bisa ditemukan. Lalu seperti biasa juga, nama Sooyoung muncul dalam pembahasan. Entah kenapa bahkan sekian tahun setelah WGM berakhir dan minimnya interaksi, mereka berdua masih saling dikaitkan oleh publik. Ia tau ada banyak sekali komentar kejam yang pasti menyakiti Sooyoung, tapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa selain memeluk dan memberikan ribuan pujian.

Sooyoung masih sesenggukan di dadanya namun sudah jauh lebih tenang sekarang. Sungjae mengecup lembut puncak kepalanya. "Sshh..sshh.. Kau tidur dulu ya, Sayang, tenangkan dirimu. Besok pagi kita bicara"

....

"Sungjae-ya, kau tidak tidur?" suara Eunkwang memecah lamunan Sungjae. Ia menoleh dan menemukan leadernya bersandar di pintu kaca, berusaha membuka mata lebih lebar.

"Aku tidak bisa tidur, Hyung"

Eunkwang ikut duduk di sebelahnya. "Grogi?"

Sungjae menggeleng. "Mungkin takut adalah kata yang tepat.."

"Wae?"

Sungjae menghela napas, matanya memandang jauh ke lautan di seberang sana. "Aku takut tidak bisa membahagiakan Sooyoung, Hyung. Aku takut ia tak bahagia menikah denganku.."

Eunkwang menguap lebar berusaha mengusir kantuknya. Ia melingkarkan sebelah tangan di pundak Sungjae. "Coba kau jawab ini, kau dan Sooyoung sudah berpacaran berapa tahun?"

Sungjae memiringkan kepala, bingung dengan pertanyaan Eunkwang yang aneh. "Hampir 10 tahun"

"Kau pikir Sooyoung akan bertahan selama itu denganmu kalau dia tidak bahagia?" tembak Eunkwang lugas.

"Yook Sungjae," Eunkwang mencengkram bahu Sungjae. "Aku bilang ini bukan sebagai orang yang lebih berpengalaman, karena kau tau sendiri cerita cintaku tidak semulus dirimu, tidak semudah Changsub dan tidak sebanyak Hyunsik atau Ilhoon. Aku bilang ini sebagai seorang kakak yang sudah memperhatikanmu sejak remaja, seorang kakak yang sudah melihatmu tumbuh sampai sekarang. Aku sudah melihatmu dengan gadis lain maupun bersama Sooyoung. Aku percaya padamu, kau akan jadi kepala keluarga yang baik dan suami yang baik untuk Sooyoung, kau lebih dari mampu untuk membahagiakannya. Kau sudah melakukannya dengan baik selama ini, tinggal diteruskan dengan tanggung jawab yang lebih besar mulai nanti sore..."

Sungjae menghela napas panjang, berusaha meresapi kata-kata Eunkwang. "Terima kasih banyak, Hyung..."

Eunkwang meregangkan tubuhnya sebelum membawa kedua tangan ke belakang kepala dan ikut bersandar di sofa. "Ah.. aku masih tidak percaya kau akan menikah besok Sungjae-ya.."

Sungjae mendengua kencang. "Wae? Bukannya kau harusnya bilang begini saat Changsub Hyung menikah ya? Setidaknya kau tau aku selama ini punya pacar... bukannya tiba-tiba saja melamar sahabatku"

"Tidak tau ya, mungkin karena aku melihatmu sejak masih remaja, mau sedewasa apapun dirimu, di mataku kau tetap anak lelaki muda yang penuh semangat, Sungjae-ya.." Eunkwang melarikan matanya ke horizon yang masih gelap nun jauh di sana, mengingat tahun-tahun yang telah mereka lewati bersama. "Aku yakin Changsub pasti juga merasakan hal yang sama.."

"Seaneh itukah melepas adik kecilmu menikah? Aku tidak tahu tapi Noona juga bilang begini kemarin..."

"Sejujurnya iya, tapi bukan berarti aku tak percaya padamu" Eunkwang meremas pelan baru Sungjae sebelum beranjak masuk ke dalam kamar.

"Kau mau kemana, Hyung?" tanya Sungjae.

"Tidur, tidak lucu kan kalau MC acaramu nanti bermata sembab dengan wajah pucat?" Eunkwang tertawa kecil. "Kau juga harus tidur, Sungjae-ya.. kau akan menyesal seumur hidup kalau wajahmu di foto pernikahan tidak setampan biasanya"

"Arraseo, sebentar lagi aku masuk.." Sungjae mengangguk sambil terkekeh geli.

Berbeda dengan yang diucapkannya pada Eunkwang, Sungjae malah semakin menyandarkan tubuhnya ke sofa. Matanya berpendar menatap langit yang penuh bintang dan lautan yang mulai tenang. Dengan sebelah tangan ia meraih ponsel yang masih berada di kantung celana. Ia menimbang sejenak, menekan satu tombol lalu bergegas menekan tombol merah. Beberapa kali sampai akhirnya ia menyerah dan mendekatkan ponselnya ke telinga, mendengarkan nada sambung.

"Oppa, wae?" terdengar sapaan serak dari ujung sana tepat disaat Sungjae hampir memutuskan panggilannya.

"Ani.." Sungjae mengusap wajah. "Aku membangunkanmu ya?"

Terdengar helaan napas. "Tidak, aku baru saja dari kamar mandi. Kenapa? Oppa tidak bisa tidur?"

"Eoh.."

"Wae?"

"Grogi?" Sungjae mengulas senyum tipis mendengar kikikan kecil dari gadisnya. "Sooyoung-ah.. apa kau yakin mau menikah denganku?"

"Tentu saja." Sooyoung menjawab cepat. "Kenapa? Kau mendadak ragu, Oppa?"

"Hmm... kau yakin? Kau masih punya waktu untuk berubah pikiran, Sayang"

"Oppa, kau kenapa?"

Sungjae menghela napas panjang untuk kesekian kalinya. "Park Sooyoung, apa kau yakin akan bahagia denganku?"

"Eoh. Yakin sekali" Sooyoung berucap pasti. "Oppa, kau kenapa?"

"Aku juga tidak tau, Sooyoung-ah..." Sungjae mengacak rambutnya, kesal pada diri sendiri. "Aku takut tidak bisa membahagiakanmu, Sayang.. aku takut kau nanti menyesal menikah denganku"

Lalu Sooyoung tertawa. "Ya ampun, aku kira ada apa.."

Sungjae mengerutkan keningnya bingung. Ia baru saja mengungkapkan kekhawatirannya lalu calon istrinya ini malah tertawa.

"Oppa, bukannya sudah terlambat untuk menghawatirkan itu? Kita tidak akan sampai ke titik ini kalau aku tidak bahagia denganmu."

"Jinjja"

"Aku bahagia denganmu, Yook Sungjae. Saat aku mengatakan 'ya' padamu 10 tahun lalu atau beberapa bulan lalu, aku sudah siap untuk berbagi hidup denganmu sampai tua. Aku siap menjadi ibu dari anak-anakmu, aku siap untuk menggandeng tanganmu sampai kita hanya punya satu sama lain untuk melangkah bersama.." Sungjae bisa merasakan Sooyoung tersenyum saat mengatakan ini. "Jadi kau harus berhenti khawatir, Oppa. Kita akan baik-baik saja, kita akan punya banyak masalah, kita akan berdebat tentang banyak hal, tapi kita akan bahagia"

"Sooyoung-ah..."

"Iya?"

"Terima kasih banyak"

"Berhenti mencemaskan hal-hal tidak penting dan tidurlah, Oppa.."

Seulas senyuman memenuhi wajah Sungjae, matanya berkilat cemerlang. "Sooyoung-ah.. aku rindu sekali padamu. Tega sekali Eomma melarang kita bertemu seminggu ini"

Sooyoung tertawa. "Sabar, nanti sore kau akan melihatku"

"Tidak bisa sekarang saja mumpung semua orang sedang tidur?"

"Anii! Kau harus terpesona saat melihatku nanti sore," ultimatum Sooyoung.

"Aku selalu terpesona saat melihatmu, Sayang. Bahkan saat kau bangun tidur dengan wajah berbekas bantal, rambut acak-acakan dan air liur di sudut bibirmu" tawa Sungjae.

"Yaaaa! Mohon maaf, kau harus melihat itu setiap hari selama sisa hidupmu, Oppa. Sudah terlambat untuk mundur"

Sungjae tertawa semakin keras. "Beruntungnya aku.."

"Oppa, kita harus tidur sekarang. Kau jangan berpikir aneh-aneh lagi. Tutup matamu dan tidurlah.."

"Arraseo, selamat tidur, Sayang" Sungjae bangkit dari sofa dan bergerak patuh ke dalam kamar.

"Selamat tidur, calon suami"

Dan wajah Sungjae bersemu merah. Senyumannya semakin lebar hingga membelah wajah.

Continue Reading

You'll Also Like

80.8K 8.8K 89
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...
95.2K 10.7K 33
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
157K 15.6K 27
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
YES, DADDY! By

Fanfiction

317K 2.1K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar