LUKA (COMPLETE)

By beliawritingmarathon

637K 49.9K 3.4K

Luka "Rela, demi dapetin hati kamu!" A story by Kusni Esti. Kata orang, saat kita jatuh cinta, kita akan mera... More

1. Ruang BK
2. Pinta Bu Ana
3. Chatting
4. (a) Ekstra Sabar
4. (b) Ekstra Sabar
5. Flashback
6. Pendekatan 1
7. Belajar Lagi
8. Jalan
9. Ngalah itu Penting
10. Pendekatan 2
11. Pernyataan
12. Enggak Peka
13. Copot
14. Puisi
15. Sembilan Puisi Keren
16. Pria Baru?
17. Mulai Berubah
18. Tantangan
Meet The Cast : Dava Abiyoga 👏
19. Kali Kedua
20. Butuh Piknik
21. Dilema
22. Lapang Dada
23. Putus Cinta mah Bebas
24. Bertemu Kembali
25. Tajhu
26. Kebahagiaan Baru
27. Sebuah Perhatian Kecil
28. Jual Mahal 1
Meet The Cast : Tasya Amara 👏
29. Jual Mahal 2
30. Risih
31. Rindu
32. Weekend
33. Menjelang Ujian
Ucapan Terima Kasih

34. Kembali dan ... Kecewa (The End)

21.9K 1.1K 86
By beliawritingmarathon

Hari sudah malam. Tasya terbangun dari tidurnya dan mulai mengumpulkan kesadarannya perlahan-lahan. Dia mengedarkan pandangannya dan mengernyit saat mendapati jika ini bukan kamarnya.

"Ya ampun, sampai lupa!" serunya. Dia menoleh pada sisi tempat tidur di sampingnya yang sudah kosong. Mungkin bunda sudah bangun sejak tadi.

Tasya menapakkan kakinya ke lantai. Dia sempat merinding kala merasakan dinginnya lantai karena tidak memakai alas kaki. Tetapi Tasya tetap berjalan menuju pintu masih dengan sempoyongan.

Saat dia akan menekan tuas pintu, samar-samar dia mendengar suara bundanya yangs edang berbicara dengan seseorang. Tasya mengernyit heran. Siapa tamu yang berkunjung jam segini? Batinnya bertanya-tanya.

Tiba-tiba Tasya tersentak.

"Emang ini jam berapa sih?" tanyanya pada diri sendiri. Dia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal lalu mengedarkan pandangannya untuk mencari benda yang bisa menjawab pertanyaannya.

"Setengah sembilan?! Berarti aku tidur selama empat jam dong?! Daebak!" ujarnya untuk sejenak membanggakan jam tidurnya.

"Siapa sih yang namu malem-malem?!"

Tasya berputar kembali menuju cermin besar yang ada di kamar bundanya. Dia ternganga saat melihat ada gambar seseorang yang acak-acakan, kusam, kumal, jelek, mata menghitam, kantung mata tebal seperti mata panda, baju dan kerudung yang sudah tidak jelas bentuknya.

Tasya berdecak. "Ck! Macam gembel kau, Sya. Persis!" ketusnya.

Tangan mungilnya mulai mencopot kerudungnya dan membenarkan bajunya. Dia beranjak menuju kamar mandi dan mencuci wajah sejenak agar terlihat lebih segar. Gadis mungil itu kembali ke depan cermin besar dan mulai merapikan dirinya agar setidaknya pantaslah kalau keluar kamar nanti. Siapa tahu tamu bundanya cowok dan masih muda. Oke, Tasya sudah mulai ganjen.

"Nah, gini 'kan rapi. Enak kalau dilihat, dipandang, diterawang ..., eh, udah ah, udah cantik. Semoga aja tamu bunda kecantol sama aku kalo emang dia cowok, masih muda, dan ganteng!" ujar Tasya sambil cekikikan.

Sekarang pukul sembilan tepat, dan Tasya sudah menekan tuas pintu. Saat Tasya keluar kamar, tiba-tiba suara yang sejak tadi didengarnya menghilang. Tasya mengernyit heran. Kok pada diem?

Tasya membalikkan badan dengan perlahan. Kamar bunda memang dekat dengan ruang tamu, bahkan kelihatan dari sana. Jadi orang yang ada di ruang tamu pasti tahu kalau Tasya keluar dari kamar bunda.

Tasya berjalan mendekat karena masih belum jelas siapa yang bertamu selarut ini.

"Bunda?" panggilnya.

"Iya, Sayang. Sini!" kata Bunda sambil tangannya melambai, menyuruhnya untuk datang ke sana.

Tasya berjalan dengan tenang menuju tempat di mana bundanya duduk. Di mendudukkan diri di samoing bunda dan mendongak untuk melihat tamu bunda.

Untuk kesekian kalinya dia ternganga hari ini. Tamu bunda yang satu ini sungguh mengerikan.

Lebih mengerikan dibanding film Insidious!

Lebih mengerikan dibanding lihat mantan jalan sama pacar barunya!

Lebih mengerikan dibanding diphp-in gebetan!

Pokoknya ini hal paling menyeramkan dalam hidup Tasya!

Yang ada di depan Tasya ini adalah cowok narsis yang sukanya ngomel dan mengerjainya, yanh sukanya membuat dia kesal sepanjang hari.

Musuh bebuyutan sepanjang masa!

Siapa lagi kalau bukan Dava?!

Astaga! Laki-laki ini dengan santainya tersenyum manis seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua. Mungkinkah hanya Tasya yang syok dengan hadirnya Dava?!

Dia menoleh ke arah bunda dan Dava bergantian.

"In ... ini, kok? Aduh. Ini ... Dava? Kok kamu bi ... bisa ada di sini sih? Bun? Aku ... kamu ..., astaga!"

Tasya sampai tidak bisa berkata-kata saking terkejutnya. Dia menyandarkan punggungnya pada sofa, memijat keningnya yang sedikit pusing memproses semua kejadian hari ini.

Terdengar suara bunda yang berdecak. "Bunda tinggal dulu deh. Kalian ngobrol aja dulu. Ck! Dasar anak muda zaman now!" kata Bunda sambil beranjak masuk ke dalam kamarnya.

Dava mengangguk saat bunda mengediokan sebelah matanya. Dia menatap Tasya dengan senyum yang terus mengembang.

"Hai, Sya. Apa kabar?" tanya Dava, memulai pembicaraan setelah hening cukup lama.

Tasya menoleh ke arah Dava lalu mengernyit. "Setelah lama nggak ketemu, hanya kata itu yang kamu ucapkan, Dav?" tanya Tasya tidak percaya yang membuat Dava terkekeh pelan.

"Sebenernya banyak yang mau aku omongin. Tapi apalah arti ucapan itu dengan kabar seseorang yang selalu menghantuiku. Apa dia sakit? Apa dia baik-baik aja? Sedang apa dia? Sudah makankah? Sudah tidurkah? Yang paling penting itu kabarmu!" jelas Dava yang membuat Tasya menahan napas.

"Napas, Sya," kata Dava yang lagi-lagi terkekeh.

Tasya mengembuskan napas panjang.

"Baru juga romantis, udah balik lagi jadi Dava si tukang bully!" ketus Tasya.

"Astaga, bully apaan sih, Sya?!"

"Udah ah! Ngapain kamu ke sini? Udah bagus juga ngilang sebulan, kalau bisa nggak usah balik lagi!" kesal Tasya sambil melipat tangannya di dada.

Sungguh! Ucapan dan kata hati saling bertentangan! Dasar gengsi tinggi yang tidak mau runtuh!

"Kenapa? Kangen ya?" goda Dava.

"Dih? Ya enggaklah! Nggak ada sejarahnya Tasya yang imut-imut ini kangen sama Dava si tukang bully!" kata Tasya. Namun tiba-tiba dia memicingkan matanya. "Jangan-jangab kamu nih yang kangen sama aku?! Ngaku!" tuduh Tasya smabil menyeringai.

Dava menyandarkan tubuhnya ke belakang. "Emang kangen," jawabnya santai.

Dava sih santai. Tasyanya yang gelagapan! Dia megap-megap sambil menyentuh dadanya. Oh, dadanya! Jantung yang sudah hampir dua bulan tidur tenang di sana, sekarang mulai berulah lagi. Dan itu semua karena Dava! Hanya Dava! Tasya sampai menggigit bibir dalamnya menahan senyum yang sebentar lagi akan terbit.

"Be ... neran?" tanya Tasya lambat-lambat.

"Kenapa? Ngarep ya?"

Jleb!

Baru saja Tasya ingin bersorak bahagia, Dava sudah kembali membuatnya menjadi jengkel. Dava tetaplah Dava. Si tukang bully yang selalu senang hika melihat dirinya sengsara! Ish!

"Enggak-enggak, Sya, ya ampun," kata Dava sambil terkekeh. "Aku beneran kangen kamu," ujarnya. Dia menatap sendu pada Tasya yang kini juga melakukan hal yang sama.

"Maaf," ujar Tasya. "Maaf untuk semuanya."

"Yang dulu biar aja berlalu, anggap sebagai pelajaran untuk kita. Kita mulai semuanya dari awal ya, Sya?"

Tasya mengangguk sambil tersenyum.

"Teman?" tawar Tasya sambil menyodorkan kelingkingnya.

"Teman," sambut Dava.

Mereka terus berbincang hingga waktu menunjukkan pukul sepuluh. Tak terasa hari sudah selarut ini. Dan Taaya masih belum rela mengizinkan Dava pulang. Dia masih rindu. Masih sangat rindu.

"Dav, udah malem. Kamu nggak pulang?" tanya Tasya sambil menahan perasaan rindunya. Dia tidak boleh egois. Dava punya rumah dan keluarga, dan itu bukan di sini.

"Kamu ngusir aku?" tanya Dava sambil mengernyit.

Spontan Tasya menggeleng cepat. "Bukan!" serunya keras. Dava sampai menahan senyum melihat reaksi Tasya.

Wajah Tasya berubah cemberut. Dia memalingkan wajahnya karena malu. Bisa-bisanya dia bereaksi seperti itu!

Dava berdeham untuk menetralkan tawanya. "Aku nginep."

Tasya menoleh cepat. "Apa?!"

Dava kembali menahan senyumnya saat melihat wajah bahagia Tasya. "Iya, Sya, aku nginep. Aku tahu kamu kangen sama aku yang ganteng ini, iya aku tahu," ujar Dava dengan percaya dirinya.

"Tolong percaya dirinya dikurangi!"

Dava terbahak mendengar itu.

"Yang romantis dikit dong! Orang lain kalau kangen-kangen tuh nggak gini! Ini mah kalah jauh sama Bunda dan Ayah waktu muda!" teriak Bunda dari dalam kamar.

Wajah Tasya memerah seperti kepiting rebus. Ternyata bunda memperhatikan mereka sejak tadi! Astaga, bunda memang mata-mata terbaik sepanjang masa!

"Bunda nggak usah komen deh! Udah sana Bunda, jangan ngintip ih!" rengek Tasya yang membuat bunda dan Dava terbahak bersama-sama.




***




Siangnya setelah makan bersama, Dava dan Tasya belajar bersama seperti dulu lagi. Mereka belajar sambil bercanda, jadi waktu terasa sangat cepat. Tahu-tahu waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.

Dava berpamitan kepada bunda dan Tasya untuk pulang, dan Tasya mengantarkannya sampai depan rumah.

"Hati-hati di jalan, Dav. Jangan ngebut-ngebut," ucap Tasya saat mereka sudah sampai di dekat motor Dava.

"Emh, Sya," panggil Dava lirih.

"Ya?"

"Kita 'kan udah temenan nih. Tapi, aku boleh dong ... minta lebih?" tanya Dava.

Tasya memiringkan kepalanya, tangannya menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Maksudnya? Plis jangan pakai bahasa planet, Dav, aku orang bumi!" kata Tasya.

Dava menghela napas. Dia menggengam kedua tangan Tasya dengan perlahan.

"Bisa nggak, status kita lebih dari teman?" tanya Dava mencoba lagi.

Tasya terdiam. "Sahabat?" tanyanya.

Dava menggeleng. "Pacar."

Tasya semakin terdiam. Terlihat jelas rona merah di pipinya, yang menandakan dia tidak keberatan sama sekali dengan ungkapam Dava. Tentu saja ini membuat Dava senang bukan main.

"Gimana ya?"

"Please," pinta Dava.

"Kita jalani dulu aja, Dav," kata Tasya dengan lirih. Dia menatap ujung sendalnya.

"Kamu pikirin dulu deh, jangan keburu ngambil keputusan. Demi apa, Sya. Ini yang ketujuh loh!" ujar Dava frustrasi. Dia sampai mengacak rambutnya saking kesalnya.

"UN. Abis UN ya?" tawar Dava kemudian.

Tanpa mengatakan apa-apa, Tasya berlari masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Dava yang termenung sendirian.

Dia berjalan menuju motornya lalu meninggalkan rumah Tasya dengan kecepatan penuh.

Dava ... kecewa.



****
The End!

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 212K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
62.1K 4K 53
Nama yang saling berkaitan membuat kehidupan mereka juga ikut berkaitan. Awalnya hanya sebagai dua orang yang terikat akan satu lingkup extrakulikule...
1.2M 216K 63
Untuk saat ini keduanya mungkin tidak menyadari telah berperan terlalu jauh dalam kehidupan masing-masing. Kita tidak tahu siapa saja pemeran utama d...
897K 6.4K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...