Bahasa Indonesia - Struggle B...

由 Cyrena0819

36.8K 2.8K 325

Language : Bahasa Indonesia Genre : Romance/Drama/Ghost-Ships WARNING! This full of MATURE and The ending is... 更多

Part 1 - What an Accident
Part 2 - Everything is a Joke
Part 3 - The Different Story
Part 4 - Another Color Story
Part 5 - The Taste of Lust
Part 6 - Decision to Make
Part 7 - The Coldest Night
Part 8 - Yesterday Heart Beat
Part 9 - Frame on the Past
Part 10 - One Foot in Two Boats
Part 11 - Love is Hurt
Part 12 - The Next Step of Love
Part 13 - The Love Challenges
Part 14 - The Lustful Break Up
Part 15 - Unexpectedly Life Drama
Part 16 - Love is a Bet
Part 17 - The Best Wedding Gift
Part 18 - Newly Life Couple
Part 19 - The Love Strategy
Part 20 - Have a Nice Dream
Last Part - My Answer for You
Bonus Part - The First Day of Honeymoon

Part 21 - The Acted Never Lie

1.2K 103 8
由 Cyrena0819

"Bagaimana keadaan Dr. Sing? Kenapa dia menangis tadi malam?" tanya Wayo pada Pha yang sedang menyantap makan siangnya di cafetaria saat Singto sedang mengantri makanannya.

"Aku tidak menanyakan alasannya..." jawab Pha. "Aku hanya berusaha membuatnya tenang dan melupakan masalah dan meringankan beban di hatinya..."

"Lalu, sudah sejauh mana hubungan kalian?"

"Ha?" Pha bertanya bingung. "Aku bahkan sudah hapal dimana letak birthmark di bagian tubuhnya yang paling privasi..."

"Aku tidak mengacu pada hubungan seksual kalian!" protes Wayo. "Yang kumaksud sudah sejauh mana kau meraih hatinya?"

Baru saja akan menjawab petanyaan Wayo, tiba-tiba saja Pring datang bergabung di meja mereka dan langsung mengambil tempat di samping Pha.

"Halo, Dokter Pring." sapa Wayo.

"Halo, N'Wayo." balas Pring. "Aku mendengar kalian menyebut Dokter Sing, apakah dia baik-baik saja?"

Wayo meletakkan peralatan makannya seketika dan tersenyum menoleh ke arah Pring. "Ya, semuanya sempurna..."

Tidak lama kemudian Singto pun kembali, ia terlihat kaget saat melihat tempatnya di ambil oleh Pring. Melihat itu Wayo segera bergeser dan membiarkannya duduk di depan Pha.

"Dokter Sing, kau ingin tukar posisi denganku?" tanya Pring.

"Tidak perlu." balas Singto dingin dan langsung melahap makanannya tanpa bersuara, Wayo dan Pha bertukar pandang sejenak mencoba menebak reaksinya.

"Pha, kau mau udang?" tanya Pring tiba - tiba. "Aku alergi dengan udang..." ia lalu menjepit udangnya dan menaruhnya di piring Pha tanpa jawaban dari pria itu mengiyakan, Singto melototinya tanpa sadar.

"Pha tidak makan udang!" komentarnya tiba-tiba lalu menjepit udang dari piring Pha dan langsung memakannya, seluruh mata tertuju padanya seketika, dan Pha tersenyum kecil.

"Aw, maaf aku tidak tau." ujar Spring.

Spring tiba-tiba tersedak dan batuk sambil menutup mulutnya, lalu meraih gelas minuman Pha di sebelahnya dan langsung meneguknya.

"Aw, maaf...aku salah gelas." gadis itu menaruh gelas Pha kembali ke tempatnya.

Pha mengangguk pelan mengatakan tidak apa - apa, lalu saat hendak mengangkat gelasnya untuk minum, tiba-tiba saja Singto memindahkan gelas minumannya ke depan Pha. Melihat itu Pha meletakkan kembali gelasnya dan meneguk minuman kekasihnya.

Pring menyadari adanya atmosfir berbeda dari Singto yang tidak seperti biasanya, pria itu sepertinya tidak menyambut kehadirannya. Sebelumnya pria itu cuek dan tidak perduli jika ada yang mencoba mendekati Pha, namun akhir –akhir ini ia terlihat cemburuan dan posesif pada suaminya.

Pring tidak sengaja menangkap saos yang menempel di ujung bibir Pha, lalu segera mengambil tissue untuk Pha. Singto seraya menatap mata Pha lurus dan menjilat bibirnya sendiri. Pha buru-buru merebut tissue dari Pring dan membersihkan mulutnya sendiri.

"Kau ingin ku ambilkan dessert, Pha?" tanya Pring sambil menyentuh tangan pria itu di atas meja. "Kalian juga mau?" ia tidak lupa bertanya pada Wayo dan Singto.

"Aku sudah kenyang, terima kasih..." jawab Wayo.

Singto tidak menghubris pertanyaan Pring, pandangannya tertuju pada tangan Pha lurus dan ekspresinya berubah seketika, Wayo dan Pha menyadari hal itu. Pria itu buru-buru menarik tangannya dari Pring, dan menggenggam tangan Singto hingga membuat pria itu terenyak seketika dan hendak melepaskan tangannya, namun Pha mencengkramnya erat, menolak melepaskannya dan bersikap casual. Singto langsung melirik ke arahnya dan menggertakkan giginya, namun Pha tidak mengabaikannya.

Sejenak skemudian, Pha mengendurkan cengkramannya perlahan namun Singto tidak menarik tangannya. Melihat itu, Pring membersihkan tenggorokannya dan merasa canggung, ia buru-buru mencari alasan dan pamit.

"Ehem..." Singto buru-buru melepaskan tangan mereka dan segera membereskan peralatan makanya menyusul Pring. Wayo dan Pha memandangi punggungnya menjauh. lalu tertawa bersama dan saling bertukar pandang.

"Menurutku, dia sudah membuka hatinya padamu." komentar Wayo. "Dia cemburu..."

"Kuharap begitu..." tutur Pha. "Tetapi...aku tidak begitu yakin..."

"Kenapa?"

"Kau tau dia beli kado apa untuk Krist?"

"Apa?"

"Cincin..." jawab Pha. "Dia akan melamar Krist pada hari ulang tahunnya..."

"Ha? Kau serius?"

Pha mengangguk pelan. "Kemungkinan dia akan segera mengajukan perceraian denganku, waktuku tinggal satu minggu..."

------------------------------

Malam itu Pha meninggalkan mobilnya di rumah sakit dan pulang bareng Singto bersama-sama setelah sekian lama. Ia merindukan pembicaraan dan moment manis mereka di dalam mobil. Ketika berhenti di lampu merah, tiba-tiba saja ia meraih tangan Singto di dekatnya dan menyilangkan jari mereka, sontak membuat pria di sampingnya kaget dan menoleh padanya.

"Keinginan terbesarku adalah...menggandeng tanganmu hingga rambutku memutih, Ai'Sing.." tutur Pha. "Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku..."

"Pha, kau pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku, sebuah keluarga yang normal, seseorang yang bisa mengurus dirimu dan keluarga, bisa memberimu anak-anak yang lucu...."

"Meskipun, sampai akhir hanya kita berdua yang membangun keluarga ini tanpa anak-anak...bagiku ini sudah sempurna..." balas Pha.

"Kau akan menyesal memilihku, Pha..."

"Aku tidak memilihmu Sing..." ujar Pha, Singto tampak terkejut dengan ucapannya. "Hatiku yang memilihmu...dan takdir yang menyatukan kita..." sambung Pha dan menjalankan mobilnya lagi, tapi dengan kecepatan rendah.

"Kau percaya pada takdir?"

"Malam itu saat di rumah sakit, aku sudah memutuskan untuk melepaskanmu, namun, pada akhirnya kita tetap menikah, bukan?"

"Itu...."

"Sampai saat ini, aku masih merasa semua ini cuma mimpi, dan aku takut untuk bangun dari mimpi ini." ujar Pha.

"Kau pernah memberitauku bahwa perasaanku padamu hanya sebatas nafsu dan bukan cinta..." Pha menghentikan mobilnya perlahan di tepi jalan dan melepaskan seat beltnya. "Kuberitau padamu, aku merasakan keduanya terhadapmu..." ia lalu mendekat kea rah Singto dan menciumnya.

Singto kaget seketika namun tidak mendorongnya, ia memejam matanya perlahan menikmati momen itu. Ia tidak tau apakah hati dan pikirannya sedang terkoneksi, namun ia bisa merasakan cinta dan nafsu di sana, disamping itu dia tidak tega menghancurkan momen kebahagiaan Pha.

"Namun, aku ingin kau bahagia dengan pilihanmu, Sing! Aku akan melepaskanmu jika kau memutuskan untuk melepaskan tanganku..." bisik Pha padanya sambil menatap dalam ke mata pria itu dan kembali menciumnya dengan penuh gairah.

--------------------------------------

Sesampainya di rumah, keduanya mendapati Ploy sedang menunggu kedatangan mereka di depan pintu.

"Aw, kupikir di dalam ada orang..." ujar Ploy, soalnya lampunya menyala. "Aku menekan bel beberapa kali namun tidak ada yang menjawab, ternyata kalian baru pulang...bersama?"

Pha hendak menjawab namun segera di potong oleh Singto. "Mobil Pha ada masalah, jadi dia menumpang mobilku..." sahut pria itu. "Kau sudah menunggu lama?"

"Tidak lama..."

Singto mengangguk pelan lalu membukakan pintu untuk mereka. "Silahkan masuk, anggap saja rumah sendiri..."

"Aku akan membuatkanmu dessert, Sing..." uajr Pha lalu menuju dapur.

"Oke, aku mau mandi dulu." sahut Singto, keduanya tidak menghiraukan keberadaan Ploy disana. Gadis itu langsung merebahkan diri di sofa dan menyalakan TV setelah mendapat ijin dari Singto. Ia sudah beberapa kali datang berkunjung dan menganggap tempat itu seperti rumah nya sendiri.

"N'Ploy kau mau minum?" Pha menawarkannya kaleng bir.

"Terima kasih."

"Sudah makan, N'Ploy? Ingin kubuatkan sesuatu?"

"Aw, aku tidak menolak Pha, aku sangat suka masakan buatanmu." tutur gadis itu. "Permisi, aku ingin ke toilet sebentar..."

Saat Pha sedang menghadap ke arah lain ia diam-diam menuruni tangga dan menyelinap ke kamar Singto. Ia mengamati desain kamar itu dengan kagum, dan mendapati bahwa kamar Singto lebih besar dari kamar Pha dan lebih mewah, dan pastinya merupakan kamar tidur utama di rumah itu. Ia duduk di atas kasur dan megagumi segala objek di ruangan itu.

"Seandainya aku bisa menikah dengan Singto, semua ini akan menjadi milikku..." guman Ploy.

Singto yang baru selesai mandi keluar dengan handuk di pinggangnya dan menyadari seseorang di kasurnya. Matanya terbelalak seketika saat melihat Ploy.

"Apa tujuanmu masuk ke kamarku tanpa permisi?" Singto terdengar tidak senang.

Wanita itu bangun perlahan dari kasur dan berjalan dengan menggoda ke arah Singto. "Aku menunggumu!"

"Jangan bertindak bodoh!" Singto mengingatkan.

"Aw, kau menggodaku, dokter Sing..." ia mengunci Singto di depan pintu closet, lalu tangan turun perlahan hendak menarik handuk di pinggang Singto namun pria itu segera mencengkram tangannya dan mendorongnya pelan.

"Jangan memaksaku bersikap kasar! Keluar!" Singto menaikkan nadanya.

"Aku hanya bercanda, aku kemari untuk memberitahumu bahwa....aku lebih tertarik untuk mengenalmu daripada Pha...." Ploy berbisik dengan nada menggoda dan mencoba keberuntungannya lagi.

"Dan kita bisa memulainya dari sebuah ciuman..." ia mendekatkan wajahnya pada Singto namun pria itu kembali mendorongnya menjauh.

"Apakah kau tidak tertarik dengan wanita, dokter Sing?" tanya Ploy, Singto seraya memebelalakkan matanya melototi gadis itu dan mematung seketika.

Ploy mendekat kembali dan hendak mencium Singto, tiba-tiba saja pintu terbuka, keduanya menoleh pada Pha kaget.

"P-Pha?" panggil Singto menelan ludahnya berat.

"Apa yang kalian lakukan?"

Ploy tampak kesal Pha mengganggu momennya. "Kau tidak bisa lihat sendiri?"

"Menyingkir dari Singto!" pinta Pha.

"Apa masalahmu, Doker Pha!" tukas Ploy. "Kau cemburu melihatku dan room matemu bermesraan!? Don't be a loser! Sorry, for choose him over you!" Ploy tertawa.

"Dia bukan room mateku, N'Ploy!"

"Apa maksudmu?"

"Kami sudah menikah..."

Ploy terbelalak seketika mendengar pernyataan Pha. "Me-menikah? Ka-kalian?" ia tidak mempercayainya.

"Ya, aku adalah suaminya yang sah!" tambah Pha lagi.

"This is crazy..." tukas Ploy.

Pha tersenyum bangga, ia mendorong wanita itu menyingkir dari Singto, lalu menarik pria itu ke arahnya dan memeluknya erat dari belakang. "Dia adalah istriku, N'Ploy! Apakah itu cukup jelas bagimu?"

"Kalian adalah pasangan freak!"

Emosi Ploy meledak, ia tidak pernah dipermalukan seperti ini seumur hidupnya. Ia segera mengambil barang miliknya dan bergegas meninggalkan tempat itu.

Pha segera melepaskan Singto begitu Ploy pergi. "Pakai bajumu dan kita bertemu di meja makan Sing!" ia segera berbalik dan hendak pergi.

"Pha!" panggil Singto menghentikannya. "Apa yang kau lihat barusan antara aku dan Ploy, kami tidak....."

"Aku percaya padamu Sing.... tidak perlu menjelaskan apapun..."

"Kau yakin?" tanya Singto ragu. Pha mengangguk pelan sambil membelakangi pria itu. "Lalu, kenapa kau enggan menatapku saat bicara?"

"Karena....aku takut tidak bisa menahan diriku saat memikirkan kau tidak memakai apa-apa dibalik handuk itu, Ai'Sing!" jawab Pha dengan wajah memerah.

Singto menoleh ke bagian bawah tubuhnya yang terbungkus handuk dan tertawa, ia lalu melepaskan handuknya.

"Berbalik, Pha!" pintanya.

Pha membalikkan tubuhnya perlahan dan melihat pria itu dari atas hingga kebawah, dan ia lega karena Singto ternyata mengenakan boxer, namun hanya boxer. Pha menelan ludahnya dengan berat berusaha mengontrol libidonya.

"Sekarang liat aku, Pha! Perhatikan baik-baik dan tanyakan dengan jujur pada hatimu..." ia lalu meraih tangan Pha dan meletakkannya di dadanya.

"Apakah kau melihatku sebagai boneka sex yang membuatmu bergairah atau boneka porcelain yang ingin kau pajang di lemarimu dan kau nikmati?"

Pha menatap pria di depannya dengan baik-baik, mengamatinya dari kaki hingga ke kepala, darahnya seakan bergejolak, saraf-saraf di tubuhnya seakan bereaksi, gairahnya seakan memuncak dan ingin rasanya ia mendorong tubuh itu ke atas kasur dan menjelajahi setiap inci tubuhnya, namun sesuatu yang hangat di dalam hatinya mengalahkan semua perasaan itu. Ia ingin melindunginya, menyayainginya, mencintainya, tidak ingin menyakiti atau melihatnya terluka. Pha tersenyum lembut dan tangannya bergerak mengusap wajah kekasihnya.

"Kau bukan boneka Ai'Sing, kau adalah temanku, kekasihku, keluargaku dan bagian dari diriku..." tutur Pha. "Aku akan memberikan segalanya untuk mencintaimu..."

to be continue....

繼續閱讀

You'll Also Like

2.9K 265 5
Ghost Mending the Way Penulis: Matthia Genre: Fantasi, supernatural, BL Status Novel di Negara Asal: Selesai, 5 chapter Sumber : Exiled Rebels Scanla...
23.9K 1.3K 9
Azkiya Raisya Nadiva Anastasya Hardikusuma Note : GxG story yang anti, bisa cari lapak lain.
12.3K 2.1K 104
Dimasa depan dimana teknologi canggih sudah membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, salah satunya adalah VR (Virtual Reality). Dengan teknolo...
1K 97 18
[Manhua terjemahan] Zombie konyol yang suka mengupas bawang putih jatuh cinta pada vampir manis yang paling membenci bawang putih. Dan kebiasaan terb...