Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]

By Blue_Sapphire_Sophia

176K 11.7K 726

Sea. Itulah nama sandi seorang agen FBI berbakat. Ia tak terdeteksi dan mudah beradaptasi. Berada dalam team... More

Last Mission
Sea and Sun.
Long Time no See
Seirin basketball team? Interesting.
The Beast of The Miracle.
Mysterious Sniper? Or...
Long Lost Partner.
Case 1 : Bloody Cafe (Part 1)
Case 1 : Bloody Cafe. (Part 2)
Case 1 : Bloody Cafe (Part 3)
Destiny or Bad luck?
I'm not Perfect.
Friend?
Summer Camp? Hell yeah!
Warn.
Dangerous.
Honor or Ego?
Honor or Ego? (Part 2)
My Pain.
Angels in The dark
Detective's Work.
Who?
Miracle?
Love?
Letter.
Memory.
Sick.
Greetings.
News.
I'm Home~
The Saviour
Q & A ^^)/
Case 2 : Beginning
Case 2 : Beginning (Part 2)
Pengumuman
Case Two : Begining (Part 2,5)

Fox and Eagle.

2.2K 144 23
By Blue_Sapphire_Sophia

Pagi menjelang dan mentari kini beranjak dari ufuk timur, memberi kehangatan kepada seluruh makhluk di muka bumi. Seolah menyambut, ayam jantan berkokok bersahut-sahutan di seluruh penjuru.

Suasana yang pas untuk memulai hari, bukan begitu?

Sayangnya hal itu agaknya tak berlaku bagi beberapa orang, seperti seorang gadis bersurai ungu kebiruan yang masih meringkuk di kasurnya sekarang.

Jam weker kecil di samping mejanya telah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh sekian, namun tak ada tanda-tanda si gadis akan meninggalkan kasurnya.

Mungkin karena aura dingin dari musim gugur. Dan ditambah guling dan selimut yang terasa begitu nyaman, pasti akan sangat sulit untuk beranjak dari ranjang.

Bergeser sedikit dari kasur, kita dapat melihat meja belajar yang luar biasa penuh oleh setumpuk laporan bertempel elang, serta beberapa map berisi data korban hilang kiriman dari kepolisian Akita.

Belum lagi beberapa buku pelajaran yang berserakan, dan seengok gelas kosong -yang diduga kuat bekas kopi- yang ikut meramaikan meja. Keduanya turut memberi kesan Chaos disana.

Sophia menggigil sedikit ketika ia tak sengaja menendang selimutnya dari kasur, membuat si gadis membuka matanya dan mengambil selimut yang kini tergeletak di lantai dengan tak niat. Dengan mata sayu, ia sekilas melirik jam weker di sebelah kasurnya.

' Setengah tujuh. Oh, aku masih bisa tidur sebentar.' Pikirnya, kembali menarik selimut sembari memeluk guling, mencoba mengembalikan waktu tidur yang ia buang untuk mengerjakan segala laporan terkutuk hingga pukul tiga dini hari tadi.

Pandangannya perlahan menghitam seiring dengan nafasnya mulai teratur, menandakan ia akan kembali memasuki alam mimpi sebentar lagi.

Tapi sayangnya tidak secepat itu.

Bunyi tembakan beruntun mendadak terdengar, membuat Sophia membuka mata lebar-lebar sembari mengambil posisi bersembunyi dibawah selimut, mengambil pistol yang ia sembunyikan di bawah bantal untuk jaga-jaga.

Suara itu akhirnya terhenti lima menit kedepannya, namun sang gadis belum mau bergerak dari tempat.

' Aneh... ' Pikirnya sembari memunculkan kepalanya keluar selimut, mendapati tak ada apapun yang berserakan kecuali ponselnya.

Tunggu, ponsel?

Ia meraih benda elektronik yang bergetar dimejanya. Aura membunuh mendadak mengisi ruangan ketika ia akhirnya mengerti apa yang terjadi, apalagi dengan identitas pemanggil yang tertera jelas.

"F*CK YOU, CAPTAIN!" Raungnya frustasi.

-Dan tempat entah berantah, Jiyūho kembali tersenyum iblis sembari menyesap teh paginya dengan khidmat.-

~CNS~

"Kagami, kau sudah semakin mahir menggunakan tangan kirimu ya?" Kawahara berkomentar takjub kala Kagami dengan lihai memainkan bola di tangan kirinya. Si objek menoleh sedikit kepada si pemuda dan tersenyum bangga.

"Begitulah. Malah sekarang rasanya lebih enak makan menggunakan tangan kiri." Kagami kembali fokus memantulkan bola jingga ditangannya beberapa kali. Ia kembali menoleh kepada ketiga kawannya dengan mata agak merah. Hasil dari semangatnya yang terlalu menggebu.

Dan Kawahara yang menyadarinya hanya bisa berkomentar tentang jadwal tidur Ace mereka.

"Tapi aku penasaran..." Furihata membuka suara, mencuri perhatian ketiga kawannya.

"Apa Masayoshi-san juga tidak tidur karena pertandingan ini?" Lanjutnya sembari menunjuk gadis di belakang mereka yang kini menebar aura hitam dengan mata merah yang lebih parah.

Kagami hanya mengangkat bahu sebagai respon, karena ia sendiri beranjak dari kasur karena suara aneh tadi pagi.

"Apa semua sudah lengkap?" Pertanyaan Riko membuat sang kapten menoleh kebelakang, mengabsen anggotanya.

"Yang belum ada cuma Kuroko ya?"

"Mungkin dia ada dibelakang, seperti biasanya-"

"Aku disini."

"TUH KAN!"

"Ya, aku disini dari tadi."

Seruan terkejut mendadak mengambil alih. Sophia ikut melirik si pelaku yang memasang pokerface, lalu membuang napas lelah (atau lega?) ketika merasa tidak ada yang melihat.

"Tidak! Kau berbohong kali ini! Kau pasti baru sampai setelah berlari kan?!" Seru Kagami.

Seolah tak mendengar, Kuroko dengan cerdas lebih memilih untuk mendiamkan sang cahaya. Membuat yang bersangkutan kembali protes, namun tak dihiraukan kali ini.

"Sudahlah. Yang penting semua sudah lengkap kan?" Riko kembali membuka suara, lalu memimpin jalan.

"Kalau begitu saatnya kita pergi. Menuju Winter Cup!"

~CNS~

"Sepertinya aku tidak terlambat."

Mizutani tersenyum kecil, lalu menaikkan kacamatanya dengan jari telunjuk. Pemuda bersurai hitam itu kemudian memfokuskan pandangan ke lapangan dari tribun tengah dan bertopang dagu, menangkap tim basket Seirin dan Josei yang baru saja memasuki lapangan dan berbaris sejajar.

Salah satu pemain Josei nampak lesu, membuat Mizutani menaikkan alis tak mengerti. Apa dia merasa tak percaya diri karena lawan mereka Seirin?

Dan di detik berikutnya, pemain dengan nomor punggung sembilan itu menjerit histeris sembari menunjuk bench Seirin.

". . . TAPI MEREKA TIDAK SEKSI SAMA SEKALI! SENPAI, KENAPA KAU MELAKUKAN INI PADAKU?!"

Lapangan hening. Mizutani diam-diam memuji kefrontalannya dari jauh.

Aura pekat mendadak naik drastis dari bench Seirin. Sang pelatih nampaknya cukup berang dengan pernyataan itu dan mengisyaratkan sesuatu yang kurang jelas (Mizutani tak terlalu memperhatikan dan tidak mau tahu juga sebenarnya) kepada pemain yang akan berlaga.

Peluit dibunyikan disusul bola yang melambung di udara, pertanda pertandingan telah dimulai. Kiyoshi menampar bola dan Hyuuga mendorongnya kepada sang Ace.

Kagami melesat ketika bola ada ditangannya, namun hal itu tak berlangsung begitu lama. Dua orang langsung menjaganya, membuat si Harimau merah tak bisa lagi menerobos masuk, memaksanya mengoper kepada Izuki.

Si pemilik mata elang mengirim operan mulus kepada Hyuuga yang dikembalikan kepada Kagami. Keadaannya tetap sama sampai akhirnya sang objek hilang fokus dan bola ditepis dari tangannya terpantul keluar lapangan.

'Sepertinya dia jengkel sekali.' Pikir Mizutani tertawa ringan.

Throw in yang dilakukan oleh pemain Seirin menandakan permainan berlanjut, papan skor menorehkan angka 5-9 untuk Seirin dan Josei.

Sebuah suara familiar mendadak terdengar, membuat perhatian pemuda berambut belah tengah itu teralih. Netranya menangkap sosok tak asing (yang seolah sadar) juga ikut mengalihkan pandangan kepada Mizutani.

"Oya? Takao Mizutani dari Shuutoku?" Pemuda sipit itu mendekati sang Takao tertua. Senyuman dari ujung ke ujung memperjelas image licik untuk siapapun yang melihatnya.

Mizutani terkekeh, lalu kembali menaikkan kacamatanya yang tak melorot. Kaki yang tertutup celana seragam hitam itu melangkah kearah pemuda berlogat kansai dan membalas jabatan tangannya dengan senyum yang tak kalah lebar.

"Yo. Imayoshi Shouichi-san kan? Kapten tim basket Touo?"

"Kau masih ingat padaku rupanya~"

"Tentu saja. Mana mungkin aku lupa dengan kapten paling licik seantero Tokyo?" Itu jelas bukan pujian, tapi si lawan bicara nampak tertawa kecil.

"Aku tersanjung, Takao-san~" Imayoshi menarik tangan dan kembali menyematkannya kedalam kantung celana dengan tenang, masih dengan senyuman yang sama.

"Kau tipe orang yang sulit dilupakan sih. "

Mizutani terkekeh kembali, menggaruk rambutnya yang tak gatal. Pandangannya lalu berpindah kepada pemuda yang bersama dengan Imayoshi.

"Sakurai Ryou ya? Aku tidak menduganya."

Pemilik nama agak tersentak ketika pemuda asing ini mengetaui namanya. Ia menoleh kepada Imayoshi yang nampak masih tenang-tenang saja.

"Apa ada masalah?" Tanya sang kapten Touo, menaikkan sebelah alis.

"Kukira kau akan bersama dengan Susa-san."

"Dia harus mengurus beberapa hal di sekolah."

"Ooh."

Kemudian hening menyeruak diantara mereka beberapa detik berikutnya, sebelum digantikan seruan penonton kala Seirin kembali mencetak angka.

"Kami akan mencari tempat duduk. Apa kau mau ikut?"

Mizutani menggeleng.

"Terima Kasih, aku lebih nyaman mengamati dari sini."

Imayoshi yang mengerti kemudian berjalan kearah kursi kosong di urutan kedua dari bawah.

Pertandingan kembali berlanjut, Seirin bermain dengan mulus berkat rebound Kiyoshi dan three point Hyuuga. Sakurai dan Imayoshi mengamati permainan dari bangku dengan tatapan sedikit takjub.

Ya, hanya sedikit.

Aura panas terasa jelas dari Kagami yang dongkol setengah mati karena tidak bisa mencetak angka. Melihat hal ini, Kiyoshi hanya tertawa dan menepuk kepala rookie yang lebih pendek tiga senti darinya itu.

"Itte-"

"Punya darah panas itu bagus, tapi sekarang kau harus tenang."

"Kiyoshi-senpai, hentikan! Kalau kepalaku lepas bagaimana?!"

Kiyoshi tertawa, kemudian terhenti dan menatap Kagami dengan wajah serius.

"Kagami, kepala tidak semudah itu lepas dari tempatnya."

"Aku tahu itu!"

Sophia dan Riko menepuk jidat secara imajiner.

'Dasar...'

Kiyoshi melepas tangannya, kemudian tersenyum dan berbalik menuju posisinya semula.

"Sekarang, mari kita bersenang-senang!"

Kuroko menghampiri Kagami dengan tatapan penuh tanya.

"Ada apa, Kagami-kun?"

"Tidak... aku hanya baru sadar, kalau tangannya itu besar."

Sepasang mata langit dan darah menoleh kearah punggung senpai mereka dengan tatapan yang sulit diartikan

Setelah beberapa Rebound, Three point dan pass, Kagami akhirnya berhasil membawa bola, berniat melampiaskan rasa frustasi, ia melompat dan mencoba melakukan dunk dengan potensi merobohkan ring.

"TERIMA IN-"

Kening Kagami sukses mencium ring, sebelum ia bahkan memasukkan bola. Mengakibatkan jeritan gemas dari penghuni bench Seirin mengudara secepat kilat.

"LOMPATANMU TERLALU TINGGI!"

Ditengah raungan jengkel dan perpindahan ke kuarter ke dua, Sophia sedikit bersyukur karena lompatan itu hanya membuat Kagami menabrak ring dikening, bukan matanya.

Kagami kembali panas, terlihat dari wajah merah menahan jengkel dari surai merah jabrik ditengah lapang. Di bangku penonton, Sakurai bersumpah melihat asap tipis keluar dari kepala si Harimau merah.

Khawatir dengan hal ini, Izuki yang mencoba memanggil sang Ace, meski sayangnya tak digubris sama sekali. Usahanya kemudian dihentikan oleh Hyuuga yang menyuruh si Mata elang untuk meninggalkannya karena alasan logis.

Kuroko menghela nafas lelah, kemudian menjepret wajah cahayanya dengan wristband.

"Oi!"

"Tolong hentikan. Kau harusnya senang karena para penjaga terfokus padamu dan memudahkan para Senpai untuk mencetak angka."

"Aku tahu itu! Tapi-"

"Dan lagi, tolong lihat kesana."

Kuroko menatap kursi penonton, diikuti oleh Kagami. Sang Ace nampak cukup terkejut dengan keberadaan dua orang yang cukup ia kenal.

"Mereka... dari Touo?"

"Aomine-kun akan mendengar soal pertandingan ini. Jadi tolong dinginkanlah kepalamu dan nyatakan perang pada mereka."

Ekspresi Kagami berubah menjadi serius, menggumamkan "Itu bukanlah hal yang bisa kau lakukan dengan kepala dingin" dan berbalik. Hyuuga dalam hati memuji ketenangan Kuroko, sebelum menyadari Kagami sekarang lebih membara.

"Apa kau perlu menyebut Touo?"

"Sepertinya tidak."

Permainan kembali berlanjut. Kedua tim melakukan defense dan offense dengan begitu sengit dan ketat, meski Seirin masih memimpin, tetapi Josei juga tidak bisa diremehkan dalam hal pertahanan wilayah dalam.

"Etto... summimasen. Bo-boleh aku bertanya?" Suara Sakurai menarik fokus Imayoshi kearahnya.

"Hm? Boleh saja. Kau mau bertanya apa?"

"Siapa sebenarnya... Takao Mizutani?"

"Hm? Kenapa kau mau tahu tentangnya?"

"Aa, Su-summimasen... aku hanya penasaran, jadi-"

"Tidak, aku tidak menyalahkanmu. Dia memang orang yang menarik, bukan begitu?"

Imayoshi menatap tribun atas tempat Mizutani berdiri, diikuti Sakurai yang merasa ada yang mengganjal.

"Kau pernah dengar soal rumor di Winter Cup dua tahun lalu? Tentang pertandingan Shuutoku melawan Nakamiya Utara?"

Sakurai mencoba mengingat, lalu menggeleng karena tak menemukannya di memori.

"Summimasen, Aku tidak tahu."

Imayoshi mengibaskan tangannya "Iya, iya. Itu wajar. Beritanya memang agak tertutup karena kemenangan pertama SMP Teiko di . Jadi wajar kau tidak tahu."

"Jadi... apa yang terjadi?"

Imayoshi menarik nafas dan kembali menatap lapangan.

"Waktu itu, Nakamiya Utara dihancurkan oleh Shuutoku dengan skor 146-94. Center mereka cidera dan masing masing pemain memiliki catatan foul tiga kali. Kudengar saat itu Miyaji Kiyoshi sedang tidak ikut dalam pertandingan dan posisi point guard diambil alih oleh Takao-san."

Sakurai hanya menyimak dalam diam.

"Tapi kau tahu sendiri bukan? Nakamiya Utara adalah pemain tipe defensif. Sulit dipercaya kalau mereka bisa melakukan foul sebanyak itu. Lalu sekarang pertanyaanya, kenapa hal itu bisa terjadi?"

Senyum Imayoshi melebar.

"Mereka bilang itu karena Mizutani."

"Eh?!"

"Aku tidak tahu bagaimana jelasnya. Tapi menurut rumor yang kudengar, Mizutani memiliki cara bermain dan tempo yang tidak biasa."

"Cara bermain yang tidak biasa?"

"Begitulah yang kudengar."

Sakurai masih mencerna informasi ketika Imayoshi kembali bersuara.

"Tapi tentu saja itu belum tentu benar. Toh, diluar dari rumor itu, dia memang punya aura yang menarik~"

"Be-begitukah?"

Sakurai sedikit bergidik, kemudian menatap Mizutani yang ternyata menatapnya balik dan tersenyum.

'Dia menyadariku?'

Tawa lepas dari mulut Imayoshi ketika menangkap ekspresi ngeri milik Sakurai.

"Kau terkejut?"

"Ba-bagaimana bisa?"

"Kalau aku adalah seekor rubah, maka Mizutani adalah elang."

Pemuda bermata sipit itu tak menunggu Sakurai merespon untuk melanjutkan.

"Kalau aku menipu orang dengan membaca mereka, maka ia akan mencari kelemahanmu dengan matanya. Ia adalah orang yang licik namun berkedok cerdik." Imayoshi menarik senyumnya lebih lebar

Dan dengan itu, Sakurai memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut, karena ia tahu betul ketika orang licik mengakuimu sebagai orang yang licik pula, artinya orang itu memang lebih berbahaya darinya.

~TBC~

*SFX  : Paduan suara jangkrik.*

Aoi-chan : Um... Halo?

Kuro : Akhirnya ini apdet. Syukurlah.

Aoi-chan : . . .

Kuro : . . .

Aoi-chan : Oke, sebelumnya kami mau minta maaf. Karena entah gimana inspirasi kami lenyap selama beberapa bulan ini. Jadi kami bener bener gak bisa mikir apa apa dan itu bener bener nyiksa karena kita gak bisa nulis apapun selama sekitar enam bulanan.

Kuro : Untuk QnA kemarin, sebenernya udah selesai. Tapi entah bagaimana chapternya ilang. Jadi kami masih harus ngumpulin niat dan tulis ulang. Kemungkinan baru akan kami publish beberapa hari kedepan.

Aoi-chan : Dan setelah ini akan ada omake jadi jangan buru buru ditutup ya!

Kuro : Sekali lagi, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, dan berterima kasih kepada kalian yang masih mengikuti Fanfict ini.

Sign : Auth Aoi & Kuro.

OMAKE

Mizutani beranjak dari tempatnya ketika Seirin berhasil memenangkan seleksi pertama. Kakinya melangkah menuju pintu bawah, menunggu sang Masayoshi dan Seirin yang akan keluar.

Setelah menunggu sekitar lima belas menit, segerombolan orang keluar dari lapangan. Sepasang iris safir menoleh kepadanya dengan cepat, seolah sudah menduga dirinya ada disana.

"Mizutani-san? Sedang apa kau disini?"

Belasan kepala menengok kearah keduanya. Mizutani hanya melambai kepada mereka dan menarik lengan si gadis.

"Kupinjam dulu manajer kalian ya!" Ujarnya santai sembari memisahkan diri. Para pemain Seirin mencerna kata-kata itu beberapa detik, sampai akhirnya tersadar.

"EEH?!"

Sayangnya, kedua insan itu sudah tertelan didalam kerumunan orang.

~TBC~

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 122K 48
โ€ขObsession Seriesโ€ข Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
139K 3.5K 67
Bagaimana perasaan kalian jika setelah 4 tahun kabur dari persantren, kamu di pertemukan lagi oleh laki-laki yang merupakan anak dari pemilk pesantre...
223K 16.8K 22
Seorang prajurit senior perempuan angkatan darat, harus merelakan dirinya terdampar dalam tubuh seorang Permaisuri yang suka seenaknya dan mengabaika...