Unperfect Love (COMPLETE) ✔✔...

By Initial_B

1.1M 75K 2.5K

HR #11 dalam Romance (071217) Sudah terbit ebook-nya ya... Tersedia di playstore dan playbook. Untuk membel... More

PROLOGUE
1.1 MR BLACK AND GREEN
1.2 MR BLACK AND GREEN
1.3 MR. BLACK AND GREEN
2. THE INVESTOR
3.1 JANTUNG YANG BERDEBAR
3.2 JANTUNG YANG BERDEBAR
4. CURIOUS
5.1 A SICK GIRL
5.2 A SICK GIRL
5.3 A SICK GIRL
6. JUST A DREAM
author note
7. PERUBAHAN SIKAP
8. SOAL KOLABORASI DAN MR. RICHARD A. GRIME
9. SENIN YANG MEREPOTKAN
10.1 MENGINAP DAN DIA CEMBURU?
10.2 MENGINAP DAN DIA CEMBURU?
author note
10.3 MENGINAP DAN DIA CEMBURU?
10.4 MENGINAP DAN DIA CEMBURU?
10.5 MENGINAP DAN DIA CEMBURU?
11.1 SEINE RIVER
11.2 SEINE RIVER
biodata karakter
11.3 SEINE RIVER
Q & A
Finnaly!!?
Author Note
12.1 DESTINY
12.2 DESTINY
13.1 RENCANA JOAN
13.2 RENCANA JOAN
14. TERTANGKAP BASAH
15. MISI KEDUA
16.1 HER EX
16.2 HER EX
17.1 AMARAH
17.2 AMARAH
18. JUST YOU AND ME
19. I'M GONNA SHOW YOU
20. Cadenas de amour in pon des arts
21.1 LUKA LAMA
21.2 LUKA LAMA
22.1 HIS MOTHER
22.2 HIS MOTHER
23. I'M GONNA HOLD YOU
24. MARRY ME
25. HAMPIR GAGAL
25.2 HAMPIR GAGAL
26.1 L & J
26.2 L & J
26.3 L & J
27.1 ELSA BOUND
27.2 ELSA BOUND
27.3 ELSA BOUND
28. BITCH
29.1 DIA SI PEMBUAT MASALAH
29.2 DIA SI PEMBUAT MASALAH
30. ONLY YOU
31.1 THE BANDIT
31.2 THE BANDIT
32. LIVE WITHOUT YOU
author note
PROLOGUE LOMI (SEKUEL UNPERFECT LOVE)
Ebook!
GIVEAWAY ALERT!!!!

3.3 JANTUNG YANG BERDEBAR

22.8K 1.4K 12
By Initial_B

"Tidak... " Leah menggelengkan kepalanya, "tadi ada nyamuk gatal!" seru Leah dengan penekanan di kata 'gatal'.

"Sepertinya bukan nyamuk yang gatal tapi pikiranmu yang gatal, berhenti menelanjangi tubuhku dengan matamu Green. Aku tak berniat berhubungan dengan wanita," Joan menatap Leah dengan tatapan setajam elang, seketika ekspresi Joan berubah menjadi datar. Ada kabut tebal yang menyelimuti hatinya membuat hatinya menjadi gelap dan dingin.

Joan berusaha membangun kembali tembok tinggi yang tadinya mulai runtuh. Tembok yang ia bangun di dalam hatinya agar orang lain tak mampu masuk ke dalam sana Ada saat dimana Joan sadar dan mengingat kembali sumpah yang pernah dia buat. Bahkan disaat seperti sekarang, disaat dia sebenarnya senang Leah membawa dirinya ke dalam pikirannya. Membuat Joan ingin sekali menghampiri Leah dan mengurung Leah di dalam dekapannya. Hangat tubuh Leah yang sempat dirasakannya terus membakar jiwa Joan. Hingga membuat Joan bingung dan juga takut dalam waktu yang sama.

"Hei berhenti menatapku seperti itu," celetuk Leah yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Joan, "kau tahu Mr. Black kalau tatapanmu bisa membunuh seseorang mungkin aku telah mati sekarang!"

"Terserah," Joan memalingkan wajahnya mengembalikan pandangannya ke arah laptop dan tak peduli dengan semua perkataan Leah.

"Bagaimana dengan kerja sama yang akan kita buat?" tanya Leah.

"Oh iya hampir saja aku melupakannya," Joan masih terpaku di depan laptop.

"Aku pikir kau jenius ternyata otakmu lemah juga ya, hahaha!" ejek Leah disertai gelak tawanya.

"Ejek saja terus, nanti yang ada kau malah akan mengutuk apa yang kau ucapkan barusan Green, kau akan terkejut jika tahu aku ini siapa," jawab Joan dengan nada datar.

"Apakah aku terlihat seperti pengangguran? Mungkin kaca matamu kurang besar Green," sambung Joan dengan sinis.

"Mana ada pegawai yang berkeliaran di jam kerja seperti ini, kalo bukan pengangguran, lalu aku menyebutnya dengan apa?" ungkap Leah seakan membenarkan pernyataannya.

"Terserah... Aku tak peduli Green, jadi kau masih tertarik dengan kolaborasi itu? Berarti kau setuju kan dengan kerja samanya," Joan mengembalikan laptop Leah yang dari tadi berada di hadapannya.

"Baca ulang ada bagian yang aku tambahi, maaf karena telah merevisi beberapa bagian" timpal Joan.

"Tidak masalah, pada kenyataannya tulisanmu memang bagus, jadi dengan senang hati aku menerimanya," jawab Leah.

"Aku mau kolab bersamamu tapi dengan satu syarat," Leah mengalihkan pandangannya dari layar laptop dan menatap Joan dengan sebuah senyuman. Senyuman yang seolah-olah ingin menerkam Joan.

"Apa syaratnya? Jangan yang aneh-aneh aku tak suka bermain-main menghabiskan waktu dengan hal-hal bodoh!" seru Joan memperingatkan Leah.

"Bantu aku menyelesaikan novel romanceku. Sepertinya kau lebih ahli dalam hal menulis cerita cinta. Aku mohoooooon!" rengek Leah kepada Joan. Win-win solution, Leah bisa mendapatkan asisten dan kolaborasi yang diinginkan Joan terjadi. Ini akan sangat menguntungkan bagi Leah atau pun Joan.

"Baiklah, tapi aku juga punya satu syarat untukmu," Joan mendekatkan dirinya ke sisi meja. Sikunya berada di atas meja menopang wajah Joan yang bertumpu pada kedua telapak tangannya yang membingkai kedua sisi pipi Joan. Sebuah senyuman licik tercetak pada wajah Joan. Membuat Leah bergidik ngeri. Menatap Joan penuh dengan tanda tanya.

"Apa... Apa... Apa... jangan buat aku penasaran," pekik Leah yang sudah tak sabar.

"Habiskan malam denganku," Joan menyeringai menampakkan senyum liciknya.

Leah terkejut dengan syarat yang diberikan oleh Joan. Leah tiba-tiba mendorong kursinya membuatnya menjauh dari meja itu dengan tangan yang disilangkan ke dada. Mata Leah melebar. Dia meneriaki Joan, "kau gila! Kau pikir aku ini jalang yang bisa kau tiduri! Lebih baik aku mati sekarang dari pada merelakan keperawananku untuk lelaki gila sepertimu!"

"Perawan?" Joan terkekeh. Lagi-lagi dia hanya menggoda Leah. Melihat berbagai macam ekspresi yang Leah tunjukkan saat panik ataupun tersipu sangat menggelitik perut Joan.

"Berhentilah menutupi dadamu lagi pula tak ada yang bisa dilihat disana," jelas Joan masih dengan tawanya, "aku cuma bercanda Green," sambung Joan.

"Kau gila! Candaanmu tidak lucu Joan!" gerutu Leah.

Joan tersentak mendengar namanya disebut oleh Leah. Selama ini Leah hanya memanggilnya dengan 'kau' atau 'Mr. Black'. Joan hampir berpikir Leah lupa dengan namanya.

"Syaratnya mudah bisakah kita cari tempat lain untuk menulis? Jangan di sini tempatmu agak sedikit membosankan. Aku butuh udara segar untuk mendapatkan ide," ungkap Joan.

Leah terdiam menimbang-nimbang untuk menjelaskan tentang penyakitnya atau tidak. Masalahnya Leah tidak bisa berada di keramaian dan Joan hanyalah seseorang yang baru saja dia kenal.

"Kita bisa menulis di atap, ada gazebonya, kau bisa memandang Kota Paris dari sana," Leah mengalihkan permintaan Joan dengan sebuah pernyataan.

"Bukan yang seperti itu, aku tidak mau!" Joan secara terang-terangan menolak Leah.

"Aku tidak bisa ditempat ramai titik!" pekik Leah.

Dua orang yang sama-sama keras kepala sedang bertengkar disini. Seperti ada api yang membara di belakang mereka berdua. Dan, ada aliran listrik di tatapan mereka yang saling bertautan. Mungkin kepala mereka berdua terbuat dari batu, karena sama kerasnya dan tak ada satu pun yang mengalah.

"Yasudah kita bisa pesan tempat dengan fasilitas VIP bukan! Tak usah membodohiku alasanmu tak jelas!" ketus Joan.

Perkataan Joan seakan menusuk dada Leah. Seperti ada panah yang bersarang dan terus menusuk hingga ke dalam. Mulut Joan begitu tajam membuat Leah hampir menangis. Leah kesal bukan main, dia tidak bisa lagi menahan emosinya.

"Aku menderita S.A.D!" pekik Leah yang sudah tidak tahan dengan ucapan Joan yang makin lama makin membuat Leah sakit hati dan kesal.

"Apalagi itu s... s apa tadi eskrim!" ejek Joan yang tak sadar bahwa candaannya kali ini benar-benar membuat Leah marah.

"Buuk!!!" Leah melempar buku ke arah Joan tapi buku itu ditangkap Joan sebelum mendarat ke wajahnya.

"Aku menderita social anxiety disorder! Aku takut dengan keramaian, kerumunan, atau pun bertemu dengan banyak orang dan aku tak bisa bersosialisasi, sudah puas sekarang?" Leah terdiam sejenak, "terserah apa pendapatmu tentang aku, sungguh aku tak peduli JOAN!" sambung Leah dengan penekanan di akhir kata 'Joan'.

"Dan satu hal lagi, anggaplah dirimu beruntung karena aku mau menemuimu!" Leah menggebrak meja kerjanya dan membuat Joan merasa sangat terkejut.

Mata Joan melebar, tentu sekarang Joan merasa terkejut. Pernyataan Leah seolah menjawab beberapa pertanyaan yang Joan simpan. "Oh itu sebabnya dia tak pernah muncul di media," suara Joan menggema di kepalanya.

"Kalau aku tahu aku juga tidak akan memaksamu, ini tak sepenuhnya salahku," Joan bersikap acuh.

Leah sangat kesal, terlihat jelas di wajah Leah betapa dia ingin melempar Joan lagi. Tapi kini lemparannya harus tepat mengenai kepala Joan. Agar lelaki itu kembali sadar kalau sudah berkali-kali membuatnya kesal dan Joan harus berhenti membuatnya kesal.

"Terserah! Pulang sana aku malas melihatmu, aku tak bisa menjamin kau pulang dengan wajah mulus seperti kau datang kesini!" usir Leah.

"Baiklah... Baiklah..." Joan terkekeh, seakan tak peduli dengan apa yang telah dia perbuat. Fix, Joan memang memiliki hati yang dingin, dia tak sedikit pun merasa dengan sikapnya yang sedikit jahat tadi.

Joan berdiri lalu berbalik meninggalkan Leah, "daaa kepala batu!" teriak Joan yang sedang menuruni tangga.

"Kau yang kepala batu!" teriak Leah sambil melempari beberapa buku ke arah Joan dan tak ada satu pun yang mengenai sasaran.

"Apa tadi Social anxiety disorder," gumam Joan sambil jari-jemarinya mengetuk-ngetuk ponselnya.

"Oh jadi ini 'social anxiety disorder', intinya orang yang menderita S.A.D tidak bisa berada di tempat ramai karena mereka akan panik, oh ya ya. Tapi kenapa si kepala batu itu berlebihan sekali ya, mungkin S.A.D nya parah, entahlah!"

Joan yang sedari tadi menuruni tangga sambil membaca artikel tak sadar sudah berada di depan pintu, "Buuuk!" bunyi dahi Joan yang beradu dengan pintu.

"Aduh sakit, kenapa sudah disini?" Joan sepertinya hilang ingatan karena terjadi benturan di kepalanya. Jangan-jangan karena di atas diam-diam Leah mengutuk Joan dan kutukan Leah berhasil. Tak mungkin pastinya.

Joan menarik gagang pintu dan berjalan keluar, disana Anna masih setia duduk di mejanya. Joan menghampiri meja Anna lalu mengetuk-ngetuk mejanya, "Aku pulang nona singa," pamit Joan kepada Anna.

"Anna! Bukan singa!" pekik Anna.

Joan yang mendengar pekikan Anna terkekeh.

"Ya ya Anna," Joan membetulkan kalimatnya.

"Kenapa cepat sekali aku pikir kau akan disini lebih lama?" Anna memulai penyelidikannya.

"Aku diusir, Green mengamuk," jawab Joan sekenanya.

"Green? Leah maksudmu," muka Anna sedikit penasaran.

"Leah?" Joan bingung, Joan hanya tahu wanita di atas tadi dengan nama Green atau A.Jhonson.

"Alleah Jhonson, kau tidak tahu nama panjangnya?" Anna semakin menjadi bingung.

"Tidak, bye aku pulang," Joan meninggalkan Anna begitu saja. Joan suka sekali memutuskan obrolan secara sepihak.

"Aku pikir mereka dekat," gerutu Anna. Pupus sudah harapan Anna. Dia pikir sekarang Leah sudah bisa membuka hatinya kembali. Ternyata belum.

Di lantai dua ada Leah yang sedang mengeluarkan aura pembunuh. Rasanya Leah ingin mencekik bahkan mengutuk Joan. Bisa-bisanya Joan mempermainkan penyakit mental yang dia derita. Bahkan, Joan sama sekali tak tahu bagaimana selama ini Leah bertahan untuk hidup dan mencoba segala cara untuk melawan segala ketakutannya.

Leah sudah hidup dengan dibatasi dinding-dinding ketakutan. Dinding-dinding yang membuatnya menjauh dari dunia. Untuk melangkahkan kakinya sebanyak sepuluh langkah dari rumah, Leah pun tak sanggup.

Kadang Leah berpikir Tuhan terlalu jahat padanya, kenapa hanya dia yang diberikan sepercik kegilaan yang membuat seluruh hidupnya kacau, terpuruk dan penuh dengan ketakutan.

Dan jika Leah boleh membuat permohonan yang akan dikabulkan oleh Tuhan. Leah akan meminta seorang penyelamat yang akan meraih tangannya membawanya bebas dan melihat dunia dari dekat.

>>

NEXT CHAPTER PRIVATE ...

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA..

KOMEN DAN VOTE NYA JANGAN LUPA DITINGGALIN...

THX..

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 109K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
2.2K 603 44
"Kamu tahu alasan kenapa malam ada setelah senja?" Pertanyaan tiba-tiba dari Ananta itu membuatku menoleh. "Karena malam gelap, Ta. Sedangkan senja a...
6.7M 78.5K 7
Diandra Kamila hanya memiliki Sang Ibu di dalam hidupnya. Apapun akan dia lakukan demi kebahagiaan satu-satunya keluarga yang ia punya. Sekalipun, m...
3.1M 290K 46
Vira dan Laksa sudah saling mengenal sejak lama, keduanya harus menikah karena sebuah insiden. Pekerjaan Laksa yang seorang artis membuat keduanya ha...