The Exorcist ✔️

By DeadDoggos

456K 38.8K 1.3K

Apa kalian pernah mendengar cerita tentang Banshee dari Irlandia? Atau sosok Dracula yang melegenda dari Ruma... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
The Last Chapter
Extra Chapter
Pengumuman

Chapter 32

7.4K 733 34
By DeadDoggos

Gray tidak menyangka kemunculan ketua penghuni apartemen yang diluar dugaannya ini.

"Pak Albert, apa yang kau lakukan di sini?!" serunya.

"Sebaiknya kau pergi dari sini, Nak, kami tidak membutuhkan jasa pengusiran lagi!" tukas Pak Albert, dia tampak gugup.

"Hah?" Gray mengerjapkan mata beberapa kali, dia tak tahu maksud perkataan Pak Albert yang tiba-tiba menyuruhnya menghentikan penyelidikan tentang hantu yang meneror apartemen ini. "Bisa kau jelaskan padaku, apa maksud dari pengusiranmu padaku?"

"Kubilang, kami tidak membutuhkanmu maupun exorcist lainnya, sudah cukup, pergi!" kata Pak Albert tegang.

Anehnya, seakan Cheonyeo Gwishin  mematung, bahkan dia tak berani menatap Pak Albert. Seolah pria itu memiliki rahasia tentang dirinya.

"Kau tidak bisa memutuskan secara sepihak seperti ini, aku harus mengorbankan kesibukanku demi kasusmu ini," gerutu Gray.

"Jika kau ingin ganti rugi, akan kubayar penuh sesuai kontrak!" timpal Pak Albert setengah membentak.

"Apa-apaan sih dia ini?" pikir Gray bingung

"untuk kalian berdua..." Pak Albert menunjuk Gray dan Malaikat Kematian bergantian. "Cheonyeo Gwishin tidak ada hubungannya dengan kematian maupun teror hantu di apartemen ini!"

"Aku melihat dia merasuki seorang pria, dan hampir membuatnya bunuh diri!" sergah Gray berkomentar.

"TIDAK! ITU BUKAN DIA! AKU TAHU ITU, DIA HANYA INGIN MENYELAMATKAN PRIA ITU!" bentak Pak Albert berteriak meluapkan amarahnya. "HANYA AKU YANG BERHAK MENGHUKUM DAN MELENYAPKAN DIA!"

Gray mengerutkan kening, dia merasa kaget dengan perubahan suasana hati Pak Albert.

Jeoseung Saja melayang turun, kini dia berdiri di antara Pak Albert dan Gray serta hantu wanita tersebut.

Pak Albert memucat, kehadiran malaikat kematian ini merupakan tanda yang buruk.

"Aku tidak peduli dengan percecokan manusia, waktunya sudah habis, dan jiwa hilang ini akan segera kuambil," kata Jeoseung Saja mengarahkan pandangannya ke Cheonyeo Gwishin, sembari menarik sesuatu dari udara kosong, dan sebatang tongkat hitam tipis mirip gagang payung muncul di tangannya.

"Oh tidak, jangan sekarang," keluh Pak Albert melompat menghalangi Jeoseung Saja, tangannya direntangkan seolah melindungi hantu tersebut. "Kau tak boleh mengambilnya,"

"Minggir," perintah malaikat itu lembut.

"Tidak," Pak Albert menggelengkan kepalanya kuat-kuat, kendati begitu wajahnya memucat, takut.

"Kubilang minggir,"

"Tidak akan!"

Jeoseung Saja menggaruk-garuk kepalanya dengan tangannya yang bebas. "Ya sudahlah, kau akan kubunuh di sini, dan kutulis kalau kau menghalangi pekerjaanku," ucapnya enteng.

Malaikat itu menarik sebilah pedang dari tongkat tadi, berhasrat membunuh Pak Albert.

Pak Albert memejamkan mata, pasrah akan bayangan kematian yang akan menjemput dirinya.

"TIDAAAAKK!" jerit Cheonyeo Gwishin. Tapi, dia tak bisa melakukan apa-apa.

Memasang tampang dingin Jeoseung Saja mengayunkan pedangnya, berniat membelah Pak Albert menjadi dua bagian.

"TRAAAANG!" dua bilah pedang berbenturan di udara, api memercik ketika dua batang besi hitam itu bersentuhan.

"Kupikir kau berada di pihakku" kata Jeoseung Saja dingin.

"Aku berubah pikiran," balas Gray santai.

"Dewa akan memberimu hukuman berat," ancam Jeoseung Saja.

"Aku tak percaya dewa," timpal Gray menyeringai.

"Apa yang diperingatkan oleh Michael benar adanya tentang dirimu..."

"Sampaikan salam sayangku untuk pamanku itu,"

Kedua mahkluk dengan kekuatan gaib luar biasa itu saling bertukar tatapan tajam, lalu keduanya saling menarik diri, mengambil jarak.

Pak Albert yang berdiri kaku karena ketakutan, ditarik paksa ke belakang oleh Gray, Cheonyeo Gwishin menyambutnya dengan pelukan.

"Sekarang kau aman," kata hantu tersebut dengan perasaan hangat. Wajahnya berubah penuh kasih, tidak seperti awal tadi.

"Untuk sementara aku akan melindungi kalian berdua, tapi kalian harus menceritakan tentang semua hal aneh yang terjadi di apartemen ini," kata Gray menuding keduanya dengan ujung pedang. Kemudian, dia kembali menghadap kepada malaikat kematian Korea itu.

Jeoseung Saja tersenyum tipis, "Jangan kau pikir aku ini sama dengan malaikat kematian dari barat itu, kami dulu orang-orang mati yang memiliki dosa besar, semakin besar dosanya semakin hebat kekuatan kami, kau tidak masuk dalam daftar kematianku, tapi malaikat kematian barat pasti senang jika aku mempersembahkan jiwamu untuk mereka," ujarnya panjang lebar.

"Dasar cerewet," gerutu Gray. "Jangan terlalu sombong, kau mungkin tak lebih hebat dari setan rendahan,"

"Hei! Kau bilang apa tadi?!" Jeoseung Saja tersinggung akan ucapan Gray. "Apa kau pernah melihat drama korea Goblin? Malaikat kematian menjadi bintang di sana? Jatuh cinta dengan wanita cantik lagi! Hah!"

"Terserah," Gray tidak susah payah ingin menanggapi kata-kata Jeoseung Saja itu.

"Bukannya yang terkenal itu Goblin bukan si Malaikat, ya?" celetuk Cheonyeo Gwishin.

Gray, Jeoseung Saja, dan Pak Albert serempak bengong beberapa saat menatap hantu wanita itu.

"Maafkanku," Cheonyeo Gwishin buru-buru meminta maaf.

Gray lantas tertawa terbahak-bahak sampai keluar air mata, Pak Albert tampak menahan tawa dalam pelukan hantu wanita itu.

Jeoseung Saja merona merah, dia merasa dipermalukan. Aura membunuh pekat keluar dari tubuhnya, emosinya sudah di ubun-ubun.

"Mati kau!" kata Jeoseung Saja setengah berbisik di dekat telinga Gray, entah bagaimana dalam sekejap mata dia sudah di dekat Gray, ujung pedangnya hanya beberapa inci dari batang leher pemuda tersebut.

Pemuda tersebut reflek mundur ke belakang, mengangkat pedangnya, menghalau ke samping bilah pedang malaikat kematian itu, walau begitu ujung pedang Jeoseung Saja berhasil menggores tipis lehernya. Gray langsung melompat ke belakang mengambil jarak.

"Sial, aku lengah," Gray meringis sakit, meraba luka gores di lehernya. Tiba-tiba dia merosot ke bawah, tubuhnya lemas kehilangan banyak tenaga, dadanya naik turun seolah habis berolahraga berat. "Tak kusangka aku melupakan efek goresan malaikat maut..."

Jeoseung Saja menyeringai jahat, melangkah maju mendekati Gray.

"Sial, jika saja aku tak meremehkan dia," sesal Gray atas kelengahannya tadi. Dia berusaha untuk bangkit, bertopang melalui pedangnya.

Tapi, Jeoseung Saja menendang keras wajah Gray, pemuda itu terlempar beberapa meter, sebelum punggungnya menabrak tembok, malaikat tersebut muncul dari arah belakang, membanting Gray ke lantai keras-keras

"Argghhh!" jerit Gray pelotot kesakitan, mulutnya mengeluarkan darah segar.

Cheonyeo Gwishin dan Pak Albert memandang miris, keduanya tidak memiliki cukup kekuatan untuk membantu.

"Menyerahlah, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk mengampuni dirimu," kekeh Jeoseung Saja.

"Yang benar saja aku menyerah" Gray memaksakan diri, matanya tidak fokus.

Jeoseung Saja menyerang kembali, Gray menangkis tebasan yang terarah ke lehernya, dia meringis sakit ketika ujung bilah menggores sedikit. Tubuhnya kembali kehilangan tenaga, tapi Gray tidak mau menyerah, dia memaksakan diri melawan balik.

Jeoseung Saja tampak bermain-main dengan Gray, dia tidak menunjukkan keseriusan. Gray kesal dibuatnya. Pemuda itu melompat ke belakang mengambil jarak, mengatur napasnya sebentar.

"Tak ada jalan lagi, selain aku harus menggunakan kekuatan itu," batin pemuda tersebut terengah-engat, matanya mulai tidak fokus untuk melihat, meludahkan darah merah yang mengumpul di mulutnya.

Gray membulatkan tekad, dia berkonsentrasi sejenak matanya tertutup rapat, napasnya mulai tenang.

Malaikat kematian itu tak menunggu Gray untuk bergerak, dia menyerang maju, sesaat pedangnya terlihat menebas leher Gray. Tapi ternyata hanya menebas udara kosong.

"Di mana dia?" kata Jeoseung Saja heran.

"Aku di sini," Gray menendang kuat-kuat tulang rusuk malaikat tersebut, hingga terbang beberapa meter menabrak tembok pembatas. Puing-puingnya jatuh ke bawah, menimpa atap mobil.

"HAH!" Jeoseung Saja keluar dari reruntuhan, dia tampak murka sekaligus terkejut. Belum pulih sepenuhnya, Gray memberinya pukulan dan tendangan bertubi-tubi, menghajar dirinya sampai tak sempat untuk membalas.

Pak Albert dan Cheonyeo Gwishin melongo takjub melihat pertarungan di luar akal sehat manusia ini.

Jeoseung Saja melepaskan sabetan, Gray menghindar, malaikat itu terbang beberapa meter mengambil jarak aman, darah hitam menetes dari mulutnya.

Malaikat kematian itu meludahkan darah di mulut. "Aku tak menyangka dia masih memiliki stamina, aku harus mengulur waktu sampai dia kehilangan tenaga sepenuhnya..."

Goyangan cukup hebat kembali terjadi, gempa ini lebih besar dibanding yang dirasakan sebelumnya.

Insting Gray merasakan ada yang tidak beres, tapi tatapan matanya masih tertuju pada Jeoseung Saja.

"Apa kau masih ingin melanjutkan pertarungan kita?" teriak Gray. Dia takkan ingin berlama-lama bertarung dalam kondisi seperti ini.

Malaikat kematian tersebut bergeming.

"Jika kau masih ingin bertempur, aku akan melayanimu, dan memastikan dirimu menjadi bagian dari neraka untuk selamanya," Gray melanjutkan kata-katanya. Tubuhnya memancarkan cahaya akibat mode malaikat yang digunakannya sekarang. Gray berharap kalau malaikat tersebut termakan oleh kepercayaan dirinya yang tinggi, sebab dia mulai tak yakin staminanya masih ada untuk beberapa menit lagi.

Jeoseung Saja terlihat berpikir, lalu dia memutuskan setelah dia merasakan sesuatu sama seperti Gray tadi. "Baiklah, aku harus pergi, akan banyak orang yang mati selepas ini," raut wajahnya aneh, dia seperti menyembunyikan sesuatu. Dalam sekejap dia menghilang, hawa kehadirannya pun lenyap seketika.

Setelah memastikan ancaman terbesarnya malam itu menghilang, Gray menghentikan perubahannya, dia langsung merosot kelelahan, Pak Albert bergegas menghampiri dirinya membaringkan di atas sofa buluk di atap apartemen.

"Terima kasih," ucap Gray lemah.

"Tak masalah, justru aku yang harus berterima kasih karena kau menyelamatkan kami," tukas Pak Albert. "Sebaiknya kau beristirahat di tempatku dulu, sampai pagi tiba nanti."

"Tidak, aku ingin mendengar ceritamu tentang hubungan kalian berdua," kata Gray tiba-tiba. Memaksa diri untuk duduk.

Cheonyeo Gwishin dan Pak Albert saling bertukar pandang. Keduanya mengangguk memantapkan diri.

"Baiklah, akan kuceritakan tentang semua dibalik misteri apartemen ini," kata Pak Albert menghela napas panjang. Duduk bersila di depan Gray,
"Ceritanya bermula ketika apartemen ini dibangun, aku sendiri sebenarnya salah satu manager pembangunan di perusahaan konstruksi yang membangun apartemen ini, dulu ada seorang anak buahku yang meminta izin untuk mengambil cuti, tapi karena tenggang akhir pembangunan yang semakin dekat, aku tidak mengizinkan dirinya, kupikir awalnya dia mengambil cuti libur tidak tahunya cuti untuk menikah. Sampai akhirnya bencana itu tiba..."

Gray memperhatikan dengan saksama, sementara Cheonyeo Gwishin tampak membuang muka melayang-layang di dekat mereka berdua.

"Terjadi musibah saat pembangunan apartemen ini, beberapa orang tertimpa penyangga besi atau material bangunan yang runtuh. Banyak korban yang berjatuhan, beberapa luka, dan ada pula yang meninggal dunia..."

"Apa pemuda itu salah satu korbannya?" potong Gray bertanya.

Pak Albert mengangguk-angguk, "Iya, dia mati mengenaskan, dan ternyata calon istrinya mendengar kematian pacarnya, dari berita yang kudengar dia bunuh diri. Selang beberapa saat dari kejadian itu. Aku merasa bersalah atas kematian kedua pasangan ini, karena keduanya adalah ekspatriat korea, aku pun terbang ke negaranya, bertemu keluarga pria dan istrinya. Desas-desus beredar, kalau istrinya menjadi hantu dan gentayangan. Karena semakin tak tahan, aku menemui paranormal hebat di sini, dan melakukan ritual pemanggilan, akhirnya dia pun muncul di hadapanku," Pak Albert menunjuk dengan sorot matanya ke arah hantu Cheonyeo Gwishin.

Gray mengerutkan keningnya.

"Aku menjelaskan padanya semuanya, dan melakukan kontrak pernikahan untuknya agar tidak mengganggu manusia lagi. Tapi, itu tidak berlangsung lama, dia mulai menunjukkan perilaku memberontak, aku terpaksa melakukan semua hal untuk menuruti dirinya, aku keluar dari pekerjaanku, membuang hartaku demi dirinya, tapi aku tidak peduli karena ini adalah tebusan untuk dosaku. Semakin hari dia semakin liar, sampai akhirnya dia kembali mengganggu penghuni apartemen, orang-orang sepakat menghubungi ordo exorcist untuk pemurnian, aku diam-diam menentang sampai kejadian pembunuhan itu mengubah segalanya, dan dia harus dihentikan," ujar Pak Albert, ada rasa sesal dalam suara maupun ekspresi wajahnya.

Cheonyeo Gwishin tertunduk diam, pakaian putihnya berkibar-kibar terkena angin malam. Air mata menetes jatuh membasahi pipinya.

Gray berpikir sesaat, jika bukan dia yang datang, mungkin Cheonyeo Gwishin akan dilenyapkan saat itu juga.

"Aku tak bisa membantumu, tapi memang manusia tidak bisa mengendalikan mahkluk dunia lain tanpa ada risiko yang menyertai. Kau tak boleh membunuh arwah karena ia akan menjadi budak iblis di neraka nanti, kalau kau berkenan aku akan melepaskan ikatan kalian, dan memurnikan arwah Cheo..."

"Namaku Jeon Saerom, aku merasa berdosa tentang apa yang kulakukan, jika itu menurutmu benar, aku akan menurut apa yang terbaik untuk kalian semua," timpal Cheonyeo Gwishin penuh rasa sesal.

"Tapi, apa kau yakin?" kata Pak Albert cemas.

Saerom tersenyum simpul. "Tak apa, aku sudah merepotkanmu selama ini, aku sudah membunuh pria itu, dan aku tidak dendam kepadamu karena kau pria yang bertanggungjawab, kembalilah pada kehidupanmu, aku berterima kasih atas segala upayamu untuk diriku selama ini," hantu wanita tersebut meneteskan air matanya lagi.

Pak Albert tahu dia tak bisa menahan lebih lama, dia hanya bisa menunduk sedih.

Gray menghunus pedangnya lagi, dia menyuruh Saerom menyentuh bilahnya.

"Apa kau siap?"

Saerom mengangguk penuh percaya diri.

"Mungkin kau akan mendapat hukuman atas perbuatanmu, tapi kau telah mengakui kalau itu dosamu, jadi mungkin saja kau akan mendapat ampunan" kata Gray menjelaskan.

Saerom membalas tersenyum tipis.

Gray merapalkan mantra dalam bahasa latin. Ketika dia selesai, tubuh Saerom berdenyar menyilaukan. Saerom tersenyum melambaikan tangan kepada Pak Albert. Sedetik kemudian dia lenyap begitu saja.

Gray menyarungkan pedangnya lagi, dia kembali menghela napas panjang. Malam ini benar-benar menguras tenaganya.

"Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Pak Albert.

"Aku tidak tahu, Tuhan memiliki rencananya sendiri, kita hanya bisa berharap dan berdoa, semoga dia mendapat surgaNya kelak nanti," ujar Gray membaringkan diri di sofa. "Malam ini aku akan tidur di sini, besok pagi aku akan kembali menemui dirimu untuk menagih tagihannya, terima kasih" setelah itu Gray menutup matanya, lelap dalam tidurnya. 

Pak Albert mengucapkan terima kasih, lalu dia pergi meninggalkan Gray sendirian di atas atap. Malam ini mungkin, salah satu malam berat yang  dilalui oleh Gray, tapi ketika dia membuka matanya, dia akan tersadar kalau malam ini akan dirindukannya di kemudian hari.

Continue Reading

You'll Also Like

5.1K 605 49
[park sunghoon fanfict] ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤㅤ𝐁𝐎𝐎𝐊 𝐈𝐈 : 𝐃𝐈𝐀𝐑𝐘 𝐎𝐅 𝐖𝐈𝐋𝐋𝐈𝐀𝐌. 𝐓entang seorang anak Netherland yang tidak pernah tercatat didala...
2.5K 320 12
Follow sebelum baca cerita ini 👓QUAREL MY AROGAN BOYFRIEND Jadi untuk kalian yang ingin membaca cerita ini, harap baca cerita My Arogan Boyfriend k...
176K 20.6K 20
Semuanya berlalu seperti biasa. Langit biru, mentari yang indah, semilir angin yang menyejukan, nyanyian burung gereja, semua nampak indah di pagi it...
51.3K 6.5K 31
-Paranormal - Kontemporer Fantasy- 16+ "Bukan! Bukan seperti itu. Lihat caraku melakukannya." Seperti mengajarkan seorang balita, Zac harus mempe...