Haiiii
Moshi-moshi
Anyeonghaseo
Apokabar
Agakareba
Peuhabba
Piye kabare
Tambahkan bahasa kalian yaa, hhaa
Lanjut jut jut jutt...
***
Niatnya hari ini Reza ingin mempertemukan Henny dan makhluk yang bernama Henry sekarang adalah untuk mendamaikan keduanya. Setelah, kejadian kemarin Reza tahu bahwa ada kesalah pahaman antara Henry dan Henny.
Untuk itulah Henny berada di rumah ini pagi-pagi sekali. Reza yang menjemput Henny untuk ikut dengannya dengan alasan akan membawa Henny kesuatu tempat yang menyegarkan. Mendengar tawaran itu Henny setuju karena memang setelah kejadian kemarin dirinya benar-benar merasa frustasi.
Henny menghirup udara yang sejuk, nan asri. Dia melihat mangga-mangga bergelantungan siap untuk dipetik.
"Loh, si Mbak niki sinten?" suara Mbok Darmi memecah keheningan Henny, Henny menoleh mendapati seorang wanita tua. Namun, masih gagah itu tersenyum kepadanya.
Meskipun sempat lama tinggal di Yogya. Kosakata bahasa Jawa Henny tidak begitu banyak apalagi bahasa yang digunakan adalah bahasa sopan atau krama. Yang Henny tahu beberapa kosakata umpatan seperti, 'ta pancal ndasmu' 'lambemu cuk' 'gundulmu kui' atau kosakata yang menyangkut hati semisal, 'kulo tresno karo koe' 'isih tresno sliramu' hanya kata-kata seperti itu, selebihnya Henny bisa menjawab dengan senyuman manisnya.
"Oh, maaf Ibu saya temannya, Mas Reza," Henny memperkenalkan dirinya meskipun dia tidak bisa bahasa Jawa krama. Setidaknya, dia pernah mendengar kata-kata seperti itu, waktu dia nonton Dunia lain. Ketika roh halus memasuki raga peserta Uji Nyali, Ustadz akan bertanya sambil memegang kepala orang yang kesurupan,
"Panjengan Sinten?" si Ustadz bertanya. kemudian si peserta yang kesurupan langsung bernyanyi.
"Eta terangkanlah, eta terangkanlah."
Si Ustadz dan Roh halus itu ternyata roaming. Cerita selesai.
"Oh ngunu, monggo masuk, Mbak," ajak Mbok Darmi. Henny mengekori dari belakang dan masuk ke dalam rumah itu.
Karena sampai sekarang Reza belum muncul setelah pamit untuk masuk ke rumah, Henny lebih memilih mengikuti mbok Darmi ke dapur, mbok Darmi tadi terlihat membawa sayur-sayuran yang segar.
"Loh, kok malah ke sini, Mbak, udah tunggu saja Mas Rezanya di depan."
"Hehe, nggak apa-apa, Bu. Jadi apa yang bisa saya bantu?" tanya Henny dengan semangat. Walaupun dia tidak begitu ahli dalam memasak namun bukan berarti dia tidak bisa membantu.
"Yaudah, bantuin Mbok aja nih kupasin sama potong-potong wortel sama kentang," Mbok Darmi memberikan Kantong kresek berisi Wortel dan kentang kepada Henny kemudian memberi pisau dan mangkuk plastik untuk menaruh wortel dan kentang yang sudah di kupas.
Henny mengangguk lalu dengan semangat empat lima dia memulai kegiatannya. Sementara mbok Darmi mengiris-ngiris ayam dan beberapa bahan lainnya.
"Mbok, Si Reza mana?"
Henny mendengar ada suara yang dikenalnya disini. Sehingga telunjuk tangan kirinya yang tak sengaja terkena mata pisau menghasilkan cairan merah yang kental, menetes di atas talenan.
"Elo?" teriak Henry kaget. Henny menundukkan wajahnya dia tidak tahu harus bersikap seperti apa, dia menyembunyikan lukanya agar tidak terlihat oleh Henry.
"Ngapain lo ada di rumah gue?" tanya Henry mendekati Henny dengan suara dingin. bahkan Mbok Darmi sekarang sudah tak berkutik dia terdiam seribu bahasa.
Baru pertama kali dia melihat majikannya mengeluarkan aura orocimaru di film anime yang sering dia tonton sebelum magrib.
"Tadi gue yang ngajak dia ke sini." Tiba-tiba Reza muncul dari sebuah kamar, kini penampilan Reza sudah fresh mungkin tadi Reza sedang mandi, makanya lama.
"Ngapain lo ngajak dia ke sini?" kini Henry sudah menatap Reza dengan tatapan marah. Reza hanya tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke arah Henny, wanita itu masih tertunduk seolah ada yang menarik di lantai.
"Maaf, sebaiknya saya pulang," Henny langsung berlari meninggalkan dapur.
Reza mengejar Henny, sementara Henry menatap lantai yang tadi tempat untuk Henny berpijak. Di sana ada tetesan darah, meskipun hanya setetas, namun, Henry tahu kalau itu darah manusia buka darah Ayam yang sedang di potong-potong Mbok Darmi.
'Darah? Lagi ga sedang Tembuskan tu anak?' Henry menatutkan alisnya.
Kemudian dia mencari sesuatu di dalam kotak P3K yang ada di ruang tengah rumah itu, mengambil sesuatu.
"Lo mau pulang pake apa, Hen?" tanya Reza begitu sudah berhasil menahan Henny untuk melangkah lebih jauh.
Henny terdiam melihat suasana rumah yang memang jauh dari jalan raya.
"Mas Reza, kok ngga ngomong kalau aku malah diajak ke rumah Pak Henry?" Henny menatap Reza sendu.
Reza merasa tak enak hati, salahnya dia membiarkan Henny untuk waktu yang lama tadi.
"Maaf ya, gue niatnya baik kok." Reza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Bodoh!" sinis Henry tiba-tiba menginterupsi omongan mereka berdua. Henny mendengar dengan jelas umpatan Henry yang mengatainya bodoh.
Dia tak terima namun untuk sekedar membalasnya saja Henny tak punya nyali, dia merasa sekarang dia bermetamorforsis menjadi wanita bernyali ciut. kemana Henny yang selalu cablak dan akan berkata sesuka hati kalau tak suka.
Henry langsung menarik tangan Henny sebelah kiri. Henny terdiam bahkan dia merasa jantungnya sedang berdegup kencang, dengan cepat Henry menempelkan sebuah hansdsaplas berwarna coklat di jari telunjuk Henny.
Reza yang melihat itu merasakan ada sengatan listrik yang membuatnya tak terima melihat perlakuan Henry kepada Henny,
Setelah memasangkan handsaplas itu Henry sempat berkata sebelum melangkah.
"Ini ga gratis." Ada seringai di raut wajah itu, Henny bergidik ngeri melihatnya.
"Terimakasih!" dengan tulus Henny tersenyum meski senyum itu tak dilihat oleh Henry. Reza menatap Henny penuh dengan rasa penasaran.
"Ayok, gue anterin pulang," Reza langsung bersuara, dia mengurungkan niatnya untuk mendamaikan Henry dan Henny setelah melihat kejadian so sweet yang dilakukan Henry untuk Henny.
Henny mengangguk dan mengikuti Reza, Reza membukakan pintu untuk Henny, dan perlakuan ini sungguh manis bagi Henny. Tak hanya manis namun romantis.
"Maafin gue ya, awalnya tadi gue emang mau buat lo sama Henry damai." Reza nyengir kuda menampilkan giginya yang putih nan rapi.
"Udahlah Mas nggak usah dibahas lagi," jawab Henny santai, tapi terdengar aneh ditelinga Reza.
"Boleh gue tahu kesalahpahaman seperti apa yang terjadi antara lo dan Henry?" Reza menjalankan mobilnya dengan pelan, Kesempatan dalam kesempitan, modus dikit tidak apa-apa. Prinsip Reza.
"Ya gitu deh, entahlah ya pokoknya gue kesel banget sama yang namanya Henry dia itu nyebelin, semena-mena, semaunya aj-" Belum selesai melanjutkan omongannya Henny tersadar bahwa dari tadi dia mengatai Henry yang notabenenya sahabat Reza. Henny tersenyum tak enak.
"Hehe, lo belum kenal dekat aja sama dia." Reza fokus ke jalanan.
Beberapa menit terdiam, Henny tiba-tiba teringat ketika Henry meraih tangannya, ada sesuatu yang membuat Henny langsung menyadarinya, dan dengan cepat dia menggelang pelan.
'Ga boleh Henny, sadar woi sadar!'
"Lo nggak apa-apa, Hen?" Reza menyadarkan Henny dari pikirannya yang sedikit aneh, wanit itu menatap Reza dalam, seolah mencari sesuatu disana.
Henny baru menyadari kalau lelaki di sebelahnya itu memiliki anak mata yang cokelat dan senyuman yang menenangkan bukan seperti senyum Henry yang sekalinya senyum malah penuh dengan teka-teki.
"Aku nggak apa-apa kok, Mas!" ketus Henny kenapa setiap saat cuma pertanyaan itu yang tercetus dari mulut Reza.
"Kezel deh, bisa kan nggak nanya aku nggak apa-apa," lanjut Henny lagi, sementara Reza sudah senyum-senyum tidak jelas. Betapa ingin sekali Reza mencubit pipi tembam milik Henny.
"Habisnya gue takut kalau lo kesambet hantu pohon mangga di depan rumah Henry tadi."
"Hah? Apaan sih kok jadi bahas hantu," suara Henny terdengar seperti orang ketakutan namun dia langsung berdehem agar Reza tidak tahu kalau dirinya adalah seorang yang penakut dengan hal-hal seperti itu.
"Serius gue nggak becanda, penunggu pohon mangganya janda loh." Reza kembali bersuara sekarang dia tidak bisa menahan tawanya sendiri karena dia teringat Mbok Darmi yang membahas Janda disaat Reza sedang tertarik pada Mangga.
"Ck." Henny berdecak kemudian dia seolah menulikan telinganya agar tak mendengar kelanjutan cerita Reza mengenai Hantu Janda itu.
"Hahaha." Akhirnya tawa itu pecah, sementara Henny hanya terdiam sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
'Sebenarnya gue apa lo sih yang kesambet?' Henny bergidik ngeri.
***
Next Part yaay
Keep reading Guys ♥♥♥