True Angel ✔️

By scarlettkid

151K 20K 3.6K

[ COMPLETED ] Min Yoongi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan anak dari kelas sebelah, Son Seungwan. Sej... More

01 - Pindah Kelas
02 - Bioskop
03 - Keputusan
04 - Dua Pihak
05 - Hari Libur
06 - Valentine
07 - Ulang Tahun
08 - Hilang
09 - Bandara
10 - Kembali
11 - Sakit
12 - Cemburu
13 - Turnamen
14 - Ketahuan
15 - Emosi
16 - Say Yes
17 - Perubahan
19 - Hukuman
20 - Daegu
21 - Mark
22 - Semester Baru
23 - Perjuangan
24 - Adrenalin
25 - Dukungan
26 - Pilihan
27 - Toronto
28 - Kerja Keras
29 - Argumen
30 - Selesai
31 - Bagian yang Hilang
32 - Reuni
33 - Deklarasi
34 - Terakhir
35 - From Scarlettkid

18 - Bersama

4.1K 525 73
By scarlettkid

[ Chatroom with Mark ]

Mark: Selamat ye

Mark: Akhirnya jadian juga sama Suga

Wendy: Thank youuuuu hehehe

Mark: Gua juga bilang apa

Mark: Ada yang lebih baik dari gua di luar sana

Wendy: Iya iya ih ngga usah sok bener deh

Wendy: Kok belom tidur, sih?

Wendy: Udah malam kan, di LA?

Mark: Iya udah sepi banget

Mark: Kabarin gua lagi kalo ada yang penting

Wendy: Dasar hehehe good night, have a sweet dream

Seungwan menatap layar ponselnya sekilas sebelum memasukkan benda canggih itu ke dalam tasnya. Hari ini adalah hari terakhir ujian akhir semester. Seungwan sedang menunggu Yoongi di kelas. Laki-laki itu sedang berkumpul bersama anggota klub basket untuk membahas rencana selama liburan. Tipikal Yoongi, laki-laki yang tidak bisa lepas dari basket sehari saja.

Satu per satu temannya mulai meninggalkan kelas, setelah ini mereka bisa sedikit bersantai karena liburan kenaikan kelas. Laporan belajar semester akan dibagikan besok dan cukup orang tua yang datang ke sekolah. Seungwan sudah meminta ibu Yoongi untuk menjadi wali muridnya. Biasanya supir Seungwan lah yang akan mengambil laporan belajar semester miliknya.

"Wendy," sapa seseorang membuat kepala Seungwan segera mencari sumber suara. Ada seorang gadis berdiri di pintu kelasnya dan tersenyum padanya.

"Jiae!" Seungwan segera berlari kecil menuju anak kelas XI – 1 itu. "Ada apa?"

Yoo Jiae ternyata tidak datang sendirian. Ada laki-laki bernama Park Jimin di belakangnya, yang Seungwan yakin adalah anggota klub basket. Yoo Jiae membawa beberapa kertas bersamanya dan tatapannya seakan sedang mencari seseorang.

"Suga masih di lapangan basket?" tanya Jiae cepat.

Seungwan terdiam cukup lama sebelum mengangguk. Baru kali ini ada gadis lain selain temannya di kelas XI – 2 yang bertanya tentang Yoongi. Tapi Seungwan berusaha tidak memikirkannya dengan serius karena Yoo Jiae adalah teman sekelas Yoongi dulu, sebelum laki-laki itu pindah ke kelas Seungwan.

"Tolong berikan kertas ini pada Suga, aku harus pulang sekarang," kata Jiae setelah itu memberikan satu lembar kertas pada Seungwan. "Jimin, aku serahkan sisanya padamu, ya. Tolong berikan ke semua anak kelas satu."

Park Jimin menerima kertas dengan senyuman lebar. Gadis bernama Yoo Jiae itu kemudian kembali ke kelasnya dan pulang secepat kilat. Sedangkan Seungwan masih terdiam di tempatnya, ada sedikit rasa penasaran di hatinya.

"Kertas ini untuk semua anggota klub basket?" tanya Seungwan pelan.

Park Jimin mengangguk. "Iya, ini estimasi biaya untuk latihan selama liburan. Semua yang ikut basket dapat, kok. Itu Jiae nuna ketua dari basket putri. Makanya dia mondar-mandir bawa kertas ini."

Seungwan mengangguk. Matanya beralih pada kertas yang dibawanya. Mulai minggu pertama liburan semester, anggota klub basket akan pergi ke Pulau Jeju untuk latihan khusus bersama atlit profesional. Apa Yoongi akan ikut? Karena laki-laki itu berkata ia akan pergi ke Daegu bersama keluarganya.

Tapi yang membuat Seungwan lebih sedih adalah karena Yoongi juga tidak bisa ikut serta dalam rencana liburan Seungwan bersama teman-temannya. Tadi Seungwan bersama Seulgi, Krystal, Mijoo, Hyeri, Kai, dan Mino memutuskan rencana untuk berlibur bersama di Busan.

"Gua udah sering denger cerita soal nuna selama di klub. Suga hyung beruntung banget dapat nuna. Selamat ya," ujar Jimin berhasil membuat Seungwan tersipu malu. "Jangan lupa berikan kertas itu pada Suga hyung. Makasih."

Seungwan hanya terdiam saat laki-laki bernama Park Jimin itu pergi dari hadapannya dan berlari kecil menuju tangga. Ia kembali ke bangkunya kemudian membaringkan kepalanya di meja. Pikirannya masih ada di Yoongi. Mengapa Yoongi lama sekali? Jiae dan Jimin saja sudah kembali dari pertemuan anggota klub basket. Apa yang sedang Yoongi lakukan?

Setelah menunggu sekitar dua puluh menit, Yoongi menampakkan diri di kelas. Laki-laki itu tersenyum saat melihat Seungwan yang masih ada di bangkunya. Dengan santai Yoongi menghampiri gadis itu, tangannya mulai mengusap rambut Seungwan.

"Lama?" suara Yoongi berhasil membuat Seungwan mendongak kemudian duduk tegak. "Tadi ada yang nyariin?"

Seungwan mengangguk. "Tadi Jiae dan Jimin ke sini, aku dikasi kertas."

Seungwan menyerahkan kertas yang ia dapat dari Jiae pada Yoongi. Laki-laki itu membaca tulisan di kertas dengan tatapan penuh arti. Kemudian tatapan Yoongi beralih padanya. "Kamu udah baca juga?"

"Sudah, sekilas," sahut Seungwan. "Oh iya, tadi nilai ujian akhir diumumkan waktu kamu ke lapangan basket."

"Pasti nilai matematika dan fisikaku lebih tinggi dari punyamu, kan?" tanya Yoongi sambil tersenyum.

Seungwan tertawa. "Iya. Nyebelin sih tapi bener juga. Nilai bahasamu juga lebih tinggi dari punyaku."

"Beneran? Hahaha," Yoongi tertawa. Ada perasaan bangga tersendiri saat mendapat nilai yang lebih tinggi dari Seungwan. Percayalah, tidak hanya Yoongi yang merasa seperti ini. Semua laki-laki akan senang jika mendapat nilai lebih tinggi dari pacar sendiri. "Mau pulang sekarang?"

"Iya, yuk?" kata Seungwan penuh semangat sambil mengambil tas dari belakang kursinya.

"Sebelum itu, Wen. Kamu ngga mau cium aku?" tanya Yoongi penuh harap tapi Seungwan menggeleng cepat. "Ayolah, udah hampir seminggu kita ngga ciuman. Kenapa kamu ngga nyerah aja sih?"

Seungwan tertawa lagi. "Apaan sih, aku ngga mau kalah ya. Puasa ciuman kita masih berlaku. Kalau kamu mau udahan, kamu aja yang cium aku. Tapi siap-siap ada hukumannya."

Yoongi memutar bola matanya. "Iya, iya. Nasib jelek banget dapat pacar keras kepala."

"Kamu bilang apa?" tanya Seungwan membuat Yoongi langsung menggeleng. "Tadi kamu kenapa lama banget, sih? Jiae sama Jimin juga ikut kumpul bareng anak basket, kan? Kok kamu baliknya belakangan?"

Mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Seungwan, Yoongi justru hanya diam. Ia mengambil tasnya dan menunggu Seungwan untuk mengomel padanya. Tapi Seungwan hanya menatapnya sebal. Gadis itu bahkan makin mempererat tangannya yang menenteng tas. Yoongi mendengus kesal, mengapa Seungwan tidak bisa bersikap manja padanya. Yoongi ingin sekali membawakan tas Seungwan agar gadis itu tidak perlu membawa barang berat, tapi lihatlah. Seungwan justru makin memperkokoh pertahanannya.

Yoongi tetap tidak bicara dengan Seungwan hingga mereka sampai di tempat mobil Yoongi parkir. Yoongi masuk ke dalam mobil, diikuti Seungwan yang segera duduk di bangku sebelahnya. Tangan Seungwan dengan cepat beralih dari tas sekolahnya ke boneka Kumamon yang menjadi penghuni setia mobil Yoongi.

"Besok kamu ada acara pergi?" tanya Yoongi sambil memasang sabuk pengaman. "Kalo ngga ada aku mau ajak kamu nge-date."

Ya, Min Yoongi mulai beraksi. Ia sudah tidak tahan karena hampir seminggu ia tidak mendapat ciuman dari Seungwan. Tapi Yoongi tidak mau kalah dalam puasa ciuman ini. Yoongi harus menyusun strategi agar Seungwan mau menciumnya terlebih dahulu.

"Besok aku ngga bisa," jawab Seungwan dengan nada bersalah. "Kamu tau kan aku dan anak-anak mau liburan ke Busan? Besok, aku dan Seulgi mau belanja di mall untuk cari pakaian selama liburan. Kalau belanjanya cepat mungkin kita bisa pergi."

Yoongi berpikir keras sebelum akhirnya berkata, "Jam berapa aku jemput kamu? Kan aku yang ngantar."

Seungwan berpikir sejenak. "Jam 11, sih. Aku usahakan ngga lama, ya. Biar kita bisa nge-date juga."

"Lama juga ngga apa. Anggap aja nge-datenya aku nemenin kamu sama Seulgi belanja," sahut Yoongi.

Seungwan menggeleng berkali-kali seakan-akan ia menolak tawaran dari Yoongi. "Ngga usah, aku sama Seulgi mau beli barang penting. Kamu ngga boleh tau."

Yoongi bingung. "Barang apaan?"

Dengan malu-malu Seungwan menjawab, "Baju renang. Kamu ngga boleh lihat, pokoknya ngga boleh."

Yoongi mencibir. Ia mendekatkan wajahnya pada Seungwan. "Tapi kan aku ngga bisa lihat kamu pakai baju renang soalnya aku ada latihan di Jeju. Terus aku juga bakal ke Daegu."

Seungwan menepuk kepala Yoongi dengan lembut. "Iya deh, kamu boleh ikut. Tapi ngga boleh masuk ke dalam tokonya, ya? Aku usahain pilih baju renangnya yang cepat biar kita bisa pergi bareng habis itu."

Yoongi mengangguk sebagai tanda persetujuan. Seperti biasa ia mengantar Seungwan menuju rumahnya dan gadis itu mengingatkannya kembali untuk datang menjemputnya besok tepat pada jam sebelas siang. Setelah itu Yoongi pulang menuju rumahnya sendiri.

Di rumah, Yoongi merenungkan hasil diskusinya dengan pelatih basket. Alasan Yoongi berlama-lama di lapangan basket adalah karena Yoongi telah berdebat panjang dengan sang pelatih. Yoongi meminta agar ia tidak perlu ikut ke Pulau Jeju bersama tim basket.

Yoongi mati-matian memohon pada pelatih basketnya demi Seungwan. Ya, demi Seungwan. Yoongi tahu bahwa liburan kali ini akan menjadi liburan pertamanya dengan Seungwan. Sebelum Yoongi dan keluarganya pergi ke Daegu, Yoongi ingin menghabiskan waktu bersama Seungwan. Akhirnya ia harus memilih apakah akan ikut bersama Seungwan dan teman-temannya ke Busan atau pergi ke Pulau Jeju untuk mengikuti latihan bersama anak basket.

Setelah berpikir cukup lama, Yoongi memutuskan untuk memilih Seungwan. Dan saat Yoongi menjelaskan hal itu pada pelatihnya, Yoongi justru mendapat penolakan yang tegas. Karena Namjoon, Joohyuk, dan Jackson yang juga anggota basket di kelasnya memilih untuk ke Pulau Jeju. Yoongi yang memilih unuk tidak ikut dianggap egois oleh sang pelatih.

Pintu kamar Yoongi diketuk dan muncullah sang kakak. "Dek, gua udah selesai mandi. Kamar mandinya kosong."

Yoongi mengangguk cepat. Di rumahnya, ia dan keluarganya terbiasa mandi secara bergilir. Sesekali Yoongi memilih untuk mandi di sekolah agar ia tidak perlu mengantri lama di rumahnya.

"Dek, besok lu kosong? Boleh minta tolong?" tanya kakak Yoongi kemudian menyerahkan dua lembar tiket pada Yoongi. "Besok temen gua ada yang main baseball terus minta difotoin. Tapi gua kaga bisa datang soalnya mau pergi bareng pacar."

Yoongi mengangkat bahunya. "Besok siang gua juga ada acara sama Wendy, mau nemenin dia belanja."

Kakak Yoongi melipat tangannya di dada. "Pertandingannya sore, dek. Dateng, ya? Gua kaga enak sama temen gua. Udah dikasi jersey baseball segala. Besok lu sama Wendy yang dateng, ya? Gua bakal kabulin apapun permintaan lu."

Yoongi mengangkat alisnya. Sebuah ide cemerlang terlintas di benaknya. "Apapun?"

"Apapun, dek. Asal lu besok mau lihat pertandingan itu. Pake jersey dan bawa kamera buat fotoin teman gua. Ntar gua kasitau orangnya yang mana, nomor punggungnya berapa," jelas kakak Yoongi. "Cepet bilang permintaan lu apaan."

Yoongi tersenyum tipis. "Ingat pelatih basket gua, hyung? Yang ngajar hyung basket juga waktu sekolah? Gua pingin hyung adu mulut sama dia."

Keesokan harinya, Yoongi menjemput Seungwan dengan hatinya yang lebih ringan. Pasalnya, kakak Yoongi yang ditakuti oleh pelatih basketnya berdebat lewat telepon sepanjang malam. Kakak Yoongi membela Yoongi mati-matian agar ia tidak perlu pergi latihan ke Pulau Jeju. Bahkan saking lama perdebatan mereka, Yoongi jatuh tertidur.

Yoongi mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Seungwan, memberitahu gadis itu bahwa Yoongi sudah menunggu di depan rumahnya. Yoongi juga memastikan kembali barang-barang yang ada di bangku belakang. Dua jersey baseball untuknya dan Seungwan, jua kamera milik kakaknya.

Tidak lama, pintu mobil Yoongi terbuka dan Seungwan menampakkan diri sambil tersenyum. Yoongi membalas senyuman Seungwan. Percayalah, Yoongi sudah memiliki rencana bagus untuk membuat Seungwan menyerah dalam puasa ciuman mereka.

"Yuk, Ga. Langsung jalan aja, Seulgi juga udah on the way," kata Seungwan sambil mengenakan sabuk pengaman. Gadis itu terlihat santai, ia bahkan tidak sadar sudah ada dua jersey baseball di bangku belakangnya. Seungwan dengan cepat menyalakan pemutar lagu di mobil Yoongi dan menikmati alunan musik yang terdengar.

Sedangkan Yoongi, ia fokus menyetir. Yoongi juga berkali-kali memastikan rencananya hari ini sukses. Hari ini, ia akan mengajak Seungwan nonton pertandingan baseball. Kemudian Yoongi akan membohongi Seungwan dengan berkata bahwa hari ini akan menjadi hari kencan terakhir mereka sebelum mereka bertemu lagi di semester depan. Lalu Yoongi dengan wajah memelas akan meminta Seungwan menciumnya. Rencana yang sempurna.

Mobil Yoongi akhirnya tiba di mall setelah melewati perjalanan selama setengah jam. Seungwan turun dari mobil dan membawa Yoongi menuju tempat ia sudah berjanji untuk bertemu dengan Seulgi. Benar saja, Seulgi terlihat sebal saat melihat Seungwan yang datang bersama Yoongi. Jelas-jelas Seulgi tidak suka karena Seungwan membawa pacarnya. Seulgi menatap Yoongi dalam-dalam dan Yoongi membalas Seulgi dengan tatapan yang dingin.

"Kenapa kalian tatap-tatapan gitu, sih?" tanya Seungwan sambil melihat Seulgi dan Yoongi bergantian. Kemudian dengan santai berkata, "Kalian kayak mau rebutan barang obral aja."

"Nanti gua kasitau baju renang mana yang cocok buat lu ya, Wen," ujar Seulgi sambil menarik Seungwan dari Yoongi.

"Enak aja. Gua yang tentuin buat Wendy," sahut Yoongi tidak mau kalah.

Seungwan yang sedaritadi menjadi objek rebutan akhirnya merasa risih. "Kalian berdua, ih, kayak orang tuaku aja! Denger, ya. Pokoknya Seulgi doang yang boleh masuk ke ruang ganti, Suga ngga boleh. Terus Suga cuma boleh komentar baju renangnya boleh dipake atau ngga. Suga ngga boleh lihat aku pake."

Seulgi loncat kegirangan karena Seungwan jelas-jelas memilihnya dibandingkan Yoongi. Dengan ikhlas, Yoongi membiarkan Seulgi menarik tangan Seungwan dan membawa pacarnya menjauh. Yoongi hanya sedikit khawatir dengan selera Seulgi. Bagaimana jika Seulgi memilihkan pakaian renang yang cukup terbuka pada Seungwan yang masih polos itu? Bisa-bisa Yoongi tidak bisa menahan diri saat di Busan nanti.

Seketika Yoongi ingat bahwa ia harus memberitahu Seulgi tentang keikutsertaanya ke Busan. Tidak mungkin bukan, jika ia tiba-tiba saja muncul saat Seungwan sedang bersenang-senang di Busan bersama teman-temannya? Lagipula Yoongi memutuskan untuk berada di sisi Seungwan untuk setiap harinya selama di Busan.

Seulgi membawa Seungwan dan Yoongi ke dalam toko pakaian renang. Beruntung ada satu pegawai laki-laki yang menjaga toko, membuat Yoongi tidak merasa bersalah untuk ikut masuk ke dalam. Seulgi memilihkan beberapa pakaian renang untuk Seungwan coba di ruang ganti setelah berdiskusi bersama Yoongi. Sebenarnya Yoongi memilih secara asal karena ia tidak mengerti seperti apa bentuk tubuh Seungwan.

Yang penting lu nyaman, Wen. Biar gua yang lindungin lu nanti.

Seungwan akhirnya masuk ke dalam kamar ganti setelah memilih 3 baju renang untuk dicoba. Sementara Yoongi menunggu di kasir dengan bosan. Sudah lama Yoongi tidak menemani seorang perempuan berbelanja, bahkan Yoongi lupa kapan terakhir kali ia menemani ibunya berbelanja. Yang lebih sering pergi belanja sama ibu Yoongi adalah kakak Yoongi.

Yoongi menangkap sosok Seulgi yang keluar dari kamar ganti. Tangan Yoongi bergerak mengayun, meminta Seulgi untuk menghampirinya. Gadis itu terlihat kesal karena kesannya Yoongi menyuruhnya datang bagaikan pelayan.

"Ada apa? Mau berubah pikiran soal baju renangnya?" tanya Seulgi membuat Yoongi mendengus kesal.

"Gua mau bilang kalo gua bakal ikut ke Busan bareng lu dan Wendy," jawab Yoongi datar.

"Serius? Lu kaga ikut latihan basket di Jeju?" tanya Seulgi kali ini dengan matanya yang membulat tidak percaya.

"Iya, gua udah dapat izin juga dari pelatih," sambung Yoongi.

"Gila. Gua denger pelatih basket tuh disiplin banget. Hebat juga ye lu," kata Seulgi mengakui. "Ya udah ntar gua minta Krystal pesenin tiket kereta lebih. Ntar lu tidur sekamar bareng Kai sama Mino, ya. Lumayan deh cowoknya nambah."

"Beres," ujar Yoongi. "Tapi rahasiain dulu dari Wendy. Ntar gua ngomong sendiri ke dia."

Seulgi mengangguk mengerti. "Siap! Udah ya gua mau balik liat Wendy ke kamar ganti."

Yoongi kembali menunggu dalam bosan. Sesekali ia melihat waktu di jam tangannya. Pertandingan baseball akan dimulai dalam waktu tiga jam. Masih ada cukup waktu untuk makan siang jika Seungwan tidak pergi ke toko lain untuk mencari baju renang yang sesuai untuknya.

"Loh, Suga?" sebuah suara yang imut membuyarkan lamunan Yoongi. Di hadapannya sekarang ada Yoo Jiae, temannya dulu di kelas XI – 1 sekaligus anggota basket putri. "Ngapain di sini?"

Yoongi tersenyum tipis. "Nemenin Wendy belanja. Lu sendiri ngapain di sini?"

"Ya beli baju renang, lah! Kan gua mau berenang di Jeju," jawab Jiae antusias. "Eh gua udah denger dari pelatih katanya lu ngga ikut ke Jeju? Gila ya lu, bisa banget bujuk pelatih!"

Yoongi tertawa kecil. "Asal lu tau ye, yang bujuk pelatih itu kakak gua! Lu ingat kan kakak gua yang mana?"

Jiae mengangguk kemudian tertawa. "Ingat, lah! Kata pelatih, kakak lu itu anak paling bandel yang pernah dilatih, kan? Kerjanya ngelawan pelatih mulu. Oh, jadi lu minta tolong kakak lu buat bujuk pelatih?"

"Yoi," jawab Yoongi bangga.

"Pelatih aja udah galak segitunya, gimana kakakmu, ya?" Jiae masih tertawa. "Tapi meski gitu kakak lu ngga pernah galak sama pacarnya, loh."

Yoongi mengernyit. "Tau dari mana?"

Jiae tertawa semakin keras. "Ya tau lah! Kakak lu kan pacaran sama kakak sepupu gua!"

Kali ini Yoongi tertawa. "Sumpah? Kakak sepupu lu kuliah di Hanyang?"

"Iya! Dunia sempit banget, ya? Kakak sepupu gua sering cerita soal kakak lu, Ga. Katanya manja banget sama kakak sepupu gua," cerita Jiae lagi.

"Ya semua cowok juga gitu kali ke pacarnya!" sahut Yoongi masih sambil tertawa.

Yoongi akan selalu tertawa jika ada orang yang membicarakan kakaknya. Sebagai orang yang sudah hapal betul dengan kebiasaan kakaknya, Yoongi selalu tidak bisa menahan tawa saat orang-orang memberi komentar terhadap kakaknya.

Yang tidak Yoongi sadari adalah sedaritadi ada sepasang mata yang menatapnya dengan tajam. Bukan tajam, lebih tepatnya penuh kekecewaan. Pemilik mata itu seakan tidak rela Yoongi bercanda tawa bersama Jiae. Pemilik mata itu adalah Son Seungwan.

"Eh, itu Wendy," kata Jiae sambil menunjuk Seungwan yang sudah keluar dari kamar ganti. "Gua juga mau liat-liat dulu. Sampai ketemu semester depan ya, Ga."

"Oke," balas Yoongi cepat. Kemudian ia membalikkan badannya dan mendapat Seungwan yang sudah berjalan menuju kasir untuk membayar baju renang yang dipilihnya. "Dah selesai? Habis ini mau makan siang?"

Seungwan menggigit bibirnya, ia meletakkan baju renang yang ia pilih di meja kasir. Seungwan sama sekali tidak memiliki semangat untuk membalas pertanyaan Yoongi. Seungwan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dompetnya untuk membayar barang yang ia beli. Ia menghela napas sebelum akhirnya berkata, "Aku ngga lapar, Ga."

Yoongi mengangguk paham. Yoongi kemudian memberi sinyal pada Seulgi bahwa ia ingin mengajak Seungwan pergi berdua saja. Seulgi hanya bisa pasrah melihat Seungwan akhirnya dibawa pergi oleh Yoongi.

"Tapi nge-datenya jadi, kan?" tanya Yoongi pada Seungwan setelah keduanya keluar dari toko pakaian renang.

"Iya, jadi. Emangnya kita mau ke mana, sih? Buru-buru banget, ya? Aku agak ngantuk," jawab Seungwan dengan nada malas.

"Mau ajak kamu nonton pertandingan baseball. Tiket sama bajunya udah di mobil," lanjut Yoongi sambil mengusap rambut Seungwan. Raut wajah Seungwan kembali ceria setelah mendengar kata baseball. "Nanti kamu tidur di mobil aja, ya? Stadionnya lumayan jauh jadi kamu bisa tidur dulu di mobil."

Yoongi segera membawa Seungwan kembali ke area parkir tempat mobilnya berada. Yoongi memberikan jersey baseball pada Seungwan dan menunggu gadis itu berganti pakaian di dalam mall. Sedangkan Yoongi lebih memilih untuk mengganti bajunya di dalam mobil. Ia juga memastikan kembali apa kamera kakaknya siap dipakai atau tidak.

Tidak butuh waktu lama hingga Seungwan kembali dengan memakai jersey dan Yoongi mulai meluncurkan mobilnya menuju stadion. Jarak mall tempat mereka berbelanja dan stadion tempat pertandingan berlangsung adalah tujuh belas kilometer. Yoongi harus ekstra sabar menghadapi jalanan yang cukup padat. Banyak kendaraan berlalu lalang pada hari libur seperti ini.

Seungwan tertidur pulas di bangku sebelah Yoongi dengan sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya. Yoongi merasa lega akhirnya Seungwan lepas dari Seulgi. Ya, Yoongi bahkan tidak rela pacarnya dikuasai perempuan lain. Jika kakak Yoongi terkenal galak, Yoongi sebenarnya terkenal posesif di antara teman-temannya di klub basket. Rasa memonopoli dalam diri Yoongi sangat besar.

Yoongi membangunkan Seungwan begitu mobilnya terparkir sempurna di parkir bawah tanah stadion. Gadis itu merespon dengan cepat saat Yoongi sedikit menggoyangkan tubuhnya. Seungwan belum sepenuhnya sadar, sedikit jiwanya masih ada di alam mimpi.

"Tasnya aku bawain ya?" tawar Yoongi saat tangan Seungwan sibuk mengambil tas dari bawah tempat ia duduk.

"Nggak usah, Ga. Aku bisa sendiri, kok," kata Seungwan memutus harapan Yoongi kemudian segera turun dari mobil.

Yoongi menuntun Seungwan berjalan di depannya menuju tempat penyerahan tiket dan bagian pemeriksaan. Tas berisi kamera milik Yoongi diperiksa, begitu juga dengan tubuh Yoongi. Panitia benar-benar ketat dan tidak ingin ada barang berbahaya yang masuk ke dalam stadion. Sedangkan Seungwan, gadis itu cukup menunjukkan isi tasnya.

Kemudian Yoongi dan Seungwan menuju tempat duduk mereka. Yoongi tidak percaya kakaknya memberi dua tiket tempat duduk VIP padanya. Lihatlah sekarang, tempat Yoongi dan Seungwan duduk sangat nyaman. Bahkan Yoongi yakin meski kemampuan mengambil fotonya biasa saja, hasil foto yang diambilnya pasti akan bagus karena sudut pandang yang sempurna.

Pertandingan dimulai dan seperti biasa Seungwan berubah menjadi semangat. Jujur saja Seungwan tidak mengerti bagaimana aturan atau jalan permainan baseball tetapi melihat pemain yang pergi dari satu tempat ke tempat lain saja membuat Seungwan betah untuk menonton dalam waktu lama. Mata Seungwan mengikuti kemanapun bola pergi.

Sedangkan Yoongi mulai sibuk dengan kameranya, mengambil gambar dari pemain dengan nomor punggung '11'. Kata kakaknya, orang itu adalah orang yang memberikan kakaknya tiket dan sebagai gantinya Yoongi harus mengambil foto orang itu saat sedang beraksi.

Mengambil foto orang yang bergerak dengan cepat bukan sesuatu yang mudah. Yoongi berkali-kali memastikan apa ia sudah mengaktifkan fitur sports mode. Setelah berkali-kali mengambil foto, Yoongi mulai merasa tidak peduli. Salahkan kakaknya yang menyuruhnya untuk mengambil foto! Yoongi hanya ingin menuntaskan tugasnya lalu bersenang-senang menikmati pertandingan bersama Seungwan.

Setelah pertandingan berjalan hingga setengah waktunya, Yoongi memutuskan untuk mengakhiri kegiatan mengambil foto. Yoongi memasukkan kamera ke dalam tasnya kemudian melihat Seungwan yang masih asyik menonton pertandingan sambil memakan hotdog yang entah Yoongi sendiri tidak tahu kapan gadis itu membelinya.

"Mau hotdog juga, Ga? Tadi ada yang lewat gitu, jualan, ya udah aku beli aja. Aku suapin, ya?" tawar Seungwan kemudian Yoongi mengangguk.

Yoongi membuka mulutnya kemudian memakan hotdog dengan matanya yang masih mengamati Seungwan. Demi Tuhan, kapan gadis ini akan bersikap manja padanya? Sebenarnya saat Yoongi mengambil foto, ada sedikit harapan agar Seungwan memintanya berhenti dan menemani gadis itu menonton. Tapi Seungwan sama sekali tidak peduli dengan Yoongi.

Akhirnya babak terakhir alias babak ke-9 berakhir dan kemenangan jatuh pada tim yang menaungi teman kakak Yoongi. Ada sedikit selebrasi oleh para penggemar tim itu tapi Yoongi dan Seungwan memilih untuk segera pulang.

"Masih lapar, Wen?" tanya Yoongi saat keduanya sudah masuk ke dalam mobil.

"Ngga, Ga. Kamu lapar ngga? Kalo iya, makan aja. Aku temenin," kata Seungwan sambil tersenyum.

"Ya kamu ikut makan juga, sayang. Ingat ayah aku bilang apa?" tanya Yoongi lagi kemudian Seungwan tertawa. Tawa yang berharga bagi Yoongi, yang akan membuat Yoongi merasa bersalah jika tawa itu hancur begitu saja. Tapi rencananya harus berhasil. "Lagipula mungkin ini jadi ­date terakhir kita sebelum kita ketemu lagi semester depan."

Benar saja, tawa Seungwan berhenti. Gadis itu mengangguk berkali-kali seakan-akan ingin berkata pada dirinya sendiri bahwa ia akan baik-baik saja. "Ya udah kita makan aja. Cari yang dekat rumah biar sekalian kamu antar aku pulang."

Yoongi menahan senyumnya dan sewajar mungkin membalas, "Sebelum itu ayo cium—"

"Aku paham kok kalau aku ngga berhak bilang gini tapi aku bakal kesepian tanpa kamu, Ga," lanjut Seungwan memotong kalimat Yoongi. "Kamu punya teman-teman kamu di klub basket, kamu punya keluargamu di Daegu. Sedangkan aku sendirian di Seoul."

Segala rencana yang sudah disiapkan hilang begitu saja dari pikiran Yoongi. Apa ia baru saja menyakiti hati Seungwan? Dan Yoongi sangat yakin Seungwan tidak bercanda. Seungwan sedang kecewa padanya.

"Tapi aku bakal hubungin kamu tiap hari," kata Yoongi dengan bodohnya ia terus berbohong.

"Ngga mungkin, Ga. Kamu bakal sibuk main basket di Jeju dan ketemu keluarga di Daegu. Kamu ngga mungkin punya waktu banyak untuk aku," ujar Seungwan apa adanya, tidak ada kebohongan sedikit pun dalam nada bicaranya.

Yoongi merasa telah ditusuk dari berbagai arah. Tidak ada darah yang mengalir, tentu saja. Tapi melihat Seungwan yang berusaha tegar membuat Yoongi merasa ia adalah laki-laki paling tidak tahu diri di dunia. Pacar macam apa yang tidak ada saat Seungwan membutuhkan sandaran?

"Wen, maaf aku bohong," ucap Yoongi lirih.

"Bohong soal apa?" tanya Seungwan cepat.

Yoongi menarik dagu Seungwan mendekat. "Aku bohong soal ke Jeju. Aku bakal ikut ke Busan. Aku bakal nemenin kamu sebelum ke Daegu."

Seungwan menatap Yoongi dengan pandangan tidak percaya. "Tapi tadi kamu bilang—"

"Iya, aku bohong. Aku bohong biar kamu mau cium aku," Yoongi merelakan rencananya gagal. Gadis sebaik Seungwan terlalu rapuh untuk dibohongi.

"Suga bodoh!" seru Seungwan. Gadis itu menarik diri dari Yoongi dan mulai memukul bahu Yoongi berkali-kali. Rasa sakit yang tidak seberapa bagi Yoongi tapi cara Seungwan mengatakan bahwa Yoongi bodoh justru lebih sakit. "Aku udah sedih banget, tau ngga!"

"Maaf, Wen. Aku kangen banget sama bibir kamu," kata Yoongi kemudian Seungwan tertawa. "Jangan sedih lagi, Wen. Aku suka liat kamu ketawa."

Seungwan tersenyum. "Kalo kamu suka liat aku ketawa, cium aku sekarang."

Yoongi takluk. Ia bergerak mendekati Seungwan sebelum akhirnya mencium dan melumat bibir Seungwan. Yoongi dapat merasakan bibir Seungwan yang sedikit tertarik ke atas, gadis itu sedang tersenyum. Seungwan membalas ciuman Yoongi dengan lembut.

"Siapa yang kalah?" tanya Yoongi saat ciuman mereka berakhir.

"Kita seri, Ga. Aku minta kamu cium aku, dan kamu cium aku. Kita sama-sama kalah," jelas Seungwan masih sambil terseyum. "Aku sayang kamu, Suga."

"Aku sayang kamu juga, Wen," bibir Yoongi sekali lagi mendarat di bibir Seungwan. Mengecup pelan bibir yang baru saja menyebut namanya. "Hukumannya nanti aja waktu di Busan."

Seungwan tertawa. "Iya, di Busan aja. Yuk, makan dulu!"

Pada akhirnya tidak ada yang tahu siapa yang lebih keras kepala dan siapa yang lebih lemah. Baik Yoongi maupun Seungwan sedang menikmati waktu dan kebersamaan yang ada. Yang Yoongi tahu, Seungwan sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Tapi yang Yoongi tidak tahu, sepuluh tahun dari sekarang, keduanya tidak bersama lagi. Seungwan adalah badai masa remajanya. Hanya sebatas itu.

.

.

.

Terima kasih sudah membaca Part 18!

Kepanjangan? Sengaja biar kalian puas. Siapa nih yang udah pergi liburan? Wendy sama Suga mau liburan juga hehehe.

Sampai jumpa di Part 19!

Continue Reading

You'll Also Like

151K 7.7K 26
"aku mencintaimu naruto..!!, jadi jangan pergi tinggalkan aku sendiri" bisik sasuke di kuping naruto, yg membuat naruto merinding geli "k-ku mohon...
22.8K 2K 46
Bagaimana bisa aku mengungkapkan perasaanku padamu, kita bagaikan langit dan bumi - Irene . . Aku tidak mau memiliki adik perempuan sepertimu, bisaka...
214K 22.9K 43
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
966 82 17
A story of Berlian and her Teenagers life. Love, Family, Friendship, Puberty, Drama. How she fell, how she learn to go up. How she deals with her pr...