Komisi Disiplin✔

By NadyaWulandari_24

975K 48.7K 3.5K

Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata 'Komdis'? *** Berawal dari keterlambatan seorang muba di h... More

PROLOG
PART 1.1 - HARI PERTAMA SEKOLAH
PART 1.2 - PENGALAMAN BARU
PART 1.3 - SEBUAH RENCANA
PART 1.4 - SEBUAH JEBAKAN
PART 1.5 - LEPAS TOPENG
PART 2 - PENUTUP DAN AKSELERASI
PART 3 - KEINGINAN TANPA PAKSAAN
PART 4.1 - KEHANGATAN SEBUAH KELUARGA
PART 4.2 - PERTEMUAN
PART 5 - LANGKAH AWAL
PART 6 - SANG PENOLONG
PART 7 - TAK TERBALAS
PART 8.1 - PERSIAPAN OLIMPIADE
PART 8.2 - JATUH SAKIT
PART 9.1 - PENGGELEDAHAN
PART 9.2 - PERANG DINGIN
PART 10 - SANG JUARA
PART 11 - BUKU
PART 12.1 - OUTDOOR/TERJATUH
PART 12.2 - PERMAINAN
PART 12.3 - 16&17
PART 13 - KELAS BARU
PART 14 - PENGUNGKAPAN PERASAAN
PART 15 - MASALAH BARU
PART 16.1- PENCERAHAN DARI PARA KOMDIS
PART 16.2 - PENYELESAIAN
PART 17.1 - BELAJAR BERSAMA
PART 17.2 - KETAKUTAN YANG TERAMAT
PART 17.3 - HUKUM ARCHIMEDES
PART 18 - WAWANCARA KEPEMIMPINAN
PART 19.1 - TIKUNG-MENIKUNG?
PART 19.2 - IDOLA PARA WANITA
PART 19.3 - KECEWA
PART 20 - MAAF
PART 21 - MURID-MURID ANEH
PART 23. 1 - RAPAT PENSI
PART 23.2 - PERSIAPAN PENAMPILAN
PART 23.3 - TERSELUBUNG
PART 23.4 - MENYATAKAN CINTA?
PART 23.5 - KEBENARAN
PART 24 - TER-EXPOSE SEMUA
PART 25 - HADIAH LAH!
PART 26 - DISAKITI, LAGI
PART 26.2 - REBUT?
PART 27 - ROMANTIS
PART 27.2 - PARA PENYEMANGAT
PART 27.3 - MENCOBA MENGHIBUR/ROMANTIS?
PART 28 - THOMAS ALVA EDISON
PART 29 - KESAKITAN DALAM KESENDIRIAN
PART 30 - CHECK UP
PART 31 - MAKAN SEBLAK [CFD]
PART 31.2 - SIMPLE DATING [CFD]
PART 31.3 - SKAKMAT!
PART 32 - MENGINGAT MASA LALU
PART 33 - JATUH SAKIT
PART 33.2 - BERMALAM?
PART 33.3 - SARAPAN BERSAMA DAN PENJELASAN
PART 34 - REGENERASI OSIS
PART 35 - BULLYING
PART 36 - PEMBELAAN SEORANG JOVIAN
PART 37 - SURAT UNTUK KAK KOMDIS
PART 37.2 - OTAK KOTOR JOVI
PART 37.3 - CANDAAN
PART 38 - ZIARAH
PART 39.1 - KENCAN
PART 39.2 - MASALAH LAGI
PART 39.3 - ALLEN
PART 40 - SEBUAH RENCANA JAHAT
PART 41 - TENTANG ALLEN
PART 42 - GAUDEAMUS
PART 43 - HADIR
PART 43.2 - PENGANTAR TIDUR
PART 43.3 - MEGGY MEMULAINYA
PART 44 - JANJI
PART 44.2 - JENGUKAN
PART 45 - BIG DEAL
PART 46.1 - PANGERAN DAN PUTRI SEMALAM
PART 46.2 - MASIH TERBAYANG
PART 47 - HARUSKAH BERHENTI?
PART 48 - KEDATANGANNYA
PART 48.2 SAMPAI DI SINI
PART 49 - SESAL DI AKHIR
Part 50 - E N D I N G
EXTRA PART FOREVER ENDING
EPILOG (REAL ENDING)
SEKUEL KOMDIS
GiveAway Kecil2an | YUK IKUTAN
Q&A - I LET YOU KNOW ALL
VISUALISASI
--2--
--3--
INSTAPEDIA 1
INSTAPEDIA 2
MY BABIES
MY BAD ASS HUNKY DUDES
JUST ASKING
EMPTY SPACE
EMPTY SPACE
SPOILER EPILOG OR ANOTHER ENDING VERSION?
Pemenang GA
Lapak Request Cover
LOMBA BIKIN PUISI DI CERITA TPS HADIAH NOVEL DAN PC DL 26 NOV 2022

PART 22 - PRESENTASI

8K 454 9
By NadyaWulandari_24

Menyelesaikan sebuah tugas besar memanglah susah, tapi hasil setelahnya patut dibanggakan. Karena itu usaha.
###

HARI yang ditunggu-tunggu Kayra akhirnya datang juga. Sabtu ini, khususnya anak aksel berada di aula atas. Sebelum dimulai, mereka saat ini berada di sebuah ruangan paling belakang di aula.

Sebagian dewan guru sudah berada di tempat yang sudah disediakan.

Di bagaian paling depan ada meja besar, yang tentunya nanti akan dipakai untuk 10 kelompok anak aksel melakukan presentasi project mereka.

Dua buah OHP sudah menyala di depan dan samping dengan layar berukuran besar.

Kayra tengah berdiri dengan peralatan praktik sudah berada di meja depannya. Berulang kali ia mengatur detak jantungnya yang sedari tadi tidak berhenti berdebar dengan cepat. Sedangkan Jovi tengah mengumpulkan data yang akan dipresentasikan ke depan.

Kayra mengamati akuarium kecil di depannya. Alat pembuktian hukum Archimedes itu tidak lepas dari pandangannya. Perasaannya bercampur aduk. Bagagaimana tidak? ini adalah kali pertamanya dan hal penentu bagi anak aksel. Di hadapan dewan guru mereka harus mejelaskan apa yang mereka bahas.

Dilihatnya di kanan kiri juga seperti itu, sembilan kelompok tengah mempersiapkan alat dan bahannya tidak terkecuali Raka.

Yah, sejak kejadian hari Kamis kemarin, Kayra sangat canggung dengan Raka. Cowok itu juga sepertinya sama. Namun lebih pandai menyamarkan perasaannya di hadapan teman sekelasnya.

Sikap Kayra tetap sama dengan Raka. Selalu baik.

Beberapa saat kemudian seseorang berdiri di sampingnya. "Semangat!" katanya. Kayra menoleh dan ternyaa itu Dion.

Ia tersenyum tipis pada ketua OSIS itu.

"Iya," balasnya.

"Jangan gugup dong, pede aja. kan ada Jovi juga," ujar Dion lalu menyugar rambutnya sekilas.

"Yaudah, Kakak ke sana dulu."

Dion berlalu menuju meja tempatnya dan putri menaruh alat dan bahan praktik.

Kayra mengembuskan napasnya pelan. Lalu menoleh ke kanan, dilihatnya Jovi berjalan ke arahnya.

Jika dilihat dari kejauhan pun Jovi tetap... Tampan.

Kayra menggeleng geli jika membicarakan ketampanan Jovi yang menurutnya mirip dengan artis idolanya itu.

"Hei!"

"Udah selesai dikumpulin?"

Jovi mengangguk.

"Dimulainya masih lama apa gimana Kak?" tanya Kayra.

"Lima menit lagi," kata Jovi sambil melihat jam tangan hitam yang melekat di pergelangan tangan kirinya.

Kayra manggut-manggut.

"Kak Jo mau kamu nanti santai aja, nggak usah gugup. Karena Kak Jo tahu kamu pasti bisa," ujar Jovi pelan.

"Hmm."

Jovi menggenggam tangan kanan Kayra. "Kak jo percaya kamu, ini juga buat menguji kepercayaan diri. Siapa tahu, tahun depan lebih dari ini project-nya."

"Udah dong, jangan murung gitu, senyum nih, kayak Kakak!" kata Jovi sambil tersenyum lebar.

Kayra terkikik geli. Baru kali ini Jovi tersenyum lebar dan mengembang. Dan kelihatannya aneh saja.

"Gitu dong!"

Kayra tak henti-hentinya terkikik.

Sedetik kemudian Jovi mencondongkan wajahnya ke samping telinga gadis itu.

"Kak Jo suka gaya rambut kamu," bisiknya.

Kayra melotot. Jadi Jovi peka.

Ia kira Jovi akan mencibirnya.

Jovi tersenyum manis kemudian.

Hah... kenapa udara serasa sedikit dan wajahnya tiba-tiba memanas seketika.

***

Saat ini semua anak aksel tengah menata peralatan mereka di meja samping tempat duduk para guru. Begitupun dengan Jovi dan Kayra.

Mayra melihat sekilas ke arah luar jendela. Dilihatnya di lapangan ada beberapa anggota OSIS yang mungkin sedang melaksanakan tugas. Yah, anggota OSIS minggu-minggu ini disibukkan dengan acara big pensi yang tinggal semingguan.

"Kak Jo, nanti yang maju duluan siapa?" tanyanya.

"Nanti langsung diacak, jadi siap nggak siap harus maju," jelas Jovi.

Kayra mengangguk paham.

Dan saat itu pula Pak Vicky yang mungkin akan menjadi pembawa acara mulai mengucapkan sambutan. Semua anak aksel duduk di kursi bagian belakang para dewan guru.

Kayra dan Jovi duduk bersebelahan.

Setelah beberapa menit mendapat sambutan dari kepala sekolah, Pak Vicky mulai menyebutkan urutan presenetasi.

"Dengan rasa bangga yang kita miliki, kami memanggil saudara Jovian dan Kayrasya untuk maju memulai presentasi yang pertama."

Deg

Seketika Kayra gemetar. Lalu bangkit dari duduknya, begitupun Jovi.

Semua yang datang bertepuk tangan.

"Nggak usah takut," ujar Jovi pelan. Mereka berjalan ke depan kiri untuk memasangkan microphone di pipi mereka masing-masing. Sedangkan beberapa panitia yang tidak lain anak OSIS membantu membawakan peralatan presentasi mereka.

Beberapa saat kemudian microphone sudah dipasang. Dan OHP pun sudah menyala.

Mereka berdiri berdampingan.

"Siang semua. Di sini kami akan mempresentasikan project kami. Karena bidang study kami fisika, karena itu kami akan mempresentasikan sebuah teori. Yaitu hukum Archimedes," ujar Jovi mengawali presentasi.

Tepuk tangan bangga sangat terlihat dari para dewan guru.

"Dan saya, Kayrasa juga akan mempresentasikan hasil project kami dengan menggunakan beberapa macam percobaan," ujar kayra.

Kemudian mereka pun memulai presentasi.

***

Setelah sekitar setengah jam an mereka bergelut pada penjelasan teori dan pemraktikan hukum Archimedes, saat ini adalah sesi pertanyaan yang akan dilontarkan oleh beberapa dewan juri.

Jurinya tidak lain yaitu beberapa guru dan juga anak aksel sendiri.

Mereka menghadap ke depan, ditatapnya semua melihat ke arah mereka. Kayra mencoba bersikap setenang mungkin.

Sedangan Dion terlihat tersenyum jahil. Ketua OSIS itu duduk dengan satu kaki ditumpukan di yang satunya.

Kemudian seorang guru berdiri dengan membawa mic.

"Untuk penjelasan sangat jelas dan bahan presentasi membuat hal yang disampaikan begitu jelas. Dan sekarang saya mau memberi pertanyaan untuk kalian."

Mereka berdua mendengarkan guru itu dengan hikmat.

"Untuk Kayrasya, jawab pertanyaan saya lalu kerjakan di papan tulis beserta penjelasannya." Bu Lita berkata.

Kayra mengangguk antusias.

"Sebuah batu bermassa 800 gram, ketika ditimbang di dalam air beratnya 6,5 N. Berapa besar gaya Archimedes yang bekerja pada batu tersebut?"

Dengan cekatan Kayra menuliskan apa yang ditanyaan dan mulai mengerjakan dengan rumusnya. Jovi mengamati sambil manggut-manggut semu.

Semua sudah ditulis, Kayra mulai menerangkan dengan mic yang menempel di pipi kanannya.

"Pertama, saya ubah satuan gram ke kilogram. 800 gram menjadi 0,8 kilogram. Dan percepatan gravitasi adalah 10 m/s kuadrat.
Lalu berat zat cair di udara sama dengan m.g. Jadi 0,8×10 sama dengan 8 N. Dan untuk gaya archimedesnya yaitu seperti, berat zat cair di udara dikurangi berat di air. 8 N - 6,5 N sama dengan 1,5 N. Jadi gaya archimedes yang terjadi pada batu adalah sebesar 1,5 Newton," jelas Kayra panjang lebar sambil menunjukkan hasil kerjaannya di papan tulis putih di belakangnya.

Beberapa dewan guru yang menjadi juri manggut-manggut. Lalu menuliskan sesuatu pada kertas yang mereka bawa.

Lalu seorang guru laki-laki berdiri. Ia akan memberi pertanyaan sepertinya.

"Dan sekarang untuk Jovian. Saya tahu, mungkin menurut kamu mudah. Karena itu saya ingin kamu menjawab dalam waktu kurang dari satu menit! Tanpa menghitung di papan tulis."

Semua memandang takjub dengan permintaan si guru itu.

Jovi mengangguk siap.

"Jika sebuah balok mempunyai volume 0,4 m perkubik. Lalu bagian balok yang tidak tercelup dalam air hanya seperempat bagian, hitunglah gaya ke atas yang dialami balok dan massa jenis balok."

Semua diam. Suasana hening. Jovi mulai berkonsentrasi. Ia memejamkan matanya sekilas sambil berpikir.

"Cukup!" kata guru itu setelah waktu terlewat setengah menit.

Jovi menghadap ke depan dengan siapnya.

"Untuk gaya ke arah atas yang dialami balok yaitu 3000 Newton. Sedangkan massa jenis balok adalah 750 kg/m kubik," jawab Jovi dengan tegas dan penuh percaya diri.

Sedangkan siswa aksel lainnya sepertinya juga mencoba mengerjakan soal itu.

Guru itu menatap Jovi.

"Kamu yakin?" tanyanya.

Jovi mengangguk mantap.

"Perfect!" dan detik itu pula semua dewan guru berdiri memberi standing applause.

Kayra tersenyum bangga serta kagum pada Jovi.

Setelah pertanyaan kedua diberikan mereka akhirnya mengakhiri presentasi dengan sopan dan baik.

Suara riuh tepuk tangan mengiringi mereka. Dan juga pujian.

"Wah... Hebat kamu anak kecil!" Dion bersuara. Tempat duduk Dion berada di belakang Kayra.

Kayra hanya membalasnya dengan senyuman kecil.

Jovi yang mendengar itu hanya diam.

Selanjutnya Pak Vicky mulai memanggil nama anak aksel lain.

"Untuk Eraka dan Audy silahkan!" kata Pak Vicky.

Kayra memandang Raka. Cowok yang kemarin terang-terangan menembaknya.

Entah itu benar atau tidak.

Raka dan Audy menyajikan presentasi sebuah teori dalam ilmu matematika. Sesuai dengan bidang study mereka.

"Kak Jo, Kay ke belakang dulu," kata Kayra di tengah acara yang masih berlangsung.

Jovi mngangguk.

Kayra menuruni anak tangga lalu menuju toilet perempuan di sebelah kiri ruang tata usaha.

Dalm perjalanan, ia mengedarkan pandangannya. Ia melihat sebentar anak OSIS yang tengah membuat sebuah properti.

***

Seelah keluar dari toilet, Kayra berniat untuk langsung ke atas lagi. Ia ingin menyaksikan teman-temannya yang lain.

Tetapi di pertengahan anak tangga, ada Jovi.

Ia menghentikan langkahnya.

"Kak Jo! Kak Jo ngapain di sini?" tanyanya.

"Enggak apa. Bosen aja!"

Kayra mengerutkan dahi.

Bosan? Acara baru saja dimulai belum lagi 9 kelompok yang tampil.

"Ayo Kak, ke sana. Nanti kalo kelamaan di sini nanti dimarahin lo," ujar Kayra dengan penuh harap.

"Enggak, Kak Jo males!" ujar Jovi dengan ketus.

Si wakil ketua OSIS itu kemudian duduk di anak tangga.

"Kak Jo sakit?"

Jovi menggeleng.

"Tapi kenapa?"

Jovi bergeming, tidak menghiraukan pertanyaan Kayra.

Kaura yang tiba-tiba kesal dengan sikap Jovi yang tiba-tiba saja berubah itu hanya bisa mengembuskan napasnya pelan.

"Yaudah, kalo Kak Jo nggak mau cerita, Kay nggak akan maksa, Kay may ke atas aja," ujar Kayra lalu melangkahinya kakinya meninggalkan Jovi yang duduk sendiri di anak tangga.

Kaura bingung dengan sikap jovi yang tiba-tiba saja begitu.

Sesampainya di dalam aula, ia duduk di kursjnya.

"Hei! Anak kecil!" suara bisikan itu berasal dari dion. Dion mencondongknn wajahnya ke depan.

Kayra yang risih kemudian dengan terpaksa menoleh.

"Apa sih Kak?"

Ketika dilihat, raut wajah Dion benar-benar seperti orang yang tidak merasa bersalah sama sekali.

"Kamu pulang dari sini ada acara nggak?" tanyanya.

"Enggak!"

"Kak Dion mau ajak kamu ke suatu tempat mau ngak?" ucapnya pelan. Takut yang lain terganggu.

Yang namanya Dion tidak tahu situasi dan kondisi.

Sedari tadi mereka menjadi sasaran pandang siswa di kanan kiri depan belakang.

"Em... Maaf Kak, Kay capek!" ujarnya sopan.

"Bentaaar aja," ucapnya lebai.

"Nggak bisa Kak."

Dion terlihat kecewa.

"Yaudah nggak apa." si ketos itu kemudian memaksaan untuk tersenyum.

Kayra lalu menghadap ke depan lagi. Melihat Raka dan Audy yang mulai memasuki sesi pertanyaan. Dilihatnya beberapa guru memberi penilaian di kertas di depan mereka. Sama seperti ketika Kayra tadi.

***

Akhirnya semua presentasi dari siswa aksel selesai. Semua bisa bernapas lega. Saat in sudah pukul setengah 3 sore sejak acara dimulai dari jam 9 pagi tadi.

Sedari tadi Jovi tak kunjung kembali Kayra khawatir.

Ia memakan makanan di kotak yang sudah disediakan oleh pihak sekolah untuk malan siang.

Ia memakan dengan lahap. Begitupun dengan yang lainnya.

Dan sesekali menoleh mencari keberadaan Jovi.

Dan detik itu pula ia mendapati Jovi masuk ke ruang bagian belakang aula. Tempatnya makan saat ini.

Jovi mengambil air mineral di meja tersebut.

Kayra melihat Jovi menghabiskan setengah isi botol air minum itu dalam sekali tenggakan.

Kayra menaruh kotak makanan itu dari sampingnya. Lalu meminum minumannya.

Jovi duduk di sampingnya.

Jovi diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kak!" panggil Kayra pelan.

Dilihatnya Jovi sudah menghabiskan air minumnya.

"Kak Jo marah, sama Kay?" tanyanya.

Jovi menggeleng.

"Kay minta maaf kalau Kay ada salah. Apa karena tadi presentasi Kay berantakan?" Kayra berkata pesimis lalu menunduk.

"Enggak!"

"Kak Jo jangan gitu... Kay tahu Kay salah. Jangan cuekin Kay Kak... " Kayra semakin berkata lirih.

Teman-temannya yang lain sudah keluar dari ruangan itu. Setelah mendapat info jika siswa aksel boleh pulang.

"Kak Jo... Kenapa? " tanyanya sekali lagi.

"Kak Jo bingung, Dek!"

Dan detik itu pula Kayra lega karena Jovi menjawab pertanyaannya.

"Bingung?"

Jovi mengangguk.

"Kak Jo nggak yakin kalau dengan kemapuan yang Kak Jo punya itu bisa ngebahagiain orang tua Kakak!"

Kayra diam mendengar keluhan Jovi.

"Kak Jo bingung, entah ilmu yang saat ini Kak Jo tekuni akan membawa Kakak pada keinginan Kakak atau malah mempersulit keadaan jika Kakak terlalu berambisi," jelas Jovi.

Kayra sedikit bingung. Namun ia mencoba bersuara.

"Kak Jo! Kakak harus percaya, kalau segala sesuatu yang kita tekuni akan membawa kita pada impian kita. Jika ada yang ngebuat Kak Jo ragu... Hilangin Kak! Kak Jo selalu buat Kay percaya diri, dan sekarang... Kak Jo harus buktiin kalau Kak Jo bisa, Kay janji akan selalu ada buat Kakak."

Tanpa sadar Kayra mengucapkan sebuah kata yang... Entahlah... Akan menjadi janjinya atau hanya omongan belaka.

Kayra menatap Jovi.

Jovi mengacak rambutnya sendiri frustasi.

Antara bingung dengan apa yang saat ini ia permasalahkan.

"Makasih, atas support yang kamu kasih ke Kakak," kata Jovi.

"Sama-sama, Kay juga berterima kasih ke Kakak!"

"Ayo Kak Jo anterin!" kata Jovi sambil menggandeng lengan Kayra.

Kayra mengangguk ragu.

Mereka berjalan menuju area parkir. Kayra melepaskan pegangan Jovi takut ada yang melihat.

"Ayo!"

Kayra kemudian menaiki motor Jovi. Lalu motor itu keluar dari area sekolah.

Tanpa mereka ketahui, Dion melihat mereka.

Ada perasaan curiga ketika melihat Kayra dibonceng Jovi.

Namun ia mencoba berpikiran positif mungkin saja Kayra memang sudah akrab dengan Jovi. Hiburnya dalam hati.

***

"Siap Bos! Dia baru aja mengantar pulang anak dari keluarga Aditama." seorang pria yang menggunkn masker tengah mengamati Jovi dan Kayra. Ia mengikuti mereka sejak keluar dari sekolah tadi. Tanpa mereka sadari.

"Aditama?" jawab seseorang di seberang telepon.

"Iya!"

"Andrew Aditama?"

"Iya, Bos!"

"Selidiki mereka! Aku tidak ingin anak itu bahagia!"

Setelah mendapat balasan di ponsel tersebut pria itu menutup teleponnya. Lalu tersenyum penuh arti ke arah motor Jovi.

Sedangkan Jovi yang baru saja akan menyalakan motornya lagi seketika merogoh sesuatu di saku kemejanya.

Nama "Papa" tertera di layar ponselnya.

"Iya, Pa?"

"Kamu di mana?" kata Fero di seberang sana.

"Jo habis pulang kelas aksel," jawab Jovi dengan malas.

"Kamu sekarang ke rumah!" perintah Fero.

"Tapi Pa?!" elak Jovi.

"Sekarang!" ucap Fero penuh penekanan.

Jovi mendengus kesal. Lalu menyalakan motornya lagi.

***

Continue Reading

You'll Also Like

545K 33.4K 55
Seorang Fajar Dika Dewanggara Badboy sekaligus penyumbang dana terbesar di sekolah ternama jatuh cinta pada cewek yang sangat dibencinya karena sifat...
462K 53K 26
Livia tak menginginkan Kennard--bad boy paling ia hindari--menjadi saudara tirinya. Namun suatu malam, Livia mengalami peristiwa tak terlupakan bersa...
21.1K 940 44
[FOLLOW SEBELUM BACA!] √ "Kamu selalu berhasil membuat aku terluka. Tapi aku selalu gagal membencimu." ______________________________________________...
5.5M 9.9K 5
TERSISA 5 BAB. VERSI BUKU BISA KALIAN PESAN DI KAROS PUBLISHER. VERSI ONLINE BISA KALIAN BACA DI DREAME. "Kamu mau ngomong apa?" Amren tidak bisa me...